Pages


Sabtu, 17 September 2016

Control your emotion

Control your emotion

Seiring menjalani hidup, kita pasti akan menghadapi situasi yang membangkitkan emosi: frustasi, marah, sedih, takut, malu, bahagia, juga merasakan cinta.

Karena sebagai manusia, kita terlahir memiliki fungsi merasakan emosi. Hormon di dalam tubuh kita memainkan peranan penting untuk mengontrol mood. Belum lagi faktor eksternal seperti makanan yang membuat kita rentan terbawa emosi. Contohnya, saat lapar, pasokan glukosa yang mencapai otak berkurang, sehingga kita menjadi mudah marah. Kadar serotonin yang dihasilkan triptofan - yang juga dipasok oleh asupan makanan - menurun, maka kita jadi uring-uringan. Tubuh kita disiapkan untuk menjadi sangat adaptif secara emosi!

Hanya saja, berbeda dari binatang yang berprilaku mengikuti nafsu dan insting, manusia juga dibekali akal sehat. Kemampuan menjadi rasional inilah yang menjaga manusia terhindar dari situasi berbahaya akibat usaha berlebih mengikuti emosi.

Control your emotion

Dalam dunia bisnis, kita mengenal istilah “Don’t take it personal, it’s only business”. Ini sebuah pernyataan yang muncul karena seringkali manusia terlalu banyak melibatan emosi untuk membuat keputusan bisnis. Karena faktanya, logika dan rasio lebih banyak diperlukan untuk menghasilkan keputusan yang tepat, terutama untuk hal yang menyangkut kepentingan orang banyak.

Dan kasus paling sering yang mencelakakan justru bukan saat kita marah lalu membuat keputusan emosional. Tapi justu keputusan bisnis yang salah karena didasari rasa sayang yang bukan pada tempatnya! Misalnya, saat ada teman dekat atau kerabat yang kebetulan bisnisnya sedang mengalami masa sulit, lalu mereka mengajukan proposal kerjasama yang sebenarnya tidak menguntungkan bagi bisnis Anda.

Apa yang akan Anda lakukan saat itu?

Apakah Anda harus menerima konsep kerjasama itu karena merasa bersalah jika menolaknya? Apalagi Anda tahu kondisi sulit yang sedang dialaminya. Apakah Anda yakin bekerja sama dengannya benar-benar akan membantunya keluar dari kesulitan?

Di saat seperti inilah kemampuan bisnis Anda diuji. Anda harus bisa secara bijak memisahkan peran Anda sebagai pebisnis dan sebagai sahabatnya. Lebih hebat lagi, jika Anda mampu memanfaatkan “rasa sayang” itu menjadi sebuah keputusan rasional yang menguntungkan. Bagaimana bisa?

Anda bisa berlaku sebagai teman atau kerabat yang baik, sekaligus sebagai pebisnis yang baik, dengan memberinya kesempatan yang wajar untuk mempresentasikan proposal proyek bisnisnya. Jika proposalnya masih dirasa kurang, Anda juga bisa memberinya masukan dan pandangan untuk perbaikan. Anda menjadi teman yang baik dengan memberinya nasihat, sekaligus menjadi pebisnis yang baik dengan menjaga standar kualitas proyek di bisnis Anda. Jika ternyata ia masih memaksakan proposal yang hanya menguntungkan pihaknya, tentu Anda berhak menolaknya.

Apakah ini berarti untuk menjadi pebisnis yang sukses Anda harus berhati dingin? Tidak juga.

Sebab jika Anda menerima kerjasama dengannya hanya karena kasihan, Anda hanya akan membantunya untuk jangka waktu yang sangat singkat. Justru, Anda akan membuatnya lebih sulit bangkit. Bisnis Anda berantakan, bisnisnya pun kacau karena berdiri di atas konsep yang tidak menarik. Jika ia tidak lagi punya kenalan, apakah akan ada pihak lain yang mau bekerja sama dengannya berdasarkan konsep bisnis yang salah? Jika bisnis Anda hancur karenanya, bukankah ia juga ikut hancur karena terlalu bergantung pada kedekatan emosional dengan Anda?

Bantulah ia membangun bisnis yang punya kemampuan kompetisi dan berkesinambungan. Dengan begitu, Anda menjadi teman yang baik, sekaligus pebisnis yang baik. Anda tidak perlu kehilangan sisi manusiawi yang memiliki emosi, tapi juga mampu mendasarkan keputusan pada logika bisnis yang sehat.

Danny oei wirianto
Http://Thinkfresh.id

#thinkfreshbook

Control your emotion
setuju banget sama ente
ternyata ini ya jawaban kenapa kalo pas lagi laper kita uring2an

"saat lapar, pasokan glukosa yang mencapai otak berkurang, sehingga kita menjadi mudah marah. Kadar serotonin yang dihasilkan triptofan - yang juga dipasok oleh asupan makanan - menurun, maka kita jadi uring-uringan. Tubuh kita disiapkan untuk menjadi sangat adaptif secara emosi!"

kalo ane baca, intinya kita memang mesti tetap menggunakan logika, tapi juga beri sedikit emosi di dalamnya...ane setuju nih sama agan thinkfresh,

apakah ada cara yang efektif untuk bisa mengontrol antara logika dan emosi?

karena kalo salah satunya jadi dominan, maka bisa rusak semuanya.

mohon jawabannya gan


BTW PERTAMAX ANE AMANKAN GAN!

Wah tulisan yang menarik, tidak berasa seperti digurui tapi lumayan dapet insight nih.
Tar dicari ah bukunya.

Amankan dulu pejwan.
kerennnn bin menarik banget
Yuppp....ini yang suka ane alamin nih. Really great insight
cant wait for read this book

Tenkyu banget atas insightnya Gann
Emang kalau mau siap jadi pebisnis mesti siap jaga emosi ya.
Setuju sama TSnya.

Ntaps

kata orang-orang ane emotionless. tapi sebenernya ada, cuma gak nunjukin aja.

emang bener banget dalam kerjan sulit banget utk netral dan ga ngelibatin emosi ya
wahh ane banget nih gan harus banyak-banyak kontrol emosi.. soalnya ane panasan orangnya. panas di kasur dan panas di jalan raya

setuju gan kalo emg harus kontrol emosi
Quote:Original Posted By ansman900
Emang kalau mau siap jadi pebisnis mesti siap jaga emosi ya.
Setuju sama TSnya.

Ntaps



Thanks gan
Quote:Original Posted By ibukelinci
kerennnn bin menarik banget


Makasih gan
Good info gan thanks
langsung HT WOW!

penting ya gan kendalikan emosi!
ooohh
mantaap gan
Betul banget gan.. Klo ane ngebet dlm emosi pasti kalah
Be Patient
hahaha
Setuju deh so wajib tu namanya Belajar sabar biar gak emosi hadapi pasangan
Pasangan 👫 pacar ja gak punya
Via: Kaskus.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar