Pages


Rabu, 15 Juli 2015

Perjanjian Tumbang Anoi, perjanjian DAMAI suku-suku Dayak



makasih yah udah dijadiin HT

Quote:Original Posted By kornelisbukit
Trit bagus harus ada soundtracknya



Sering terjadi pertempuran /perang di Tumbang Tuan sebelah Udik Tumbang Toyus di Sei Barito Hulu atau pertempuran di Datah Nalau, Kalimantan Timur. Mengayau artinya (Memburu / mencari kepala manusia), biasanya mengayau di lakukan oleh satu orang sampai dengan tiga orang .Kalau pada waktu terjadinya perang jika pihak musuh kalah maka kepalanya akan di potong dan di ambil sebagai bukti bahwa salah satu dari kelompok tersebut menang perang.

Spoiler for Penyebabnya?:
Terjadinya perang antar suku Dayak Ngaju dari Kahayan, Kalimantan Tengah dengan suku Dayak Kenyah Mahakam, Kalimantan Timur sebagai akibat adanya kesalah fahaman yang titik akar permasalahannya adalah memperebutkan lokasi tempat berusaha pengambilan (memanen) getah Nyatu.
Lokasi tempat usaha pengambilan getah Nyatu ini sehari harinya adalah tempat usaha memanen getah Nyatu oleh orang Dayak Ngaju Kahayan. Lokasi daerah tempat pengambilan getah Nyatu ini terletak di antara perbatasan wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur tepatnya di pegunungan Puruy Ayau dan Puruk Sandah. Di mana perang antar Suku Dayak ini semakin memanas di kedua belah pihak dengan cara saling kayau mengayau (Memburu / mencari kepala manusia).



Perang Kayau yang terjadi antar suku Dayak di pedalaman tersebut akhirnya di ketahui oleh pihak pemerintah Hindia Belanda (hedehh) yang berkedudukan di Nanga Pinuh Kalimantan Barat yang berusaha mencari solusi untuk menyelesaikan pertikaian tersebut dengan cara berusaha untuk menghentikan perang Kayau yang sedang terjadi dan berusaha untuk menetapkan keseragaman hukum adat untuk seluruh masyarakat suku Dayak di Kalimantan.

Tujuan di adakannya hukum adat ini sebagai pedoman kebersamaan untuk persatuan, pegangan serta penafsiran untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang sewaktu waktu bisa saja terjadi. Damang Batu di Tumbang Anodi Pulau Puruk, Bukit Batu Desa Tumbang Manange atau Upon Batu ( sekarang Kecamatan Tewah). tokoh masyarakat Dayak ini berinisiatif untuk melakukan pertemuan damai antara para pemimpin suku Dayak dari seluruh Kalimantan.

Spoiler for Persiapan pertemuan:
Maka di mulailah persiapan selama 3 (tiga) tahun untuk dapat terlaksananya pertemuan besar adat yang rencananya akan di hadiri oleh sekitar lebih kurang dari 600 (enam ratus) orang utusan dari seluruh daerah Kalimantan dan sekitar lebih dari 1000 (seribu) orang dan rapat akan di laksanakan selama tiga bulan yang tentu saja membutuh dana yang besar untuk konsumsi para tamu dan keperluan lainnya
. Untuk melaksanakan persiapan menyambut kedatang para utusan besar tersebut , maka Damang Batu (Ketika itu Damang Batu sudah berumur 73 tahun tapi masih kelihatan sehat, Perawakan Tinggi dan agak Kurus) dan penduduk Tumbang Anoi :

* membuka ladang di beberapa bukit yang di tanami parey (padi), ubi kayu (jawaw) selama tiga tahun.
*Menyediakan sekitar kurang lebih 60 ekor kerbau.
*Menyediakan lebih dari 100 (seratus) ekor sapi.
*Ratusan ekor babi dan ayam.

setelah berakhir musim panen rapatpun dapat terlaksana dengan sukses di rumah adat Betang milik Damang Batu selaku pengundang yang di hadiri oleh para Tokoh atau Pemimpin masyarakat suku Dayak dari seluruh Kalimantan.
.


Damang Batu saat itu menyanggupi untuk menjadi tuan rumah sekaligus menanggung biaya pertemuan yang direncanakan berlangsung selama 3 bulan tersebut. Karena semua yang hadir juga tahu bahwa Damang Batu memiliki wawasan yang luas tentang adat-istiadat yang ada di Kalimantan pada waktu itu, maka akhirnya semua yang hadir setuju.

Spoiler for Akhirnya dalam pertemuan pendahulun ini disepakati bahwa ::
1. Pertemuan damai akan dilaksanakan di Lewu (kampung) Tumbang Anoi, yaitu di Betang tempat tinggalnya Damang Batu.
2. Diberikan waktu 6 bulan bagi Damang Batu untuk mempersiapkan acara.
3. Pertemuan itu akan berlangsung selama tiga bulan lamanya.
4. Undangan disampaikan melalui tokoh/kepala suku masing-masing daerah secara lisan sejak bubarnya rapat di Tumbang Kapuas.
5. Utusan yang akan menghadiri pertemuan damai itu haruslah tokoh atau kepala suku yang betul-betul menguasai adat-istiadat di daerahnya masing-masing.
6. Pertemuan Damai itu akan di mulai tepat pada tanggal 1 Januari 1894 dan akan berakhir pada tanggal 30 Maret 1894.



Tumbang Anoi menjadi tempat perdamaian sebelum abad 19 upaya-upaya perdamaian itu memang sudah mulai dilakukan oleh beberapa pihak. Rapat atau Pumpung di Tumbang Anoi memang di prakarsai oleh Belanda, dan dipilih desa tersebut mengingat letaknya yang berada di tengah-tengah, sehingga para undangan dari segala daerah dapat dengan mudah datang.

Selama lima bulan hingga akhir 1893, Damang Batu tak pernah menetap di desanya. Ia terus berkeliling ke desa lain untuk mengumpulkan makanan. Damang Batu juga menyiapkan 100 kerbau miliknya untuk makanan para undangan. Ia juga meminta masyarakat di Tumbang Anoi dan sekitarnya membangun pondok bagi tamu Undangan Rapat.

Pertemuan Damai (pun) akhirnya terlaksana pada 1 Januari 1894 hingga 30 Maret 1894, di Rumah Betang Damang Batu di Tumbang Anoi.
Spoiler for buka gan:


Spoiler for dan menghasilkan::


1. Menghentikan permusuhan antar sub-suku Dayak yang lazim di sebut 3H Hakayou (saling mengayau), Hapunu (saling membunuh), dan Hatetek (saling memotong kepala) di Kalimantan (Borneo pada waktu itu).
2. Menghentikan sistem Jipen (hamba atau budak belian) dan membebaskan para Jipen dari segala keterikatannya dari Tempu (majikannya) sebagai layaknya kehidupan anggota masyarakat lainnya yang bebas.
3. Menggantikan wujud Jipen yang dari manusia dengan barang yang bisa di nilai seperti baanga (tempayan mahal atau tajau), halamaung, lalang, tanah / kebun atau lainnya.
4. Menyeragamkan dan memberlakukan Hukum Adat yang bersifat umum, seperti : bagi yang membunuh orang lain maka ia harus membayar Sahiring (sanksi adat) sesuai ketentuan yang berlaku. pada yang digunakan lawan*nya manu*sia.
5. Memutuskan agar setiap orang yang membunuh suku lain, ia harus membayar Sahiring sesuai dengan putusan sidang adat yang diketuai oleh Damang Batu. Semuanya itu harus di bayar langsung pada waktu itu juga, oleh pihak yang bersalah.
6. Menata dan memberlakukan adat istiadat secara khusus di masing-masing daerah, sesuai dengan kebiasaan dan tatanan kehidupan yang di anggap baik.



Pertemuan yang sangat bersejarah tersebut ternyata menghasilkan kesepakatan yang fenomenal, yakni menghilangkan kemungkinan perang antar suku dan sekaligus menghapus perbudakan dalam sistem tatanan adat suku dayak. Selain itu mereka juga berupaya untuk membentuk tatanan bersama yang diwujudkan dalam kesepakatan untuk menyeragamkan aturan dalam hukum adat yang sifatnya umum.
Spoiler for buka gan:


Spoiler for catatan :sundulgans :
-Sampai sekarang situs peninggalan perjanjian di Tumbang Anoi masih tersisa.Namun atas rekayasa pemerintah Belanda, pada saat itu tempat Perjanjian Tumbang Anoi yang berupa BETANG, dihancurkan oleh tentara belanda agar perjanjian di Tumbang Anoi di anggap tidak ada (katanya) . bahan bangunannya dipindahkan sebagian ke Kuala Kapuas, namun tidak dapat mengangkut semua materialnya karena terbuat dari batang ulin yang sangat dalam tertancap tanah, besar, berat serta medan yang panjang melalui sungai yang panjang untuk mengangkutnya.

-Tumbang Anoi adalah tempat bersejarah perjalanan masyarakat Dayak. Tumbang Anoi menjadi tempat rapat akbar untuk mengakhiri tradisi ”mengayau” pada tahun 1894. Kini, setelah satu abad berlalu, Tumbang Anoi tetap menjadi sumbu perdamaian bagi masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Mengayau atau memenggal kepala musuh dalam perang antarsuku dahulu kala adalah salah satu kebiasaan sejumlah subsuku Dayak di daratan Kalimantan (kini terbagi menjadi wilayah Indonesia, Malaysia, dan Brunei) yang sangat ditakuti. Kadangkala, mengayau tidak hanya dilakukan dalam peperangan, tetapi juga ketika merampok, mencuri, atau menduduki wilayah subsuku lain.
Sebelum disepakati untuk dihentikan, mengayau makin membudaya karena semakin banyak kepala musuh yang dipenggal (dibuktikan dengan banyaknya tengkorak musuh di rumahnya), seorang lelaki semakin disegani. Bahkan, perselisihan antarsuku terus berlanjut karena masing-masing suku membalas dendam. Perselisihan berkepanjangan itu membuat Residen Belanda di Kalimantan Tenggara yang kini meliputi wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan merasa tidak aman.
-Dalam bukunya, Pakat Dayak, KMA M Usop menuturkan, Brus, Residen Belanda Wilayah Kalimantan Tenggara, pada Juni 1893 mengundang semua kepala suku yang terlibat sengketa ke Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah, untuk membicarakan upaya perdamaian.
-Dalam pertemuan itu disepakati, harus digelar pertemuan lanjutan yang melibatkan seluruh suku Dayak di Borneo untuk membahas berbagai persoalan yang menjadi akar perselisihan. Namun, menggelar pertemuan lanjutan itu bukan pekerjaan mudah. Ketika itu, akses antarwilayah masih mengandalkan sungai.
-Satu-satunya kepala suku yang mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah pertemuan akbar itu adalah Damang Batu, salah satu kepala suku Dayak Ot Danum di Tumbang Anoi. Sepulang dari Kuala Kapuas, Damang Batu yang ketika itu berumur 73 tahun langsung memulai pekerjaan besarnya menyiapkan tempat dan logistik.
-Selama lima bulan hingga akhir 1893, Damang Batu tak pernah menetap di desanya. Ia terus berkeliling ke desa lain untuk mengumpulkan makan an. Ada cerita lain yang menyebutkan, Damang Batu juga menyiapkan 100 kerbau miliknya untuk makan an para undangan. Ia juga meminta masyarakat di Tumbang Anoi dan sekitarnya membangun pondok bagi tamu undangan rapat.
-Damang Batu jugalah yang menyebarkan undangan rapat secara berantai kepada kepala suku-kepala suku di daratan Kalimantan.
Sebanyak 152 suku diundang ke Tumbang Anoi. Dalam rapat yang digelar selama dua bulan sejak 22 Mei hingga 24 Juli 1894 itu, sekitar 1.000 orang hadir. Mereka dari suku-suku Dayak dan sejumlah pejabat kolonial Belanda wilayah Borneo. Usop juga mencatat, sedikitnya 50 kerbau, 50 sapi, dan 50 babi, serta bahan makan an lain seperti beras dan ubi kayu disediakan untuk konsumsi mereka yang hadir ketika itu.
Selain mengakhiri tradisi pengayauan, rapat akbar itu juga menyepakati beberapa keputusan penting, di antaranya menghentikan perbudakan dan menjalankan hukum adat Dayak.
-Dalam catatan sejarah yang ditulis Usop, rapat di Tumbang Anoi itu juga membahas sekitar 300 perkara. Sebanyak 233 perkara dapat diselesaikan, 24 perkara ditolak karena kedaluwarsa atau sudah lebih dari 30 tahun, dan 57 ditolak karena kekurangan bukti.


sumber: http://esterkusumanegara.blogspot.co...bang-anoi.html
http://kulturdayak.blogspot.com/p/pe...bang-anoi.html
http://gerdayakjakarta.blogspot.com/...bang-anoi.html
http://humabetang.web.id/dayak/sejar...bang-anoi-1894
google.com


Kalo agan-agan mau dan bisa nambahin, ane sangat senang
Sebanyak 152 Suku telah Hadir di Tumbang Anoi, dalam Rapat yang berlangsung selama 2 bulan sejak 22 Mei hingga 24 Juli 1894 itu, sekitar 1.000 orang hadir. Mereka terdiri dari Kepala Suku-Suku Dayak dan sejumlah Pejabat Kolonial Belanda wilayah Borneo.

Spoiler for Nama-nama yang Hadir dalam Pertemuan tersebut sebagaimana Catatan Damang Pijar, Kepala Adat Kahayan Hulu, adalah sebagai berikut::
Pejabat Kolonial Belanda
1. Asisten Residen Hoky dari Banjarmasin
2. Kapten Christofel dari Kuala Kapuas
3. Letnan Arnold dari Kuala Kapuas
4. Raden Johannes Bangas dari K. Kapuas
5. Jaksa Sahabu dari Kuala Kapuas
6. Tamanggung Dese dari Kuala Kapuas
7. Juragan Tumbang dari Kuala Kapuas

Sungai Barito (Kalimantan Tengah)
8. Suta Nagara, Telang
9. Tamanggung Jaya Karti, Buntok
10. Tamanggung Sura, Buntok
11. Mangku Sari, Tumbang Teweh
12. Tamanggung Surapati, Siang
13. Tamanggung Awan, Saripoi
14. Tamanggung Udan, Nyarung Uhing
15. Jaga Beruk, Tumbang Kunyi
16. .Raden Sahidar, Tumbang Jelay
17. .H. Bamin, Tumbang Jelay
18. Tamanggung Hadangan, Tumbang Likoi
19. Tamanggung Lenjung, Tumbang Lahei
20. H. Bahir, Tumbang Lahung
21. H. Halip, Tumbang Lahung

Sungai Mahakam (Kalimantan Timur)
22. Bang Ijuk, Batu Salak
23. kimpoig Irang, Batu salak
24. Bang Lawing, Batu salak
25. Taman Lasak, Tumbang Pahangei
26. Juk Bang, Tumbang Pahangei
27. Juk Lai, Tumbang Pahangei
28. H. Burit, Samarinda
29. Taman Jejet, Long Iram
30. Taman Kuling, Kenyahulu
31. Hang Lasan, Tumbang Nawang
32. Barau Lulung, Tumbang Pahangei

Sungai Kapuas (Kalimantan Tengah)
33. Damang Ujang, Pujon
34. Tamanggung Tukei, Tumabang Bukoi
35. Damang Suling, Tumbang Tihis
36. Damang Jungan, Tumbang Bukoi
37. Damang Pilip, Tumbang Rujak
38. Temanggung Tewung, Tumbang Sirat
39. Damang Antis, Taran
40. Jaga Ajun, Tumbang Tampang
41. Tamanggung Jahit, Danau Tarung
42. Tamanggung Tiung, Tumbang Tarang
43. Siang Irang, Bulau Ngandung
44. Raden Timbang, Tumbang Tihis
45. Damang Rahu, Tumbang Tihis

Sungai Kahayan (Kalimantan Tengah)
46. Damang Rambang, Pangkoh
47. Singa Rawe, Petak Bahandang
48. Ngabeh Suka, Pahandut
49. Tamanggung lawak, Bukit Rawi
50. Jaga Kamis, Bawan
51. Damang Sawang, Pahawan
52. Tundan, Guha
53. Dambung Tahunjung, Sepang Simin
54. Dambung Turung, Tuyun
55. Jaga Saki, Luwuk Sungkai
56. Kiai Nusa, Tumbang Hakau
57. Singa Laju, Hurung Bunut
58. Singa Mantir, Tewang Pajangan
59. Raden Binti, Tampang
60. Mangku Tarung, Tampang
61. Tamanggung Tuwan, Kuala Kurun
62. Singa Ranjau, Kuala Kurun
63. Ngabe Hanjung, Tumbang Manyangan
64. Damang Murai, Tewah
65. Dambung Nyaring, Tewah
66. Singa Mantir, Kasintu
67. Singa Antang, Batu Nyiwuh
68. Tamanggung Tawa, Tumbang Habaon
69. Tembak, Tumbang Hanbaon
70. Damang Sangkurun, Kuala Kurun
71. Damang Kacu, Datah Pacan
72. Mangku Saman, Tumbang Marikoi
73. Singa Saing, Tumbang Marikoi
74. Bahau, Tumbang Marikoi
75. Singa Ringin, Tumbang Maraya
76. Mangku Rambung, Lawang Kanji
77. Akin, Lawang Kanji
78. Mangku Rambung, Tumbang Rambangun
79. Damang Batu, Tumbang Anoi
80. Dambung Karati, Tumbang Anoi
81. Dambung Sanduh, Lawang Dahorang
82. Singa Dohong, Tumbang Mahorai
83. Raden Pulang, Tumbang Mahorai

Sungai Miri - Hamputung (KalTeng)
84. Dambung Odong, Tumbang Miri
85. Dambung Saiman, Sungai Hurus
86. Singa Kenting, Tumbang Korik
87. Jaga Jalan, Tumbang Korik,
88. Tamanggung Paron, Tumbang Sonang
89. Damang Kawi, Tumbang Sonang
90. Tamanggung Pandung, Tumbang Musang
91. Damang Teweh, Tumbang Pikot
92. Damang Patak, Tumbang Hujanoi
93. Mangku Turung, Mangkuhung
94. Dambung Besin, Tumbang Manyei
95. Singa Tukan, Tumbang Masukih
96. Singa Dengen, Harueu
97. Damang Jinan, Tumbang Manyoi

Sungai Rungan, dan Manuhing (KalTeng)
98. Damang Singa Rangan, Tumbang Malahoi,
99. Singa Ringka, Tumbang Malahoi
100. Damang Bakal, Manuhing
101. Tamanggung Hening, Manuhing

Sungai Katingan,Samba, Seruyan, Kalang, Sanamang (Kalimantan Tengah)
102. Damang Anggen
103. Dambung Rahu, Talunei
104. Damang Sindi, Lahang
105. Damang Bundan, Tumbang Sanamang
106. Raden Runjang, Tumbang Panei
107. Dambung Panganen, Tumbang Panei
108. Raden Tinggi, Balai Behe
109. Tamanggung Penyang, Tumbang Bemban
110. Tamanggung Rangka, Tumbang Sanamang
111. Tamanggung Tumbun, Rantau Pulut
112. Damang Jungan, Tumbang Kalanti
113. Singa Antang Kalang, Tumbang Gagu
114. Tamanggung Johan, Tumbang Manggu
115. Damang Awat, Tumbang Basain
116. Tamanggung Bahe, Rantau Tapang
117. Raden Maung, Tumbang Hangei
118. Tamanggung Luhing, Tumbang Atei

Kalimantan Barat
119. Condrohur, Tumbang Jinuh
120. H. Mansyur, Tumbang Jinuh
121. Tamanggung Bungai, Tumbang Ela
122. Marta Jani, Nasa Jinuh
123. Kiai Saleh, Manukung
124. Raden Adong, Manukung
125. Raden Paku, Manukung
126. H.Mas Maruden, Sakasa

Sungai Serawai, Serawak (Kalimantan Utara
127. Raden Lang Laut, S. Sarawai
128. Raden Bundung, Tuntama, S.Serawai
129. Raden-Singa Luwu, Malakan, S. Serawai
130. Raden Damang Bewe, Mantonai, S. Serawai
131. Tamanggung Singa Nagara, Tumbang Nyangai, S. Serawai
132. Tamanggung Mangan, Batu Saban, S. Serawai
133. Tamanggung Tingai, Punan Mandalan, S. Serawai
134. Tam Juhan, Tumbang Karamei, S Serawai
135. Tam Dulah, Tumbang Balimbing, S. Serawak
136. Tam Sarang, Mondai, S. Serawai.

Dari Sumber Lain :

Utusan Kalimantan Selatan
- Kerajaan Banjar Kayu Tangi oleh Pangeran Hidayatullah di kirim utusan khusus
sebanyak 3 (tiga) orang.

Utusan Kalimantan Barat
- Utusan dari Kesultanan KalBar : Raden Mas Brata Kusuma Jaya.
- Utusan dari Kolonial Belanda kedudukan di Nanga Pinuh di hadiri oleh Controleur C.W.Aernout.

Utusan dari Kalimantan Timur :
1. Ketua : Bang Cuk Lui (Suku Dayak Kenyah)
2. Wakil Ketua : Bang Lawing
3. Anggota : Taman Jajit, Taman Kuling Haji Burit
4. Haji Bamin (Utusan Kutai)

Sungai Kapuas
1. Damang Anum Jayakersa (Pulau Petak)
2. Raden Huda Jaya Pati Rapat (Muara Kuatan).

Quote:Original Posted By tombr0
kayaknya terinspirasi dari trit ini deh http://www.kaskus.co.id/thread/50f24...mended_for_you

yah, anyway. sebulan yang lalu ane di RS sekamar sama orang KalTeng. Dia nyeritain Rapat suku dayak tersebut, setelah ane tanya tentang kerusuhan Sampit. Beliau adalah orang dayak asli, saksi hidup sekaligus korban dari kerusuhan sampit, rumahnya habis dibakar. Beliau menangis waktu cerita Sampit, karena beliau malu dan sedih kalau ingat kejadian itu.

Back to topic. tentang perjanjian Tumbang Anoi. Kenapa beliau bisa bercerita sampai sana? karena beliau ingin menceritakan latar belakang kerusuhan sampit yang sampai ada kejadian potong kepala. Ternyata, suku Dayak adalah suku pemburu, dan sudah lama potong kepala jadi tradisi (seperti yang diceritakan TS), istilahnya tulah atau apa gitu gan, ane lupa.

Tapi latar belakang tradisi ini agak berbeda dengan yang diceritakan TS, walaupun menurut saya ada juga benarnya. Namanya tradisi, beliau tidak tahu sejak kapan asal mulanya. Tradisi potong kepala dilakukan kalau ada warga dayak yang mati, nah nyawa dari korban potong kepala (arwahnya) itu dijadikan pembantu (budak) oleh orang yang mati di alam sana, masalahnya potong kepala ini korbannya diambil dari suku lain. Itulah, menurut beliau, yang jadi penyebab warga asli dayak jumlah penduduknya gak bisa banyak. Jadi, antara suku gak bisa berhenti membunuh.

Nah, akhirnya diadakan Rapat Akbar Suku Dayak (bahasa beliau, mungkin menyesuaikan dengan bahasa Indonesia), yang diadakan pada abad ke-19 (tahun 1800-an) dan diprakarsai oleh Belanda (mungkin belanda takut masuk ke daerah yang masih liar tersebut ). Lokasinya diadakan di Hulu, karena kalimantan dulu transportasinya cuma mengandalkan sungai tok, jadi pemikiran orang2 kalau diadakan di hulu lebih netral.

Rapat akbar yang lamanya 6 bulan (beda dari versi TS yang 3 bulan), akhirnya membuahkan kesepakatan menghilangkan tradisi potong kepala, dan diganti menjadi misalnya kepala kerbau, dan sejenisnya. Tapi, menurut pengakuan beliau sampai dengan tahun 1960-an sebagian masyarakat yang tinggal di pedalaman, masih memegang teguh tradisi itu. Tradisi itu semakin cepat pudarnya dengan masuknya agama2, seperti kristen, islam, dll. Beliau Kristen dan ane muslim.

Konyolnya, oleh pemerintah, warga Dayak yang animisme/dinamisme (cmiiw) di-KTP dimasukkan sebagai agama Hindu, walaupun warga dayak bukan Hindu. Karena pemeluk kepercayaan ternyata belum diakomodasi oleh pemerintah.

Menurut beliau waktu kejadian Sampit, yang melakukan potong kepala itu suku dayak yang tinggal di pedalaman, mereka masuk melalui sungai dan hutan. Itu sebabnya polisi gak berdaya mengatasi suku Dayak yang memotong kepala, karena jalur sungai dan hutan kan banyak banget. Selain waktu itu masih baru reformasi, sehingga masyarakat masih trauma dengan kekerasan aparat.
Menurut beliau, kerusuhan sampit ini dilatarbelakangi oleh motif politik, karena kejadiannya tiba - tiba dan gak ada gejala2 sebelumnya. Persis habis subuh, cmiiw.

Kesimpulannya, kejadian sampit, terutama yang potong kepala, bukan dilakukan oleh warga dayak karena kesadisannya, tapi BUDAYA. Mereka sudah punya insting potong kepala ketika mereka berperang.

Sumber :
1. pengalaman ane sendiri yang pernah hidup di KalSel
2. Cerita bapak .... yang sampai dengan saat ini lahir dan hidup di Sampit, sebagai keturunan Dayak asli.

Oya, pengalaman ane waktu di Kalsel, ane lupa tahun berapa. Waktu itu ada kejadian kebakaran yang meluluhlantakkan satu desa, yang dipisah oleh jalan aspal. Ngerinya, api bisa terbang menyeberangi jalan aspal tersebut. Jadi waktu ane lewat situ suasana mencekam, tapi ane bisa lewat dengan damai di jalan aspal di tengah kepungan api, karena apinya sama sekali gak menyentuh aspal.

pejwan kalu berkenan.


Quote:Original Posted By CoZiA
Bukti bahwa orang Dayak itu bisa bermusyawarah, bisa diatur, dan bisa berorganisasi.
Bayangkan dalam 3 bulan itu para pemimpin Dayak menyelesaikan 233 perkara dari 300an yang diajukan melalui jalur hukum dan mengeluarkan butir-butir perjanjian damai.
Artinya demokrasi sudah ada sejak dulu di Dayak.
Sekarang sudah menjelma dalam Dewan Adat Dayak (DAD) dan Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) yang dipimpin oleh seorang Presiden Adat (Presiden MADN)

Belanda disini menurut ane cuman mau memanfaatkan aja, mereka selalu kesulitan sebenarnya untuk menjajah wilayah pedalaman Kalimantan kecuali pesisir, itupun tidak berani frontal karena agresifitas masyarakat Dayak kala itu.
Caranya ya pegang ketua-ketua adat atau pemimpinnya, menghapus kayau berarti mengurangi agresifitas masyarakat Dayak, jadi pendudukan akan lebih mudah, bahkan sampai sekarang agresifitas itu sudah menurun (buktinya dengan banyak sekali pendatang di Kalimantan) dan kadang hanya muncul dalam situasi "perang".
Ada plus minusnya
Titip page one gan.

Ini Sada Borneo salah satu band musik kontemporer Dayak yang dimixing dengan musik modern dari Negara Bagian Sabah, Malaysia. Cukup terkenal sampai David Foster aja terkagum-kagum.
Spoiler for SADA BORNEO:



Keep on Dayak United
trinya bagus, cuman kurang gambar aja gan.
Quote:Original Posted By loyeloyee
trinya bagus, cuman kurang gambar aja gan.


susah gan, soalnya jaman dulu kejadiannya
makasih yah udah mampir
Oh my God.. Baru tau ane ada perjanjian seperti itu dulu di Kalimantan
gila, ngeri banget koleksi tengkorak musuh.
gak kebayang itu rumah kaya gimana.
Quote:Original Posted By Donalbe2k
Oh my God.. Baru tau ane ada perjanjian seperti itu dulu di Kalimantan


yap benar gan
Quote:Original Posted By sculze
gila, ngeri banget koleksi tengkorak musuh.
gak kebayang itu rumah kaya gimana.


seram gila lah
gk lagi kek gitu skrg gan
Trit bagus harus ada soundtracknya

Quote:Original Posted By kornelisbukit
Trit bagus harus ada soundtracknya



ane pajang deh
yah
semoga tetap damai yak
Quote:Original Posted By 5505055
semoga tetap damai yak


harus itu gan
yah
makasih udah mampir
damai ajalah, jgn ada pertikaian

damai itu indah
damai ajalah, jgn ada pertikaian

damai itu indah
Quote:Original Posted By demaa
damai ajalah, jgn ada pertikaian

damai itu indah


ya benar itu gan
yah
Quote:Original Posted By yolandaime


ya benar itu gan
yah


siiip gan
page one ditutup ts
Via: Kaskus.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar