Pages


Jumat, 03 Juli 2015

Ada yang Lebih Utama dari Marah



Quote:Prak…kendi yang terbuat dari tanah itu pecah. Air yang di dalamnya tumpah ke beberapa arah. Serpihan dari kendi itu pun berserakan. Bagian dari air dan kendi itu di antaranya mengenai wajah dan tangan sosok mulia, calon ahli surga, Ali bin Abi Thalib.

Sementara budak perempuan itu tampak kaget, merasa bersalah, tapi ia berusaha tenang. Ali mengangat wajahnya, dan segera dengan tenang budak perempuan itu berkata kepada majikannya, “Sesungguhnya, Allah Ta’ala berfirman, “Dan orang-orang yg menahan amarahnya.” (Ali Imran : 134).

Ali tersenyum dan berkata, “Aku sudah menahan marahku.”

Ia kemudian berkata, “Dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang.” (Ali Imran : 134).

Ali tersenyum kembali dan berkata, “Aku sudah memafkanmu dan semoga Allah memaafkanmu.”

Budak perempuan itu kembali berkata, “Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran : 134)

Sembari berdiri dengan bijak dan tetap tersenyum, Ali berkata, “Sekarang kamu merdeka, karena Allah Ta’ala.”


Demikianlah bagaimana jika tampak sebuah peristiwa terjadi di luar yang dikehendaki. Coba bayangkan jika emosi dan kemarahan yang dikedepankan, tetap saja kejadian yang tidak diinginkan itu sudah terjadi, dan tidak mungkin kembali. Bila dengan kemarahan, justru bertambah donasi masalah. Tapi dengan memahami kesalahan dari sudut pandang manusia, dan memberikan nasehat dengan cara yang baik tentu lebih utama.

Demikianlah tanda orang yang bertakwa, di antaranya seperti yang dibacakan oleh budak perempuan tadi, “(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang mapun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali Imran : 134).

Demikian pula, hal yang berpotensi menggugurkan kesempurnaan pahala puasa adalah mudah marah. Seseorang yang mengaku puasa tapi mudah sekali marah bahkan sampai meledak-ledak, di mata Allah dan Rasul-Nya, ia tidak bernilai apa-apa kecuali hanya lapar dan haus. Marah yang benar adalah marah ketika Allah dan Rasul-Nya atau syariat agama dan kebenaran dilecehkan. Selebihnya adalah marah yang tidak dibenarkan.

Dewasa ini banyak hal yang dapat membuat orang cepat sekali marah dan terpancing emosinya. Hanya karena mendapat teguran atau nasehat dari orang tua, guru atau orang lain bisa langsung tersinggung dan marah. Mendapatkan kritik atau kata-kata yang kurang mengenakan langsung membuat telingga dan hati panas. Anak bandel atau kurang nurut langsung dibentak dan dimarahi habis-habisan.

Sesungguhnya kemarahan hanya membuat masalah kecil menjadi besar dan tak jarang bisa menyebabkan penyesalan seumur hidup. Untuk tidak menyebut, bisa berakhir pada kematian yang mengenaskan. Seorang sahabat menemui Rasulullah SAW dan minta nasehat, “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepada saya sebuah ilmu yang dapat mendekatkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.” Maka beliau bersabda, “Jangan tumpahkan kemarahanmu , niscaya surga akan kau dapatkan.” (HR. ath-Thabrani)

Kemarahan adalah bara api yang dilemparkan oleh setan ke dalam lubuk hati anak Adam. Oleh sebab itulah kita bisa melihat kalau orang sedang marah maka kedua matanya pun menjadi merah dan urat lehernya menonjol dan menegang. Dan berbagai hal lain yang tidak terpuji timbul di belakangnya. Sehingga terkadang pelakunya merasa sangat menyesal atas perbuatan yang telah ia lakukan.

Lalu bagaimana mengendalikan marah, Rasul saw mengajarkan kepada kita, bila sedang marah atau emosi berkecamuk, segeralah berwudhu (bersuci), supaya menjadi tenang, ”Sesungguhnya marah itu datangnya dari setan dan dia (setan) diciptakan dari api, dan api dapat dipadamkan dengan air. Karena itu jika salah seorang dari kalian marah maka berwudhulah.” (HR. Ahmad)

Di bulan mulia kita dilatih untuk menahan emosi, Rasul saw menegaskan, jika ada seorang yang menghinamu atau berbuat bodoh kepadamu, maka katakanlah: “Aku sedang berpuasa”. (HR. Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim). Oleh karena itu, mudah-mudahan dengan belajar di madrasah Ramadhan ini, kelak kita dapat meneruskan pasca Ramadhan. Amin



emang paling susah kalo nahan amarah pa ustad
Aduh ane puasa masih cuma nahan lapar sama haus doang
marah ditahan malah jadi penyakit ,rugi dong . susah dah teori mah.
krn setiap hari godaan itu pasti datang
Marah ngga ada manfaatnya, cuekin aja selow
ane suka , waktu rasul bersabda "Jangan tumpahkan kemarahanmu , niscaya surga akan kau dapatkan.”
keren contohnya taz
semoga bisa nahan amarah jg nih
Paling susah nahan amarah, tapi ternyata ada yang lebih utama ya pak ustadz
Pejwan memang beda
amarah itu paling susah gan sama susahnya dengan ikhlas , belajarnya seumur hiup
Kadang susah hindarin kalo dijalan. Banyak setannya
Nahan amarah paling susah apalagi anak anak main petasan
aku sedang berpuasa gan.
tunggu entar kalau udah maghrib, ane kejar ente sampai kemana aja.

siap2 tarweh gan.
sulit emang mengendalikan esmosi , sometimes silence is the best answer
mekiwan dulu sblm ht
Sabaarr lebih bermanfaat
Orang yang kuat itu orang yang mampu menahan amarahnya

=========================
Ngomong2 ts-nya beneran ustad Al Habsyi gak ya
tadi siang di bus ada yang bkin marah tad, langsung dah ane minum air mineral biar kaga marah. jadi batal dah puasa ane
gembok pekiwan ah
Via: Kaskus.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar