Sejumlah jurnalis perempuan yang tergabung dalam Jaringan Jurnalis Perempuan (JJP) Jawa Tengah menggelar aksi unjuk rasa ketika memperingati Hari Anak Nasional di Semarang, Jateng, Jumat (22/7/2016).
Hari Anak Nasional pada 23 Juli 2016 ini masih dibayangi praktik kekerasan seksual. Pemberatan sanksi bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak akan menjadi jaminan ekstra bagi masa depan Indonesia yang lebih ramah anak.
Tingginya angka kekerasan seksual terhadap anak dapat dilihat dari survei daring mengenai kekerasan seksual yang diadakan oleh Lentera Sintas Indonesia dan Magdalene.co, bekerja sama dengan Change.org Indonesia.
Survei yang berlangsung selama Juni itu bertujuan memahami sejauh mana kekerasan seksual terjadi dalam kehidupan sehari-hari dari perspektif korban atau penyintas. Total responden yang berpartisipasi secara anonim mencapai 25.213 pengguna internet, terdiri dari 12.812 perempuan, 12.389 laki-laki dan 12 transgender.
Dari jumlah itu, 37,87 persen mengaku pernah mengalami kekerasan seksual dalam berbagai bentuk, seperti pelecehan secara verbal, pelecehan fisik, dipaksa menonton film porno serta pemerkosaan. Jika dirinci berdasarkan gender, maka 5.995 perempuan (62,8 persen), 3.544 laki-laki (37,1 persen), dan 10 transgender (0,1 persen) pernah mengalami kekerasan seksual.
Mayoritas responden (58 persen) mengaku pernah mengalami pelecehan secara verbal dan 6 persen responden atau 1.636 orang, mengatakan pernah dipaksa, diintimidasi dan diancam melakukan aktivitas seksual atau pemerkosaan.
Netizen yang mengaku korban pemerkosaan ternyata mayoritas (66 persen atau 1095 orang) mengalaminya sebelum usia 18 tahun. Artinya, ada 2 dari 3 responden yang mengaku mengalami pemerkosaan ketika masih usia anak.
Dari 6 persen yang mengaku mengalami pemerkosaan, sekitar 93 persen korban memutuskan untuk tidak melaporkan kasusnya. Sementara dari sekitar 6 persen yang memutuskan melapor, hanya 1 persen yang mengatakan kasusnya diselesaikan secara tuntas oleh pihak berwajib. Sisanya menghadapi penghentian kasus, pelaku bebas, berakhir 'damai' dan alasan lainnya.
Sejumlah alasan tak melaporkan kasus kekerasan seksual yaitu takut disalahkan, takut tidak didukung keluarga, diancam/diintimidasi, bantuan hukum masih mahal, takut dinikahkan dengan pelaku serta karena masih kecil.
Ketua Komisi Nasional Anti-Kekerasan Terhadap Perempuan, Azriana R.M. mengatakan, data survei menggambarkan betapa rendahnya kepercayaan korban pada penegak hukum. Hal ini bisa jadi berjalan paralel dengan minimnya prestasi penegak hukum dalam mengusut kasus kekerasan seksual.
"Sebuah pesan yang cukup keras bagi aparat penegak hukum untuk dapat mengusut kasus-kasus kekerasan seksual hingga tuntas," kata Azriana dalam keterangan tertulis.
Survei kekerasan seksual ini semakin mengukuhkan tingginya urgensi penghapusan kekerasan seksual di Indonesia. Wulan Danoekoesoemo, Direktur Eksekutif Lentera Sintas Indonesia, kelompok pendukung untuk para penyintas kekerasan seksual, mengatakan rendahnya angka pelaporan korban kekerasan menciptakan iklim impunitas dan membuat penyintas sulit mendapatkan keadilan. "Inilah yang mendorong kami melakukan kampanye #MulaiBicara,"," ujar Wulan.
Sementara Desmarita Murni, Direktur Komunikasi dari Change.org Indonesia mengatakan bahwa hampir 70 persen dari responden survei berusia di bawah 35 tahun, mengindikasikan tingkat kepedulian masyarakat, khususnya usia muda, yang relatif tinggi terkait isu kekerasan seksual.
"Ada kepedulian, dukungan sekaligus desakan kuat agar pemerintah serius menangani penghapusan kekerasan seksual. Jika pemerintah dan aparat berwenang tidak segera merespon suara masyarakat ini, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dapat menurun," ujarnya.
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan hari besar bagi semua anak, tak terkecuali bagi anak penyintas bencana alam, anak jalanan, anak korban kekerasan dan penelantaran, anak di area pedalaman dan perbatasan, serta anak dalam situasi konflik.
Ketua Umum LPA Indonesia Seto Mulyadi mengatakan, betapa indah apabila Hari Anak tahun ini dirayakan dengan bingkisan berupa peresmian Undang-undang Perlindungan Anak hasil perubahan kedua.
"Undang-udang yang memberikan pemberatan sanksi pidana bagi pelaku kejahatan terhadap anak merupakan jaminan ekstra bagi masa depan Indonesia yang lebih ramah anak," kata Seto dikutip Metrotvnews.com.
Peringatan Hari Anak, kata Seto, bisa dijadikan momentum agar seluruh pelaku kejahatan terhadap anak dieksekusi berdasarkan vonis hakim dengan hukuman pemberatan. Termasuk pembayaran restitusi bagi korban dan hukuman mati bagi pelaku dewasa.
Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...erasan-seksual
---
parah kerekrasa mulu padahal yg keras2 belum tentu enak
kakek tau sendiri
Quote:
ane mo pensiun ngaskus gan
makanya ane jual id ane yg thn 2004-2005
harga mulai 15rb/id+email aktif, pangkatnya newbie
bayarnya lewat pulsa aja biar gampang
sms serius only gan
0858-5728-6796
kakek tau sendiri
Quote:
ane mo pensiun ngaskus gan
makanya ane jual id ane yg thn 2004-2005
harga mulai 15rb/id+email aktif, pangkatnya newbie
bayarnya lewat pulsa aja biar gampang
sms serius only gan
0858-5728-6796
skrng banyakj anak alay gan
mimin kapan kimpoi?
jangan nungguin davina terus min
jangan nungguin davina terus min
kak seto awt muda ya apa rahasianya kak
pelaku kekerasan ahrusnya dihukum mati aja lah
(– ˛ — ٥ ) jaman skr parah bgt yah
loh, demonstrannya pada make baju sekolah ya.. kreatif2 sih ya
ingat, kualitas tontonan anak2 sekarang juga harus diperhatikan dah..
Pada salah pergaulan gan
perhatian dari otangtua itu sangat penting
mungkin itu akibat mudahnya mengakses vokeb..........gan, jadinya bnyak orng berpikiran mesum
semoga masa depan anak Indonesia bisa lebih cerah ya
dan yang merusak masa depan mereka semoga lenyap dan binasa
dan yang merusak masa depan mereka semoga lenyap dan binasa
matikan sja,,,, drpd numpukin sampah......
dunia emang makin gila, demikian jg penghuninya
Quote:Original Posted By sab3nsawh ►
mungkin itu akibat mudahnya mengakses vokeb..........gan, jadinya bnyak orng berpikiran mesum
emang yg mesum2 tuh pemicu utamanya
mungkin itu akibat mudahnya mengakses vokeb..........gan, jadinya bnyak orng berpikiran mesum
emang yg mesum2 tuh pemicu utamanya
ane mau tanya
"hari anak" ini di tujukan bwt range umurnya berapa? sama anak smp kena uu perlindungan anak dsb dsb, tapi anak sd sekarang aja ud 'gemes'
"hari anak" ini di tujukan bwt range umurnya berapa? sama anak smp kena uu perlindungan anak dsb dsb, tapi anak sd sekarang aja ud 'gemes'
prihatin dengan nasib anak2 sekarang...semoga kedepannya baik2 saja tidak ada kekerasan lagi
Quote:Original Posted By matt.hunter ►
emang yg mesum2 tuh pemicu utamanya
tapi tidak semua orang mesum jd penjahat klamin lo gan
Via: Kaskus.co.id
emang yg mesum2 tuh pemicu utamanya
tapi tidak semua orang mesum jd penjahat klamin lo gan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar