Jessica Kumala Wongso udah menjalani 32 kali persidangan dalam kasus kematian Wayan Mirna Salihin. Kamis kemarin, 27 Oktober 2016, Majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menjatuhkan vonis 20 tahun penjara. Sejak awal hingga akhir, kasus ini tuh ibarat drama yang terus-terusan disorot publik lewat tayangan televisi.
Meskipun Jessica Kumala Wongso udah divonis terbukti bersalah, namun Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta masih gagal untuk menampilkan bukti-bukti langsung yang membuktikan kalo Jessica itu pembunuh Mirna. Bahkan sampai pembacaan vonis, nggak ada saksi mata yang melihat Jessica menaruh racun ke kopi yang diminum Mirna. Begitu juga dengan rekaman CCTV yang juga nggak bisa menampilkan adegan Jessica memasukan racun. Intinya: nggak ada saksi mata, nggak ada bukti langsung dan pengakuan terdakwa juga terus menolak dakwaan telah meracuni Mirna.
Tapi, kenapa Jessica bisa tetep divonis bersalah dan hukuman penjaranya 20 tahun? Ini yang membuat banyak orang penasaran.
Bukti-Bukti Tidak Langsung
Di situasi tersebut, Majelis Hakim memaksimalkan bukti-bukti nggak langsung, atau circumstance evidence. Bukti tidak langsung ini biasanya bukan cuma tunggal, tapi terdiri dari serial bukti-bukti, semacam kepingan puzzle, yang kalo disusun akan mengarah pada titik tertentu, dalam hal ini terdakwa atau orang-orang yang dicurigai.
Contohnya itu kayak sidik jari yang ditemukan di lokasi kejahatan (bukan pada alat bukti pembunuhan), dapat digunakan sebagai alasan pembenaran bahwa seseorang bersalah dan terlibat dalam kejahatan itu. Selain itu motif juga menjadi penting bagi circumstantial evidence agar tuduhan atau dakwaan punya nilai integritas.
Spoiler for Kalo di kasus Jessica, menurut analisa abal-abal ane gan, ini dia bukti tidak langsungnya:
1. Jessica ini sakit hati karena omongan Mirna yang nyuruh dia buat putus ama pacarnya, di sisi lain si Mirna baru nikah dan Jessica gak diundang! Ini kayaknya si Jessica gak demen deh dinasihatin, terus makin panas aja dia liat Mirna nikahan tapi dia gak diundang
2. Jessica buang celana jeans yang katanya robek. Kayaknya ane kalo punya celana robek gan, kalo bisa ditambel dulu, apalagi kalo celananya mahal Harusnya sih kalo nggak ada apa-apa, ya nggak usah langsung dibuang juga kali ya.
3. Si Jessica udah dateng ke kafe terus ngeliat ke dalam lorong di kafe, terus keluar lagi, eh balik lagi sekitar 45 menit kemudian sambil bawa 3 paperbag. Kalo emang dia mau ngasih hadiah ke 2 temennya, kenapa 3 gitu? Kan temennya cuma 2 orang. Terus pas duduk si paperbag itu keliatan nutupin minuman yang udah dipesen, padahal gelas es kopi Vietnam itu kan biasanya tinggi. Terus posisi minumannya emang gak keliatan sama sekali di CCTV. Padahal tangannya Jessica kan kayak gerak-gerak gitu di belakang paperbag. Kira-kira ngapain gan?
4. Pas si Mirna pingsan, si Jessica malah bengong dan ngeliatin aja, nggak panik kayak Hani atau pelayan di sana yang langsung ambil air mineral dan kursi roda. Wajarnya nih gan menurut ane, kalo temen tiba-tiba pingsan, itu panik banget sih dan langsung cari pertolongan, mungkin bisa jadi ngasih minyak kayu putih kek atau nanya klinik mall kalo emang di mall. Lah ini dia ngeliatin doang? Di rumah sakit juga gitu ternyata, di saat temennya pada nangis pas tau kalo Mirna meninggal, eh si Jessica malah nggak nangis sama sekali
5. Kalo ke kafe di mall nih gan, biasanya sih kalo pesen ya pesen dulu dan bayarnya belakangan karena biasanya suka nambah makanan gitu di tengah-tengah. Nah ini si Jessica udah mesenin eh langsung close bill alias langsung bayar. Seakan-akan udah nyiapin kalo pas mau pulang bakalan susah bayarnya.
6. Yang paling parah, ternyata Jessica waktu masih di Australia udah pernah terlibat 14 kasus di antaranya adalah mengancam bunuh diri dan mengendarai mobil dalam pengaruh alkohol sehingga diancam hukuman 2 tahun penjara. Si Jessica udah jadi Permanent Residence di Australia karena dia emang udah lama tinggal di sana. Track recordnya juga ternyata udah sering berhubungan sama pihak kepolisian gan
7. Yang jarang kedengeran, ternyata saat ditahan, si Jessica ini doyan banget minum kopi. Padahal awalnya dia bilang kalo dia trauma minum kopi karena keingetan Mirna dan dia punya maag. Lah dia amnesia kali ya?
Sebuah kejahatan pembunuhan harus menjawab beberapa hal, seperti apakah sebab kematiannya? Jika benar kematiannya akibat pembunuhan, bagaimana cara membunuhnya? Jika pembunuhan benar terjadi, lalu siapakah pelakunya? Jika pembunuh telah diketahui, apa motif kuat pelakunya?
Dalam kasus kematian Mirna ini, Jessica didakwa membunuh Mirna karena dialah orang yang paling lama menguasai atau mengendalikan kopi yang diminum Mirna. Bukti bahwa Jessica ada di lokasi, menguasai atau paling dekat dengan kopi dalam waktu yang lama, ditambah rangkaian fakta tentang persoalan psikis Jessica, plus ditemukannya motif dendam dan sakit hati, membuat Majelis Hakim merasa yakin bahwa memang Jessica yang membunuh. Itulah circumstansial evidence, atau bukti tak langsung, yang dimaksud Majelis Hakim.
Penggunaan Circumstansial Evidence di Indonesia
Di Indonesia penggunaan circumstantial evidence sudah dan pernah dilakukan pada dalam dua kasus. Contohnya adalah kasus kartel minyak goreng dan kartel fuel surcharge. Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KKPU) terhadap dua kasus itu seluruhnya mengandalkan bukti tak langsung atau circumstansial evidence.
Namun, ketika kasasi dilakukan, bukti-bukti ini dibatalkan Mahkamah Agung. Menurut Ketua KPPU, Nawir Messi, yang mengawal dua kasus tadi, dunia hukum Indonesia belum mengenal istilah circumstantial evidence. Alhasil, tanpa memeriksa kasus secara mendalam, pengadilan langsung mengenyampingkan perkara tersebut. Alasan pengadilan: hukum di Indonesia tidak mengenal circumstantial evidence.
Meskipun contoh kasus kartel tersebut terjadi dalam ranah hukum perdata, bukan pidana seperti dalam kasus kematian Mirna, namun tindakan para kartel, mafioso, bahkan korupsi kakap, cenderung sulit untuk diungkap karena dilindungi kekuatan-kekuatan politik, tidak terkecuali yang melibatkan penegak hukum itu sendiri.
Di negara lain yang sistem hukumnya lebih progresif, penggunaan alat bukti baik hard evidence (atau dikenal dengan direct evidence) maupun circumstantial evidence diakui di pengadilan sebagai alat bukti yang sah. Masalahnya adalah penggunaan circumstantial evidence mesti ketat metodologi dan pembuktiannya, dan dilakukan dengan argumen yang masuk akal.
Di sinilah perkaranya. Pengadilan Jessica secara tidak langsung telah memperkenalkan circumstansial evidence kepada khalayak luas. Sayangnya, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang mengadili Jessica kurang meyakinkan dalam menggunakannya.
Penggunaan kata “naluri”, atau analisis terhadap air mata dan ingus Jessica, membuat circumstantial evidence menjadi empuk untuk diperdebatkan. Publik bisa bertanya, dan memang sudah banyak yang mempersoalkan, mengapa hakim memutuskan berdasarkan naluri? Dampak turunannya adalah circumstantial evidence dikenal khalayak dengan jalan yang tidak meyakinkan. Tapi Majelis Hakim jalan terus dengan argumentasinya terutama untuk membuktikan motif pembunuhan.
Memang benar Jessica yang paling lama mendapatkan akses terhadap kopi yang diminum Mirna, tapi itu masih kurang solid sebagai circumstansial evidence karena mengabaikan kemungkinan yang lain. Misalnya: saat kopi sedang diracik oleh barista atau selama berada di dapur kafe.
Jelas rentang waktu ketika karyawan kafe menyiapkan kopi pesanan Jessica tidak selama ketika Jessica “menguasai” kopi di meja. Tapi lama atau sebentar mestinya harus diuji secara meyakinkan juga sebagai circumstansial evidence. Adakah CCTV yang mengawasi proses peracikan kopi? Sudahkah saksi mata dalam proses peracikan kopi diselidiki dengan maksimal?
Bayangin kalo CCTV di dapur, atau saksi-saksi mata proses pembuatan atau peracikan kopi, juga diselidiki dengan maksimal dan terbukti memang tidak ada yang mencurigakan dari seluruh proses mempersiapkan kopi. Maka circumstansial evidence yang mengarah kepada Jessica juga bisa semakin meyakinkan dan solid.
Konstruksi peristiwanya karena Jessica menjalani hidup yang sulit selama di Australia. Hubungannya dengan Patrick memburuk dan dipersulit oleh kehilangan pekerjaan di NSW Ambulance. Ia pun pulang ke Indonesia dan berharap mendapat sambutan hangat dari Mirna. Alih-alih mendapatkan yang diharapkan, Mirna malah menasihati Jessica untuk menjauhi Patrick. Situasi menjadi lebih sulit karena Mirna sendiri ternyata sudah menikah dan Jessica tidak diundang ke pernikahan. Apalagi Jessica kemudian menyaksikan sendiri, dalam satu sesi makan malam, betapa hangatnya hubungan Mirna dan suaminya.
Dari sanalah Majelis Hakim merasa telah menemukan motif Jessica. “Motif kematian korban karena adanya unsur sakit hati atau dendam,” kata Majelis Hakim."
Kasus Jessica ini sangat menyedot perhatian publik, bahkan sejumlah stasiun TV juga menayangkan proses sidang dalam durasi cukup panjang, bahkan hingga 12 jam. Pembicaraan di media sosial pun selalu tinggi, bahkan hashtag #SidangJessica pernah ditweet lebih dari 24.000 ribu kali saat salah satu sidang berlangsung.
Kalo menurut analisa Detektif Kaskuser nih, setuju nggak dengan vonis 20 tahun buat Jessica?
Sumur:
Sumur 1
Sumur 2
Sumur 3
Sumur 4
Kasian yah padahal cantik loh
Ane sih gak setuju karena ya itu buktinya kayaknya kurang kuat.
Tapi kalo buktinya kuat hukum matipun ane setuju
Tapi kalo buktinya kuat hukum matipun ane setuju
pertanyaan ane :
1. dalam pembunuhan dengan menggunakan racun, hal yg paling sulit bukan memasukkan racun, tapi wadah tempat menaruh racunnya sebelum dimasukkan dan membuang wadah racun tersebut.
pertanyaannya, apakah wadah tempat racun tersebut sudah ditemukan atau belum?ditemukan dimana?apakah ada sidik jari tersangka diwadah tersebut atau tidak?
2. mengapa keluarga korban menolak autopsi? mengapa mayat korban tidak diautopsi dulu untuk membuktikan kalo korban memang dibunuh sianida?atas dasar apa penuntun memutuskan korban tewas karena racun sianida kalo mayat korban tidak diautopsi? bukannya dengan autopsi akan diketahui dgn pasti apa penyebab kematian korban?
3. jika memang karena sianida, sianida bukan zat yg gampang didapat. darimana tersangka bisa mendapatkan sianida? apakah ada bukti dan saksinya dimana sianida tersebut didpt?
4. jika mengacu ke rekaman cctv, apakah ada bukti video yg jelas2 mereka tersangka memasukkan racun kegelas korban?
5. jika memang menggunakan racun, bukankah barista yg membuat dan menghidangkan kopi lebih memiliki kesempatan buat memasukkan racunnya? bagaiman alibi dan kesaksian baristanya? apa ada bukti dan saksi yg menjamin bukan barista yg memasukkan racunnya?
1. dalam pembunuhan dengan menggunakan racun, hal yg paling sulit bukan memasukkan racun, tapi wadah tempat menaruh racunnya sebelum dimasukkan dan membuang wadah racun tersebut.
pertanyaannya, apakah wadah tempat racun tersebut sudah ditemukan atau belum?ditemukan dimana?apakah ada sidik jari tersangka diwadah tersebut atau tidak?
2. mengapa keluarga korban menolak autopsi? mengapa mayat korban tidak diautopsi dulu untuk membuktikan kalo korban memang dibunuh sianida?atas dasar apa penuntun memutuskan korban tewas karena racun sianida kalo mayat korban tidak diautopsi? bukannya dengan autopsi akan diketahui dgn pasti apa penyebab kematian korban?
3. jika memang karena sianida, sianida bukan zat yg gampang didapat. darimana tersangka bisa mendapatkan sianida? apakah ada bukti dan saksinya dimana sianida tersebut didpt?
4. jika mengacu ke rekaman cctv, apakah ada bukti video yg jelas2 mereka tersangka memasukkan racun kegelas korban?
5. jika memang menggunakan racun, bukankah barista yg membuat dan menghidangkan kopi lebih memiliki kesempatan buat memasukkan racunnya? bagaiman alibi dan kesaksian baristanya? apa ada bukti dan saksi yg menjamin bukan barista yg memasukkan racunnya?
Nyimak aja gan... Buat pembelajaran aja.. Yg mau kritisi silahkan.. Penting jangan jadi sok keyboard warrior
Yah begitulah Indonesia,kayak lo ga tau aja.
Polisi yang baik cuma polisi tidur, Hakim yang baik cuma Hakim Bao
Polisi yang baik cuma polisi tidur, Hakim yang baik cuma Hakim Bao
Vonis nya Kurang gereget ni
bukti tidaklangsung padahal udah ada
bukti tidaklangsung padahal udah ada
kalo emang putusan hakim gitu ya udah kita hormati aja.
tapi kalo emang seandainya si Jess nggak salah, ya anggap aja dia korban peradilan indonesia yang busuk
itu sudah
tapi kalo emang seandainya si Jess nggak salah, ya anggap aja dia korban peradilan indonesia yang busuk
itu sudah
Puyeng mikirin jessica mulu, jessica aja ga mikirin gua
ditunggu part 2 nya ...
masih ada banding gan, kalo memang buktinya kurang kuat semoga di PT bisa meringankan jessica
btw bakal live lagi ngga nih season 2 nya?
btw bakal live lagi ngga nih season 2 nya?
Ah Yang Boneng ?
...
Sidang lagi ya bray
kalian pernah ngepikir ga kalo sebenarnya SIANIDA itu nama orang.
jadi yg bersalah itu SIANIDA bukan Jessica
jadi yg bersalah itu SIANIDA bukan Jessica
Hmmmmm.. Kasian lu jes
Quote:Original Posted By dimasommo ►
Ane sih gak setuju karena ya itu buktinya kayaknya kurang kuat.
Tapi kalo buktinya kuat hukum matipun ane setuju
Setuju bre
Ane sih gak setuju karena ya itu buktinya kayaknya kurang kuat.
Tapi kalo buktinya kuat hukum matipun ane setuju
Setuju bre
Quote:Original Posted By SuniC ►
Yah begitulah Indonesia,kayak lo ga tau aja.
Polisi yang baik cuma polisi tidur, Hakim yang baik cuma Hakim Bao
ngawur
hakim Bao cuma ada di china.....
Yah begitulah Indonesia,kayak lo ga tau aja.
Polisi yang baik cuma polisi tidur, Hakim yang baik cuma Hakim Bao
ngawur
hakim Bao cuma ada di china.....
Kalo ane sih udah tau dari dulu pelakunya siapa
kalo jesica bebas bakalan rame lagi ntar
harusnya dihukum seumur hidup / mati bray
Via: Kaskus.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar