Pages


Rabu, 23 Maret 2016

Duhai Pengunjuk Rasa, Jangan Biarkan Seorang Ibu Menumpahkan Airmata!

Duhai Pengunjuk Rasa, Jangan Biarkan Seorang Ibu Menumpahkan Airmata!Quote:Hi gan, apa kabar nih? Semoga sehat dan baik selalu, ya..

Sebelumnya ane ucapin makasih buat agan yang udah berkunjung, komen, dan rate5. Dan seperti biasa, kalau agan nggak suka, langsung ajah tutup jendela Kaskus di layar komputer agan sista.

Di tret ini ane mau bahas tentang demo angkutan umum yang sedang berlangsung di Jakarta saat ini. Meskipun ane nggak mantau di tekape, tapi ada beberapa kejadian yang tertangkap kamera wartawan televisi yang bikin hati ane tersayat. Kejadian yang membuat ane semakin yakin bahwa masyarakat kecillah yang dijadikan alat. Mereka pula yang merasakan akibat dari gagasan para petingginya.

Yuk kita lanjut ke pembahasan, gans!


Quote:Aksi Sweeping

Duhai Pengunjuk Rasa, Jangan Biarkan Seorang Ibu Menumpahkan Airmata!

Apa pendapat agan kalau ngelihat seorang ibu tua dipaksa turun dari sebuah metromini?

Si ibu itu melangkah turun dengan raut wajah bingung campur sedih. Sesekali ia menyeka airmata. Mulutnya komat-kamit menjawab pertanyaan wartawan yang menyorot wajahnya dengan kamera.

"Saya mau berobat, pak," keluhnya kepada pak polisi yang membantu si ibu turun menjauhi sopir angkot yang menghadang.

Sungguh miris. Jika si ibu meninggal di jalan, apakah mereka mau tanggung jawab? Atau jangan-jangan malah mereka sudah nggak peduli dengan nasib sesama. Yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana agar tuntutan mereka bisa terpenuhi. Persetan dengan orang lain yang kesusahan. Toh gw juga lagi susah!

Jika agan lagi kesusahan, apakah hal itu menjadi pembenaran bahwa orang lain harus turut merasakan penderitaan agan?


Quote:Pemicu Konflik

Duhai Pengunjuk Rasa, Jangan Biarkan Seorang Ibu Menumpahkan Airmata!

Ane sempat menyaksikan debat para petinggi penyedia jasa layanan angkutan online dan konvensional di acara ILC. Dari situ, ane menyimpulkan bahwa akar masalahnya adalah TARIF. Kita tahu bahwa dalam hal mengeluarkan uang, orang akan mencari harga terendah dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik. Di sinilah perang tarif antara taksi online dan taksi konvensional terjadi.

Taksi online, yang perusahaannya dianggap siluman, bisa dengan leluasa mengatur tarif mereka sendiri. Alasannya satu, mereka tidak dibebankan pajak perusahaan, pajak penghasilan, dan berbagai kebijakan lain yang dibebankan kepada setiap perusahaan yang ada.

Taksi konvensional, yang merasa teraniaya, menuntut pembubaran taksi online karena mereka menganggap bahwa tarif yang diberlakukan taksi online menghancurkan harga pasar. Mereka tidak bisa bersaing atau menurunkan tarif seenaknya karena mereka terikat dengan regulasi. Ada bagian penentu tarif seperti Organda setiap daerah. Inilah yang membuat mereka resah akan keberadaan pesaingnya yang mulai dicintai penggunanya.


Quote:Celoteh Masyarakat

Duhai Pengunjuk Rasa, Jangan Biarkan Seorang Ibu Menumpahkan Airmata!

Banyak yang komen secara spontan, "kenapa nggak bikin layanan online ajah sih? Kan perusahaannya udah gede!"

Pemikiran di atas memang benar. Pasti sangat mudah bagi perusahaan yang sudah lama berkecimpung di dunia pertaksian untuk merektur tim IT untuk membuat aplikasi online. Tapi, jika mereka membuat sistem serupa, mereka tetap terbentur masalah pajak perusahaan dan ketentuan tarif yang diberlakukan Organda. Apakah mereka harus membubarkan perusahaan yang sudah lama berdiri dan membangun perusahaan berbasis online yang belum tentu bisa bersaing dengan yang sudah ada?

Ada juga yang bilang, "ah elah, ini kan bagus bentuk kemajuan teknologi. Banyak masyarakat yang terbantu kok dengan keberadaan angkutan berbasis online!"

Pendapat ini juga benar karena orang-orang pada prinsipnya nggak mau repot untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tapi, jika tarifnya disejajarkan atau bahkan dibuat lebih mahal dari taksi konvensional, apa masih ngerasa mereka terbantu?


Quote:Solusi Terbaik

Duhai Pengunjuk Rasa, Jangan Biarkan Seorang Ibu Menumpahkan Airmata!

Pemerintah, dalam hal ini Dishub dan Kemenkominfo, selaku pembuat regulasi harus segera mencari titik tengah yang menguntungkan kedua belah pihak.

Kita ambil contoh pajak-pajak yang dibebankan kepada taksi konvensional juga harus diberlakukan bagi mereka yang bernaung di bawah perusahaan angkutan berbasis online. Penentuan tarif juga harus disama-ratakan antar penyedia layanan.

Dengan demikian, antara taksi online dan taksi konvensional bisa bersaing dengan sehat karena taksi online tidak bisa lagi menerapkan tarif 'murah meriah' ke masyarakat. Selain itu taksi konvensional juga akan mulai mengembangkan layanan online pada perusahaan mereka.

Lantas bagaimana dengan abang ojek konvensional yang belum punya tarif seragam? Cobalah membuat perkumpulan ojek konvensional dengan tarif yang jelas sehingga kepercayaan masyarakat bisa tumbuh kembali. Karena beberapa oknum ojek konvensional terkadang suka memberlakukan tarif 'aji mumpung' kalau masyarakat lagi kepepet menggunakan jasa mereka.


Quote:Kesimpulan

Duhai Pengunjuk Rasa, Jangan Biarkan Seorang Ibu Menumpahkan Airmata!

Baik angkutan berbasis online maupun konvensional, mereka semua sama-sama harus dijaga eksistensinya karena di belakang mereka ada anak-istri atau anak-suami yang menggantungkan hidup mereka pada tulang punggung keluarga. Janganlah bersikap egois memaksa harus begini harus begitu.

Sejatinya, rakyat kecil hanyalah alat yang dipakai oleh mereka yang berkepentingan untuk memuluskan keinginannya. Jangan biarkan rakyat tak berdosa menjadi korban. Kita semua diperintahkan untuk berusaha dan bekerja untuk menjaga wibawa keluarga. Agar kita tidak meminta-minta di jalan.

Sayangi diri kita masing-masing dengan menghargai orang lain karena pada hakikatnya rezeki yang sudah digariskan untuk kita tidak akan bisa dirampas orang lain.

Mari sama-sama berdoa agar pemangku kepentingan, dalam hal ini pemerintah, bisa mengeluarkan kebijakan yang seadil-adilnya untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.


Quote:Sekian dulu tret dari ane. Kalo menurut nte gimana, gans?



Ane minta maaf kalau ada kata yang kurang berkenan di hati agan. Ane nggak bosen-bosennya bilang kalo ane cuma manusia biasa, bukan Tuhan yang Maha Sempurna.

Sekali lagi ane ngucapin makasih buat yang sudah mampir. Ane juga nggak bosen-bosennya bilang kalo tret ini dibuat bukan untuk memuaskan segala kalangan. Jadi, kalau ada kekurangan karena tidak sesuai dengan minat agan, berilah maaf si TS karena hakikatnya, sebuah tret tidak akan mampu memuaskan seluruh Kaskuser.



Ada ibu lain yang dilukai perasaannya oleh pengunjuk rasa!

Quote:Original Posted By h4ydar
saia cuma mau kasih tambahan protes Ibu penjaga taman



Yang Geram:

Quote:Original Posted By obekiyen
Kalo ibu ane yang mau berobat trus diturunin, sampe nangis trus kenapa napa, ane habisin satu satu itu pendemo !



Opini Kaskuser:

Quote:Original Posted By syairbedarah
hhhmmm.. ga menyalahkan para taksi real, angkot real, metromini real, bajay real, bemo real... yanga salah dr pihak transportasi online... why? krn merka seenaknya aja nerapin tarif dengan harga paling rendah n seminim2nya.... org mana yg ga mau dikasih murah atas suatu barang dan jasa... kl ada yg bilang gak mau harga murah atas suatu barang n jasa, berarti orang itu munafik...

karena harga yg murah itulah, para penumpang transportasi real menjadi plberalih ke transportasi online. contoh, biasanya para penumpang kali deres - pulogadung naik angkutan bis patas dengan tarif 15rb bahkan lebih dengan penumpang yang penuh sesak ditambah macet pula tp semenjak adanya transportasi online dengan tarif yang sama 15rb tanpa desakan penuh penumpang dan cepatnya waktu krn bisa nyelap nyelip macet, alhasil pada beralih semua ke transportasi online tersebut dan mengakibatkan pendapatan para supir transportasi real tersebut berkurang. kalian gak tau apa kl para supir transportasi tersebut harus bayar setoran kurang lebih 500rb/hari dan juga belum termasuk bensin n kerusakaan lainnya selama perjalanan. gw pernah nanya sama beberapa supir transportasi real, mereka bisa membawa pulang uang 50rb per hari saja saat ini setelah dipotong gono gini atau malah bahkan tidak membawa hasil atau paling parahnya nombok ke perusahaan. itulah yang menjadi picu demo transportasi real sekarang ini.

kalo ada yang bilang, knp perusahaan transportasi tersebut ga membuat siatem online pula??? mau pasang tarip berapa lagi untuk ke penumpang, sedangkan saat ini aja penghasilan perusahaan menurun. bayar pajek kendaraan, bayar rute tujuan trayek n bayar yg lainnya... perusahaan besar transportasi real ga bs terapin harga seperti transportasi online dikarenakan modal... mereka saja sudah mengeluarkan dana yang besar seperti beli kendaraan, servis kendaraan, bayar pajak n yang lainnya. sedangkan transportasi online, kendaraan milik pribadi sang supir, ga ada pajak n yang lainnya, ga ada biaya servis kendaraan krn kendaraan milik pribadi sopir makanya ada sistem 80:20 atau 90:10 pembagian hasil. pihak perusahaan transportasi online justru malah seneng dengan sistem mereka masing2... bodo amat, gw ga pusing ini. kendaraan bukan punya gw, ga ada pajak n ga ada yg lainnya. ditambah lagi yang parah dengan seenaknya masang tarip murah. seharusnya supir transportasi online juga harus berpikir... semakin banyak masa transportasi online, maka semakin sedikit pula penghasilan anda saat ini. sedangkan rute para penumpang jauh dr ujung ke ujung dengan tarip murah. kl dipikir secara sistematis n pakai logika hitung2an, justru malah tekor dan lebih apes dr pd supir transportasi real makanya saat ini ga usah heran kl di pinggir jalan saat ini banyak supir transportasi online pada mangkal gerombolan kurang lebih 10 orang buat nunggu orderan yang menurut saya gak lebih dr pd nongkrong2, ngopi, ngeroko n ngobrol ngalor kidul... kendaraan pribadi jadi cepet rusak krn sering di bawa jalan, beli bensin, bayar pajak tahunan, bayar pajak bulanan, biaya servis bahkan biaya tak terduga lainnya.... semua itu ditanggung oleh si pengendara supir transportasi online krn kendaraan punya mereka sendiri.


info tambahan, berdasarkan cerita pengalaman dari sang sopir ojek online, saat ini semua hape pendukung kegiatannya udah di root, pasang busy box, fake GPS sesuai dengan jarak keinginan masing2, auto aply order, lucky patcher gt dehh... jadi para sopir tersebut istilah lainnya berbuat curang antar sesama supir ojek online lainnya... dengan kata lain sang supir ojek online yang sudah di pasang aplikasi tersebut ga perlu lagi plototin hapenya,ngayap mondar mandir n adu cepet klak klik teken hape. sudah auto. tergantung sinyal n keajaiban keberuntungan dr yang maha kuasa. malanya kl ada yg biasa order transportasi tersebut tapi suka lama banget datengnya harap di maklumin aja coz mungkin jarak sebenarnya sang supir transportasi online tersebut bisa mencapai 5km dr tempat anda mengorder.


Kalau orang yang berpikiran smart, lebih baik mendukung transportasi real untuk kebaikan antar sesama bukannya untuk memihak salah satu.

maaf kl berantakan, lagi online lewat hape n ketikan apa adanya langsung dr otak.


Quote:Original Posted By cheungchilam
solusinya legalkan dan terapkan aturan buat angkutan online. pemerintah belum saatnya menutup layanan angkutan online, karena pemerintah belum bisa menciptakan angkutan umum yang memadai.


Quote:Original Posted By BangBuddeLC
Akibat dari Tidak disiplin, sistem yg tidak up-date, merasa terlalu "nyaman". Baru kerasa sekarang kan dampaknya?
Internet yg di Indonesia usianya baru se-ABG sudah merubah sistem persaingan kita. Entar kan 10-15 thn lagi ada demo sama kaya gini.


Quote:Original Posted By ms.girl
gw rasa konyol kalo mereka demo karena alasan penumpang sepi karena penumpang mereka keambil ama transportasi berbasis online

karena menurut ane ya, orang mah yg naik angkot ya ttp naik angkot
dulu naik angkot skrg belum tentu doi naik gojek atau grab tiap hari
yang dulu nya ngangkot jg belum tentu sekarang naik uber/grab car tiap hari

tarifnya beda jauh bos.. angkot 4-5rb sedangkan ojek online/uber tarifnya lebih mahal dari itu
ya orang paling naik transport online kalo ada disituasi tertentu aja

tapi beda cerita kalo mereka beralasan minta bubarin transport online karena ngerasa gak fair sama perusahaan transport berbasis online yg ga di bebankan pajak dsb kayak transportasi konvensional

jadi menurut penerawangan ane, lebih baik pemerintah segera nge revisi Undang undang ttg transportasi supaya transport berbasis online bisa di bebankan pajak seperti perusahaan transport konvensional yg udah ada



Quote:Original Posted By rankaime
Ane setuju pendapat ente gan penyetaraan tarif, penyetaraan pajak, dan peyetaraan regulasi kendaraan pengangkut penumpang tapi ini ane rasa buat roda 4 yah. Buat roda 2 dari dulu juga gak ada regulasi gan jadi sebaiknya ajak aja yg belum online biar bisa online dan harus mau ikut tarif yg di tetapkan dishub. Soal anarkis juga dari sudut pandang manapun gak di benarkan gan, tapi lagi2 sejarah negara ini sendiri mencatat tanpa tumbal sangat sulit mendongkrak sebuah tradisi. Jadi apa perlu anarkisme? Gak perlu kayanya gan. Tapi apa bisa tanpa anarkisme sebuah tradisi berubah? Nah ini tanda tanyanya "bisakah sebuah tradisi berubah tanpa pengorbanan seperti contohnya anarkisme?"


Quote:Original Posted By verrellaaly
taksi online bisa lebih banyak peminatnya soal pake internet dan stardardnya mobil yang berkapasitas 7 penumpang gan, juga harganya lebih murah, seharusnya taksi konvensional juga menerapkan hal yang serupa, untuk soal pajak seharusnya petingginya yang bertanggung jawab, sebab pengemudi taksi online juga berharap banyak untuk tetap di legalkan, demi menafkahi keluarganya di saat susah mencari lowongan kerja sekarang ini gan


Quote:Original Posted By wiraspy
Spoiler for mikir sejenak:

Duhai Pengunjuk Rasa, Jangan Biarkan Seorang Ibu Menumpahkan Airmata!


pejwan

Quote:Original Posted By kevincostan
Mnrt saya yah ini bukan sepenuhnya salah angkutan online. Sbagai seorang yg sama2 cari duit, ini namanya persaingan dan kita sbagai customer g peduli mau tu prusahaan byr pajak kek to ap, kita mau playanan bagus dan murah. Shrsnya mrk it nunjuk diri mrka sndri dlu, apa angkutan mrk ud layak? Apakah servis mrk bagus? Mrk blg hrs uji kir dll, tp ap bner angkot2, kopaja metro mini yg lulus kir it sebanding sama angkutan online? Saya rasa nga sama sekali.

Skrg soal taksi regular, sblm lu tembak taksi online sbagai biang masalah sepi penumpang shrsnya lu mikir ap ini slh mrk? Sob, sama2 cari duit dan mrk halal gt krjnya, lu ngrasa tmpt lu g nyaman knp g pndh aj ? Lu pikir skrg, apa prusahaan lu lakuin? Mrk tu yg hrs d salahin, wlpn prusahaan g dbatasi uu soal jumlah taksi tp mrk shrsnya mikir sehat ato nga persaingan supir taksi yg bnyk d prusahaan mrk? Bos taksi mah enak, setoran naek, tp supir2 kn duit bersih berkurang. Ud tarif dan setoran naek jg kn? Knp prusahaaan g bkin aplikasi sama jg ? Pmaen lama, jgn mentang2 ud ddk enak dr dl malah gmw inovasi. Bung zaman berubah, gmw maju, lu ditinggal. Prusahaan gede macem nokia aj ampe jual divisi hape. Ini la mental indo, g prnh mikir bwt maju bisanya salahin keadaan. Dan bwt supir2 d luar yg anarkis, smakin lu anarkir smakin gw g respek untuk naek taksi lu. Nurunin pnumpang smbrngn, injek2 tanaman pas demo, lempar2 an batu ..

Prusahaan taksi jg kyk t*i, blgnya mrk g dukung demo tp mrk jg g ksh kmntr ap2 seolah olah dia bkin supir2 nya yg slah. Politik 2 kaki banget

Dewasa dkit la bung!! Hidup keras tapi bkn brarti hrs dprotes trs, cari solusi!


Quote:Original Posted By shadowdogs
Mari kita baca artikel ini utk memahami demo taxi hari ini :

Ini Dampaknya Ketika Anak-Anak Muda Mengeksplorasi 'Sharing Economy'

Oleh Rhenald Kasali
(@Rhenald_Kasali)

Karena sharing, maka menjadi murah. Selamat datang anak-anak muda pembaharu!

Mereka memang berbeda dengan orang-orang tua yang dibesarkan dalam peradapan “memiliki.” Orang-orang tua tahunya berbisnis itu harus membeli dan menguasai. Jadinya semua mahal. Mobil harus beli sendiri, tanah, gedung, pabrik, bahan baku, semua disatukan dengan nama pemilik yang jelas.

Akibatnya modal jadi besar. Mau buka mal urusannya banyak. Sedangkan generasi milenials cukup pergi ke dunia maya. Serahkan pada pada robot (digital technology), lalu berkumpullah para pemilik barang untuk membuka lapak di sana dan berbagi hasil.

Sama juga dengan membuka usaha transportasi. Yang mahal hanya ide, lalu buat aplikasinya. Siapapun yang punya kendaraan bisa bergabung, dan malam harinya kendaraan tersebut diparkir di rumah masing-masing. Tak perlu jasa keamanan atau pol taksi.

Akibatnya wajar, kalau sebagian generasi tua gagal paham menyaksikan ulah mereka yang memurahkan segala macam harga.

Kalau ini mewabah, gila! Indonesia bakal dilanda deflasi, bukan inflasi. Tapi kini mereka dituduh menerapkan strategi harga predator yang bisa diperkarakan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Ongkos taksi yang harusnya Rp 150.000, cuma dihargai Rp 70.000.

Kamar penginapan yang permalamnya Rp 1 Juta ditawarkan Rp 200.000. Apa betul ini persaingan tak wajar?

Belum lagi gadget, tiket, atau perabotan sehari-hari. Milenials bukan saja pribumi di dunia digital, melainkan juga sharing economy.

Kriminalisasi atau Legalisasi

Tapi gini ya, ini bukan prostitusi online yang bekerja sembunyi-sembunyi. Mereka hadir terang-terangan di depan mata kita. Bahkan kita sesekali mencicipinya. Tetapi sebagian orang sering menyamakan mereka dengan bisnis ilegal.

Persepsi ini diperburuk oleh ketidakmengertian kita tentang sharing economy yang gejalanya sudah marak dimana-mana. Kita bilang mereka menerapkan strategi “predatory pricing“. Kita juga bilang, aspek keamanan mereka tak terjamin.

Kedua isu itu sudah mereka diskusikan sejak 3 tahun yang lalu. Makanya mereka mengembangkan sistem komunal dan rating. Siapapun yang reputasinya buruk dari consumer experience, mereka drop dari komunitas berbagi itu. Sejarah hidup mereka di-review dari perilaku sehari-hari di dunia maya.

Maka, bagi para orang tua, cara kerja anak-anak muda ini sulit dipahami. Sebagian pengambil kebijakan dan para pelaku usaha lama yang sudah terikat dengan fixed cost yang besar, menuntut agar usaha mereka dihambat. Atau kata publik, dikriminalisasi. Ditangkap, dijebak, dibubarkan, diblokir, dan diusir dari republik ini.

Namun susahnya, dunia sharing ini adalah dunia yang tak mengenal batas-batas negara. Diusir dari sini, ia bisa dioperasikan dari luar negeri. Di luar negri, kriminalisasi, denda dan larangan sudah dilakukan berkali-kali, tetapi mereka kembali hidup lagi di tempat lain, bahkan dimodali Silicon Valley.

Saya sendiri memilih jalan perubahan. Anda tak akan mungkin melawan proses alamiah ini. Daripada terus bertengkar, lebih baik beradaptasi.

Sejak dulu, para ahli sudah mengingatkan, teknologi baru menuntut manusia-manusia berpikir dengan cara baru. Kata Peter Drucker, New Technology X Old Mindset hasilnya: Fail! Gagal! Jadi teknologi baru butuh mindset baru. Itu baru menjadi kesejahteraan.

Jadi, para pelaku usaha yang lama harus berubah seperti tukang-tukang ojek pangkalan yang kini sudah berjaket hijau atau biru.

Sebagian customer masih nyaman pakai taksi langganannya. Tetapi pasarnya tinggal sedikit. Tak sebesar dulu lagi. Nah sebagian lagi, harus disiapkan dengan platform baru: sharing economy. Dan ingat, sebentar lagi pemilik-pemilik hotel pun akan berdemo dan para pekerjanya menuntut airbnb.com, couchsurfing.com dan sejenisnya dibubarkan.

Harta-harta Yang Menganggur

Problem yang muncul dari peradaban owning economy adalah sampah menumpuk dimana-mana, karena semua manusia ingin memiliki sendiri-sendiri. Jalanan jadi super macet di seluruh dunia, air semakin kotor dan gap kaya-miskin begitu besar.

Semua ini disebabkan oleh tragedi kapitalisme yang menghargai penumpukan modal, hak-hak kekayaan individu “yang tak mau berbagi” secara adil dengan efek penguasaan aset-aset strategis.

Padahal dulu, orang-orang tua kita hidup dalam sistem berbagi. Mereka hidup di kampung dan bebas melintasi tanah milik orang lain atau tanah ulayat yang tak berpagar.

Suasananya berubah, begitu tanah-tanah itu dikuasai orang lain yang mampu mengubah status tanahnya. Mereka tak lagi berbagi bahkan untuk sekadar numpang lewat saja.

Peradaban owning economy membuat individu-individu tertentu cepat mengendus harta-harta strategis, dan memagarinya, walau untuk jangka waktu yang lama tak digunakan.

Akibatnya di abad 21 ini lebih dari 50 persen tanah-tanah itu menganggur. Termasuk lahan-lahan pertanian yang kelak akan dialihfungsikan. Maka ia hanya ditumbuhi ilalang dan dipagari tinggi. Para ekonom menyebut istilahnya sebagai underutilized atau idle capacity. Boros, menganggur, tak produktif.

Pabrik-pabrik, perkebunan, vila mewah, mobil-mobil keren, semua dikuasai, tetapi belum tentu dipakai sebulan sekali oleh pemiliknya. Menjadi rumah hantu atau pajangan tak bermanfaat. Nice to have, only!

Sampailah muncul teknologi baru, dengan generasi perubahan. Bagi kaum muda sharing economy dianggap sebagai penyelamat planet ini dari keserakahan manusia. Mereka menggagas ideologi-ideologi praktis tentang kesempatan berbagi. Setelah kewirausahaan sosial, lalu sharing economy.

Mereka bilang, “buat apa membeli yang baru, kalau barang-barang yang lama saja masih bisa dipakai orang lain.” Maka jutaan barang-barang bekas yang ada di garasi dan gudang rumah dijual kembali via e-Bay, OLX atau Kaskus. Gila, piringan hitam zaman dulu hidup lagi. Velg-velg mobil yang sudah langka kini bisa ditemui.

Lalu mereka juga bilang, ”buat apa beli sepeda motor baru, kalau yang ada di masyarakat bisa dijajakan oleh pemilik- pemiliknya.“ Itu menjadi Gojek dan Uber.

Setelah itu kebun-kebun yang menganggur ditawarkan kepada anak-anak muda yang mau bertani, hasilnya mereka bantu jualkan langsung ke konsumen via igrow.com. Lalu pemilik-pemilik rumah-rumah atau satu-dua kamar yang kosong ditawarkan melalui . Bahkan ada tuan rumah yang menawarkan jasa plus sebagai guide buat jalan-jalan. Persis seperti menginap di rumah paman.

Di Prancis ada komunitas yang menawarkan mesin cuci pakaian, bahkan juga mesin cuci piring. Di Indonesia, ada yang menawarkan jasa pijet, yang pesertanya bahkan ada lulusan D3 fisioterapi untuk merawat pasien stroke. Prinsipnya, lebih baik jadi uang daripada rusak tak terawat; lebih baik murah tapi terpakai penuh ketimbang underutilized.

Ketika Sharing Economy menjadi gejala ekonomi yang marak, maka gelombang ini akan terjadi: Deflasi karena harga-harga akan turun, ledakan pariwisata dalam jumlah yang tak terduga karena banyak pilihan menginap yang murah, aset-aset milik masyarakat yang mengganggur menjadi produktif, dan kerusakan alam lebih terjaga.

Sebaliknya, ia juga menimbulkan dampak-dampak negatif: Pengangguran bagi yang tak lolos dalam seleksi alam (persaingan) dengan business model baru ini, kerugian-kerugian besar dari sektor-sektor usaha konvensional yang konsumennya shifting (berpindah), dan kriminalisasi oleh para penegak hukum atau pembuat kebijakan yang terlambat mengatur.

Sekarang negara punya dua pilihan. Pertama, tetap hidup dalam owning economy, dengan risiko pasar yang besar ini menjadi ilegal economy dengan operator pengendali dari luar Indonesia.

Kedua, melegalkan sharing Economy dan mendorong pelaku-pelaku lama menyesuaikan diri.

Silahkan direnungkan!


Itu ane copas Gan
Tapi silahkan dibaca
Ada benernya juga sih
Yang demo udah gue geplakin tadi palanya
bantuin sundul,
biar pada trenyh gan


V. ROSSI - yang terjadi ketika gagal merebut gelar ke-10

Hitam Putihnya Olahraga Tepok Bulu
Quote:Original Posted By ceritagajelas
Yang demo udah gue geplakin tadi palanya


Wah, bagus deh kalo gitu, gan.

Quote:Original Posted By ephie90
bantuin sundul,
biar pada trenyh gan


V. ROSSI - yang terjadi ketika gagal merebut gelar ke-10

Hitam Putihnya Olahraga Tepok Bulu


Hehe, makasih gan
kasihan juga ya gan, penumpang yg nggak salah ikut2an jadi korban
ane baru tau yang agan ceritain, jadi kepikiran ibu itu, naik apa ya
Akibat dari Tidak disiplin, sistem yg tidak up-date, merasa terlalu "nyaman". Baru kerasa sekarang kan dampaknya?
Internet yg di Indonesia usianya baru se-ABG sudah merubah sistem persaingan kita. Entar kan 10-15 thn lagi ada demo sama kaya gini.
menurut ane... mereka (yang konvensional) itu bodoh...
mereka gak mau keluar duit banyak buat bikin usaha online yang baru... jadi deh nyuru driver2nya buat demo...
satu lagi... karena mereka gak ingin pendapatan mereka turun... pendapatan turun = rugi tuh perusahaan yang imbasnya investor bisa lari....

itulah alasan mereka tetap berpegang teguh pada sistem lama... karena diturunin harganya salah.. di ubah ke sistem online juga salah... yaudah salahin kompetitor.. gampang kan

inilah indonesia kalo udah kalah segala cara pun di pake... gak kayak perusahaan seluler Nokiyem... kalah ya ngaku kalah perusahaan gue di ambil sama mikocok ya udah pasrah...

sisi positifnya ya itu orang indonesia ngotot itu aja
Quote:Original Posted By parasyte
kasihan juga ya gan, penumpang yg nggak salah ikut2an jadi korban


Quote:Original Posted By auliarahmahtnaz
ane baru tau yang agan ceritain, jadi kepikiran ibu itu, naik apa ya


Iya gan, tadi ane sempat liat live di berita. Ibunya itu bener-bener bikin hati ane tersayat. Dia cuma bawa tas jinjing berbahan kain gitu. Diarahin ke pinggir jalan ama pak polkis sambil ngusapin airmata
sungguh kasian ibu ibunya....
Kemungkinan besar mereka yg demo di pecat sama perusahaan
gue cuma mau bilang kalau yang demo dan sweeping
adalah orang-orang GOBLOK

itu sudah
Quote:Original Posted By blezzernet
menurut ane... mereka (yang konvensional) itu bodoh...
mereka gak mau keluar duit banyak buat bikin usaha online yang baru... jadi deh nyuru driver2nya buat demo...
satu lagi... karena mereka gak ingin pendapatan mereka turun... pendapatan turun = rugi tuh perusahaan yang imbasnya investor bisa lari....

itulah alasan mereka tetap berpegang teguh pada sistem lama... karena diturunin harganya salah.. di ubah ke sistem online juga salah... yaudah salahin kompetitor.. gampang kan

inilah indonesia kalo udah kalah segala cara pun di pake... gak kayak perusahaan seluler Nokiyem... kalah ya ngaku kalah perusahaan gue di ambil sama mikocok ya udah pasrah...

sisi positifnya ya itu orang indonesia ngotot itu aja


Ane setuju sm om...
Harusnya jaman sekarang kompetisi semakin membuat kita berinovasi lebih, jgn melakukan jalan ditempat terus menerus...
mending ubah aja namanya bukan jadi taxi online lagi, tapi jadi rental mobil + sopir per KM, temen ane yg buka rental mobil + sopir nya ajah gak kena pajak...
Quote:Original Posted By BangBuddeLC
Akibat dari Tidak disiplin, sistem yg tidak up-date, merasa terlalu "nyaman". Baru kerasa sekarang kan dampaknya?
Internet yg di Indonesia usianya baru se-ABG sudah merubah sistem persaingan kita. Entar kan 10-15 thn lagi ada demo sama kaya gini.


Quote:Original Posted By blezzernet
menurut ane... mereka (yang konvensional) itu bodoh...
mereka gak mau keluar duit banyak buat bikin usaha online yang baru... jadi deh nyuru driver2nya buat demo...
satu lagi... karena mereka gak ingin pendapatan mereka turun... pendapatan turun = rugi tuh perusahaan yang imbasnya investor bisa lari....

itulah alasan mereka tetap berpegang teguh pada sistem lama... karena diturunin harganya salah.. di ubah ke sistem online juga salah... yaudah salahin kompetitor.. gampang kan

inilah indonesia kalo udah kalah segala cara pun di pake... gak kayak perusahaan seluler Nokiyem... kalah ya ngaku kalah perusahaan gue di ambil sama mikocok ya udah pasrah...

sisi positifnya ya itu orang indonesia ngotot itu aja


Iya sih, gan. Itu kalo tadi ane baca komen katanya ada yang dibayar Rp100.000 buat demo. Kalo ada 10.000 taksi, udah 1M buat modalin demo dowank
demonya ga murni...
Quote:Original Posted By afterind
demonya ga murni...


Tadi ada yang ngaku2 sopir taksi bilang kalo yang demo dikasih duit seratus ribu, gan.. Entah bener atau nggak dah.
Quote:Original Posted By anwar04
ane stuju ma ente bradha,.. terlepas mo online atau offline... semua usaha yg mendapatkan untung di NKRI tercinta ini harus dikenakan pajak!..
Quote:Original Posted By ceritagajelas
Yang demo udah gue geplakin tadi palanya


gue demen gaya lu gan
Via: Kaskus.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar