Selamat Datang di Thread Ke - 3 Ane
Bukti No Repsol :
Terima Kasih Agan-Aganwati, HT ke 2 Ane
Quote:Saya percaya, anjloknya rupiah tak ada kaitannya dengan gagalnya Prabowo menjadi presiden. Juga bukan sebuah karma terhadap Jokowi yang telah menunda kemenangan Prabowo dalam kontes R1 idol. Tak ada kaitannya juga dengan perseteruan JK dan Rizal Ramli. Apalagi jika dikaitkan dengan perang statemen antara Ahok dengan Rizal yang lain. Rasanya tak masuk akal semua itu menjadi penyebab utama anjloknya nilai tukar rupiah.
Nah, dari pada mendengarkan penyebab anjloknya nilai tukar rupiah dari analis dadakan yang memposisikan diri sebagai haters bagi pemerintahan, atau menyimak bantahan dari ekonom instan yang memposisikan diri sebagai lovers-nya pemerintahan, mending kita menyimak pendapat beberapa ahli atau pelaku usaha mengenai penyebab “lain” melemahnya rupiah. Di jamin lebih objektif, independen dan masuk akal. Apalagi kalau sudah saya bumbui, pastinya lebih masuk akal. Walaupun bumbu yang berasal dari saya kurang klop, karena memang bukan ekonom, setidaknya bumbu-bumbu tersebut lebih masuk akal dibanding ucapan seorang haters akut stadium 4 atau lovers kronis stadium yang sama.
Konon, menurut ahlinya, nilai tukar rupiah yang terus melemah akhir-akhir murni disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang menyebabkan anjloknya rupiah dapat disebutkan dengan ringkas seperti di bawah ini.
1. Aksi borong dollar yang dilakukan spekulan asing menjelang akhir tahun 2014.
Aksi ini dipicu oleh momen liburan panjang seluruh umat manusia berkaitan dengan perayaan natal dan tahun baru masehi. Kebutuhan akan Dollar meningkat drastis. Para pelaku dunia usaha atau orang berduit yang ingin berlibur atau pulang kampung tentu lebih memilih dollar untuk pegangan mereka. Di belahan bumi manapun mereka berada, Money changer gampang ditemukan untuk menukar dollar mereka ke mata uang negara tujuan. Lha, kalau mereka pegang rupiah, emang bisa ditukar di Suriah? Wong ISIS saja membayar serdadu bayaran mereka dengan Dollar, kok.
2. Kebijakan moneter Eropa dan Jepang yang melemahkan Euro dan Yen.
Menurut BI, sepanjang tahun 2014, euro melemah 13 persen dan yen melemah 12 persen. kebijakan moneter (quantitative easing/QE) diambil agar pasar mata uang pemakai euro dan yen lebih kompetitif.
Imbasnya, kondisi ekonomi negara-negara berkembang menjadi tak stabil dan mata uang mereka cenderung melemah. Wajar, ibarat film, rupiah hanyalah figuran semata, bukan pemeran utama dalam film perekonomian dunia. Masalah lainnya, kita agak susah mencari sutradara perekonomian yang sekelas hollywod. Kalaupun ada, eh malah skenarionya yang berkelas Bollywod, bukan Hollywod. Kecenderungan pemirsa kita sih memang pada bollywod. Makanya gampang menampilkan adegan tak bermutu yang melenceng jauh dari skenario kelas bintang dua, sementara air mata para konsumen sudah terkuras habis, maksudnya harga kadung meningkat. Hiks...
3. Menguatnya Dollar sebagai imbas membaiknya data ekonomis Paman Sam dan keinginan AS menaikan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.
Menurut Chief Economist & Strategic Investment IGIco Advisory Martin Panggabean, kenaikan suku bunga akan berdampak terhadap tingginya capital outflow. Martin menganjurkan agar pemerintah tetap konsisten menerapkan penggunaan rupiah dalam negeri dan menjaga volatilitas rupiah pada transaksi antarbank dari serangan spekulan.
Cara lain yang disarankan oleh Martin adalah menggenjot produksi pangan. Pendapat Martin ini memang sangat masuk akal. Jika pemerintah hanya sibuk menjaga stabilitas rupiah dengan berbagai cara, tapi melupakan hajat hidup orang banyak seperti kesediaan pangan, dapat dipastikan rupiah akan terus melemah. Sebab, kita harus impor pangan terus dari negara tetangga sebagai dampak el nino. Sekali lagi, impornya dihargai dengan mata uang asing, bukan rupiah!
Selain faktor eksternal di atas. Dikutip dari berbagai sumber, ada faktor internal yang menodorong semakin lemahnya rupiah.
1. Kecenderungan perusahaan dalam negeri membayar utang dalam bentuk dollar.
Misalnya beli sapi India. Perusahaan asal india yang mengimpor sapi ke Indonesia lebih suka dibayar dengan dollar dari pada dengan rupee, apalagi dengan rupiah. Dollar akhirnya laris manis dan stok berkurang. Kurs beli dollar menguat, sedangkan kurs jual rupiah melemah. Ibarat buah-buahan, kalau sudah membajiri pasaran harganya memang cenderung melemah. Prinsip pedagang, dari pada merugi atau membusuk, mending mangganya di jual murah.
2. Produk impor membanjiri pasaran, sementara ekspor negara kita agak rendah.
Negara mengalami devisit perdagangan, akibatnya nilai tukar rupiah melemah. Cilakanya, kita tak bisa mengurangi ketergantungan terhadap barang impor. Apalagi jika sudah berkaitan dengan bahan baku suatu industri, katakanlah suku cadang kendaraan bermotor. Kita masih impor dari Jepang dan Korea Selatan, bahkan kita juara empat soal impor suku cadang otomatif yang dibuat oleh Thailand. Bayangkan!
Yang sangat disayangkan pemerintah lebih suka mengucurkan dana untuk membangun infrastruktur berbiaya tinggi seperti jalan tol, pelabuhan dan sebagainya. Sisi baiknya memang membuat geliat ekonomi rakyat meningkat, interkoneksi antar wilayah lebih mendukung. Masalahnya pergerakan ekonomi tadi, dalam kondisi sekarang, jelas sangat sedikit manfaatnya jikalau rupiah terperosok terlampau dalam. Malah mendorong inflasi makin meninggi.
3. Aktivitas perusahaan asing membayar dividen dalam bentuk dollar ke negara tujuan.
Seandainya ada aturan yang memproteksi dividen dengan dollar, tapi disesuaikan dengan negara tujuan, di mana dividen dibayar dengan mata uang negara pemegang saham, mungkin rupiah tidak akan fluktuatif tiap semester. Problemnya, pemegang saham mana yang setuju laba mereka dibayar dengan kurs mata uang yang menjadi figuran semata seperti rupiah?
Dari uraian singkat di atas, dapatlah kita katakan bahwa banyak sekali faktor yang menyebabkan anjloknya rupiah. Konflik di Timur-Tengah, ledakan di Tianjin, wacana perang dunia ke-3 di semenanjung Korea, ulah spekulan dan pialang saham, sampai kondisi perpolitikan di tanah air serta kinerja pemerintahan yang kurang memuaskan, adalah pemicu lain dari anjloknya nilai tukar rupiah. Itulah resiko yang harus diterima rupiah kalau terus menjadi figuran semata. Tinggal pemerintah sekarang yang berpikir bagaimana caranya agar suatu hari kelak rupiah bisa menjadi pemeran utama dipanggung perekonomian dunia.
Kaskuser Sejati Selalu meninggalkan komentar dan Ratenya
Rekomendasi HT, Gan!
Sumber
Bukti No Repsol :
Spoiler for "No Repsol":
Terima Kasih Agan-Aganwati, HT ke 2 Ane
Quote:Saya percaya, anjloknya rupiah tak ada kaitannya dengan gagalnya Prabowo menjadi presiden. Juga bukan sebuah karma terhadap Jokowi yang telah menunda kemenangan Prabowo dalam kontes R1 idol. Tak ada kaitannya juga dengan perseteruan JK dan Rizal Ramli. Apalagi jika dikaitkan dengan perang statemen antara Ahok dengan Rizal yang lain. Rasanya tak masuk akal semua itu menjadi penyebab utama anjloknya nilai tukar rupiah.
Nah, dari pada mendengarkan penyebab anjloknya nilai tukar rupiah dari analis dadakan yang memposisikan diri sebagai haters bagi pemerintahan, atau menyimak bantahan dari ekonom instan yang memposisikan diri sebagai lovers-nya pemerintahan, mending kita menyimak pendapat beberapa ahli atau pelaku usaha mengenai penyebab “lain” melemahnya rupiah. Di jamin lebih objektif, independen dan masuk akal. Apalagi kalau sudah saya bumbui, pastinya lebih masuk akal. Walaupun bumbu yang berasal dari saya kurang klop, karena memang bukan ekonom, setidaknya bumbu-bumbu tersebut lebih masuk akal dibanding ucapan seorang haters akut stadium 4 atau lovers kronis stadium yang sama.
Konon, menurut ahlinya, nilai tukar rupiah yang terus melemah akhir-akhir murni disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang menyebabkan anjloknya rupiah dapat disebutkan dengan ringkas seperti di bawah ini.
Spoiler for "Yang Pertama":
1. Aksi borong dollar yang dilakukan spekulan asing menjelang akhir tahun 2014.
Aksi ini dipicu oleh momen liburan panjang seluruh umat manusia berkaitan dengan perayaan natal dan tahun baru masehi. Kebutuhan akan Dollar meningkat drastis. Para pelaku dunia usaha atau orang berduit yang ingin berlibur atau pulang kampung tentu lebih memilih dollar untuk pegangan mereka. Di belahan bumi manapun mereka berada, Money changer gampang ditemukan untuk menukar dollar mereka ke mata uang negara tujuan. Lha, kalau mereka pegang rupiah, emang bisa ditukar di Suriah? Wong ISIS saja membayar serdadu bayaran mereka dengan Dollar, kok.
Spoiler for "Yang Kedua":
2. Kebijakan moneter Eropa dan Jepang yang melemahkan Euro dan Yen.
Menurut BI, sepanjang tahun 2014, euro melemah 13 persen dan yen melemah 12 persen. kebijakan moneter (quantitative easing/QE) diambil agar pasar mata uang pemakai euro dan yen lebih kompetitif.
Imbasnya, kondisi ekonomi negara-negara berkembang menjadi tak stabil dan mata uang mereka cenderung melemah. Wajar, ibarat film, rupiah hanyalah figuran semata, bukan pemeran utama dalam film perekonomian dunia. Masalah lainnya, kita agak susah mencari sutradara perekonomian yang sekelas hollywod. Kalaupun ada, eh malah skenarionya yang berkelas Bollywod, bukan Hollywod. Kecenderungan pemirsa kita sih memang pada bollywod. Makanya gampang menampilkan adegan tak bermutu yang melenceng jauh dari skenario kelas bintang dua, sementara air mata para konsumen sudah terkuras habis, maksudnya harga kadung meningkat. Hiks...
Spoiler for "Yang Ketiga":
3. Menguatnya Dollar sebagai imbas membaiknya data ekonomis Paman Sam dan keinginan AS menaikan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.
Menurut Chief Economist & Strategic Investment IGIco Advisory Martin Panggabean, kenaikan suku bunga akan berdampak terhadap tingginya capital outflow. Martin menganjurkan agar pemerintah tetap konsisten menerapkan penggunaan rupiah dalam negeri dan menjaga volatilitas rupiah pada transaksi antarbank dari serangan spekulan.
Cara lain yang disarankan oleh Martin adalah menggenjot produksi pangan. Pendapat Martin ini memang sangat masuk akal. Jika pemerintah hanya sibuk menjaga stabilitas rupiah dengan berbagai cara, tapi melupakan hajat hidup orang banyak seperti kesediaan pangan, dapat dipastikan rupiah akan terus melemah. Sebab, kita harus impor pangan terus dari negara tetangga sebagai dampak el nino. Sekali lagi, impornya dihargai dengan mata uang asing, bukan rupiah!
Selain faktor eksternal di atas. Dikutip dari berbagai sumber, ada faktor internal yang menodorong semakin lemahnya rupiah.
Spoiler for "Faktor Internal":
1. Kecenderungan perusahaan dalam negeri membayar utang dalam bentuk dollar.
Misalnya beli sapi India. Perusahaan asal india yang mengimpor sapi ke Indonesia lebih suka dibayar dengan dollar dari pada dengan rupee, apalagi dengan rupiah. Dollar akhirnya laris manis dan stok berkurang. Kurs beli dollar menguat, sedangkan kurs jual rupiah melemah. Ibarat buah-buahan, kalau sudah membajiri pasaran harganya memang cenderung melemah. Prinsip pedagang, dari pada merugi atau membusuk, mending mangganya di jual murah.
2. Produk impor membanjiri pasaran, sementara ekspor negara kita agak rendah.
Negara mengalami devisit perdagangan, akibatnya nilai tukar rupiah melemah. Cilakanya, kita tak bisa mengurangi ketergantungan terhadap barang impor. Apalagi jika sudah berkaitan dengan bahan baku suatu industri, katakanlah suku cadang kendaraan bermotor. Kita masih impor dari Jepang dan Korea Selatan, bahkan kita juara empat soal impor suku cadang otomatif yang dibuat oleh Thailand. Bayangkan!
Yang sangat disayangkan pemerintah lebih suka mengucurkan dana untuk membangun infrastruktur berbiaya tinggi seperti jalan tol, pelabuhan dan sebagainya. Sisi baiknya memang membuat geliat ekonomi rakyat meningkat, interkoneksi antar wilayah lebih mendukung. Masalahnya pergerakan ekonomi tadi, dalam kondisi sekarang, jelas sangat sedikit manfaatnya jikalau rupiah terperosok terlampau dalam. Malah mendorong inflasi makin meninggi.
3. Aktivitas perusahaan asing membayar dividen dalam bentuk dollar ke negara tujuan.
Seandainya ada aturan yang memproteksi dividen dengan dollar, tapi disesuaikan dengan negara tujuan, di mana dividen dibayar dengan mata uang negara pemegang saham, mungkin rupiah tidak akan fluktuatif tiap semester. Problemnya, pemegang saham mana yang setuju laba mereka dibayar dengan kurs mata uang yang menjadi figuran semata seperti rupiah?
Dari uraian singkat di atas, dapatlah kita katakan bahwa banyak sekali faktor yang menyebabkan anjloknya rupiah. Konflik di Timur-Tengah, ledakan di Tianjin, wacana perang dunia ke-3 di semenanjung Korea, ulah spekulan dan pialang saham, sampai kondisi perpolitikan di tanah air serta kinerja pemerintahan yang kurang memuaskan, adalah pemicu lain dari anjloknya nilai tukar rupiah. Itulah resiko yang harus diterima rupiah kalau terus menjadi figuran semata. Tinggal pemerintah sekarang yang berpikir bagaimana caranya agar suatu hari kelak rupiah bisa menjadi pemeran utama dipanggung perekonomian dunia.
Kaskuser Sejati Selalu meninggalkan komentar dan Ratenya
Rekomendasi HT, Gan!
Sumber
grgr amrik menang perang dunia k2 juga gan coba kalo indonesia yang menang perang dunia k2 pasti rupiah menguat
Quote:Original Posted By approve.cc ►
grgr amrik menang perang dunia k2 juga gan coba kalo indonesia yang menang perang dunia k2 pasti rupiah menguat
iya gan, pake bambu runcing dah senjata nya wkwkwk
grgr amrik menang perang dunia k2 juga gan coba kalo indonesia yang menang perang dunia k2 pasti rupiah menguat
iya gan, pake bambu runcing dah senjata nya wkwkwk
pendapat yang menarik,
mungkin rupiah akan terus melemah jika situasi nasional dibuat gaduh media media yang suka nyinyir
mungkin rupiah akan terus melemah jika situasi nasional dibuat gaduh media media yang suka nyinyir
Kok ketidak percayaan investor terhadap kinerja pemerintah gak dibahas? padahal itu yang sangat berpengaruh loh :
Quote:Original Posted By grimm.jae ►
pendapat yang menarik,
mungkin rupiah akan terus melemah jika situasi nasional dibuat gaduh media media yang suka nyinyir
Kadang media menyebarkan berita yang ga baik sih gan...
pendapat yang menarik,
mungkin rupiah akan terus melemah jika situasi nasional dibuat gaduh media media yang suka nyinyir
Kadang media menyebarkan berita yang ga baik sih gan...
Makanya transaksi jangan pk uang kertas gan
mulai lah dgn e-money
mulai lah dgn e-money
Quote:Original Posted By kocokterus ►
Makanya transaksi jangan pk uang kertas gan
mulai lah dgn e-money
Save Our Earth gan wkwkwk
Makanya transaksi jangan pk uang kertas gan
mulai lah dgn e-money
Save Our Earth gan wkwkwk
Stabilitas politik & keamanan sangat berpengaruh, terutama pada wisatawan asing.
Kondisi sekarang sengaja dibikin gaduh biar pada panik & .......spekulan menang
Kondisi sekarang sengaja dibikin gaduh biar pada panik & .......spekulan menang
Quote:Original Posted By x.y.z.o ►
Stabilitas politik & keamanan sangat berpengaruh, terutama pada wisatawan asing.
Kondisi sekarang sengaja dibikin gaduh biar pada panik & .......spekulan menang
Banyak yang kurang mendukung sih gan masalahnya
Stabilitas politik & keamanan sangat berpengaruh, terutama pada wisatawan asing.
Kondisi sekarang sengaja dibikin gaduh biar pada panik & .......spekulan menang
Banyak yang kurang mendukung sih gan masalahnya
kok gw merasa dejavu setelah membaca thred ini
Quote:Original Posted By ozatheshadow ►
kok gw merasa dejavu setelah membaca thred ini
Dejavu kenape gan ?
kok gw merasa dejavu setelah membaca thred ini
Dejavu kenape gan ?
nais inpo Gan...,
semoga Rupiah kita terus menguat Gann..
semoga Rupiah kita terus menguat Gann..
paling mudah tu menyalahkan orang lain gan..
Semoga HT bang gan.
boleh juga info nya, yah mudah2an makin meroket lah dollang nya
teori yg ente jabanin pantasnya ditujukan ke mereka yang pernah mengatakan "kalo jokowi jadi presiden, dollar akan turun jadi 10.000",,,
termasuk ke semua orang yang mengamininya dengan kata "ho'oh brayyyy"....
termasuk ke semua orang yang mengamininya dengan kata "ho'oh brayyyy"....
optimis menguat gan...
Nyimak dulu
Faktor kepercayaan investor dan presiden gak ada wibawa yang memilih menteri yang gak becus ngurus ekonomi, paket kebijakan ekonomi yang tidak segera di respon.
Blunder menaikkan bbm disaat minyak dunia turun, situasi politik dan ketidakpuasan masyarakat terhadap pelemahan kpk, dan omongan presiden, menteri dan jajarannya gak kompak.
Jangan hanya faktor luar aja yang disalahkan coba cek faktor dalam negeri ...
Yang dibanggakan cuma kata kata presiden yang cukup menghibur seperti sadap, dilaut ada ombaknya, yang disorot lampu, bukan urusan saya, yang terakhir meroket dan krisis ekonomi diganti perlambatan ekonomi.
Via: Kaskus.co.id
Blunder menaikkan bbm disaat minyak dunia turun, situasi politik dan ketidakpuasan masyarakat terhadap pelemahan kpk, dan omongan presiden, menteri dan jajarannya gak kompak.
Jangan hanya faktor luar aja yang disalahkan coba cek faktor dalam negeri ...
Yang dibanggakan cuma kata kata presiden yang cukup menghibur seperti sadap, dilaut ada ombaknya, yang disorot lampu, bukan urusan saya, yang terakhir meroket dan krisis ekonomi diganti perlambatan ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar