Pages


Minggu, 28 Februari 2016

Detik-detik Polisi Bunuh dan Mutilasi 2 Anak Kandung

Spoiler for Detik-detik Polisi Bunuh dan Mutilasi 2 Anak Kandung:


Detik-detik Polisi Bunuh dan Mutilasi 2 Anak Kandung

Liputan6.com, Jakarta - Suasana di sebuah rumah di Gang Darul Falah, Asrama Polres Melawi, Pontianak, Kalimantan Barat, mencekam. Pukul 00.15 WIB, di saat warga yang lain tertidur, seorang wanita berinisial W berusaha menyelamatkan diri dari rumah itu.

Sang suami, Brigadir Petrus Bakus anggota Satuan Intelkam Polres Melawi, baru saja membunuh dan memutilasi kedua anak kandungnya yang masih berusia 3 dan 5 tahun.

W menggedor-gedor pintu rumah dinas Brigadir Sukadi, anggota Satuan Intelkam Polres Melawi yang berada di sebelah untuk meminta pertolongan. Brigadir Sukadi pun terbangun, membuka pintu rumah dan mengamankan W ke rumah. Dia lalu mengunci pintu.

Kemudian, Brigadir Sukadi melihat pelaku duduk di teras rumahnya. Saat itu, pelaku berkata, "Sudah saya bersihkan, Bang. Saya menyerahkan diri."

Pada saat yang hampir bersamaan, pukul 00.20 WIB, Kapolsek Menukung AKP Sofyan yang menginap di Rumdin Kasat Intelkam --samping lain rumah pelaku-- mendengar keributan. Kemudian, dia membangunkan Kasat Intelkam Polres Melawi.

Keduanya segera mengeceknya. Mereka melihat pelaku sedang duduk bersama Brigadir Sukadi. Kemudian, Kasat Intelkam Polres Melawi menanyakan apa yang terjadi, dan pelaku mengaku telah membunuh buah hatinya.

Sebelumnya, Brigadir Petrus membunuh dan memutilasi 2 anak balitanya. Dia kemudian mendatangi istrinya, W, sembari membawa parang. Dia kemudian berkata, "Mereka baik, mereka mengerti, Mereka Pasrah. Maafkan papa ya, Dik."

Kata-kata Brigadir Petrus membuat W tambah kaget. W bergegas ke kamar yang biasa digunakan Brigadir Petrus dan kedua anaknya. W pun shock.

"Ketika itu istrinya minta waktu untuk menengok anaknya, dan diberitahu oleh suaminya kalau anak-anaknya sudah meninggal. Kemudian istrinya meminta diambilkan minum sebelum dibunuh," tutur Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Kalimantan Barat Ajun Komisaris Besar Arianto.

Kapolda Kalbar Brigadir Jenderal Polisi Arief Sulistyanto mengatakan, berdasarkan keterangan W, Brigadir Petrus dalam seminggu terakhir ini kerap marah-marah sendiri di dalam rumah.

"Di rumah seperti ada makhluk halus yang mendatangi dan bercerita sering mendapat bisikan," kata Arif saat dikonfirmasi Liputan6.com, Jumat (26/2/2016).

Gejala skizofrenia tersebut rupanya sudah diidap Brigadir Petrus sejak berusia 4 tahun. "Pada saat kecil umur 4 tahun, sering mengalami kejadian serupa dan badan terasa kedinginan," terang Arif.

Kapolri: Polisi Pembunuh dan Pemutilasi Anak Demi Persembahan

Liputan6.com, Jakarta - Seorang polisi di Melawi, Kalimantan Barat membunuh dan memutilasi 2 anak kandungnya. Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengungkap motif Brigadir Petrus Bakus membunuh F dan A yang masih berusia 5 serta 3 tahun itu.

"Ada info salah satu anggota polisi membunuh anaknya, Kapolda sana sudah lapor ke saya. Berdasarkan keterangan istrinya, tadi malam anaknya dimutilasi untuk persembahan," ujar Badrodin di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (26/2/2016).

Menurut dia, akhir-akhir ini, pelaku bertingkah aneh. Tidak hanya cukup membunuh kedua anaknya, Petrus berencana membunuh istrinya.

"Tapi saat istrinya minta diambilkan minum, istrinya kabur. Memang pelaku memiliki gangguan sejak kecil," kata Badrodin.

Kapolda Kalbar Brigadir Jenderal Polisi Arief Sulistyanto mengatakan, berdasarkan keterangan istri, pelaku dalam seminggu terakhir ini kerap marah-marah sendiri di dalam rumah.

"Di rumah seperti ada makhluk halus yang mendatangi dan bercerita sering mendapat bisikan," kata Arif saat dikonfirmasi Liputan6.com, Jumat (26/2/2016).

Gejala skizofrenia tersebut rupanya sudah diidap Bakus sejak berusia 4 tahun. "Pada saat kecil umur 4 tahun, sering mengalami kejadian serupa dan badan terasa kedinginan," terang Arif.

Polisi Mutilasi 2 Anaknya
KPAI Minta Brigadir Petrus Ditindak Tegas dan Foto Korban Tidak Disebar

Brigadir Petrus (Foto: Ilustrasi oleh Mindra Purnomo)

Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengutuk tindakan Brigadir Petrus Bakus, anggota Sat Intelkam Polres Melawi, Kalbar, yang tega membunuh dua anaknya sendiri dengan sadis. KPAI minta agar Petrus diberi hukuman dan minta agar foto korban tidak disebarluaskan.

"KPAI mengutuk tindakan kriminal yang dilakukan oknum polisi Brigadir Petrus Bakus, anggota Sat Intelkam Polres Melawi, Kalbar, yang tega membunuh dua anaknya sendiri dengan sadis. Tindakan tersebut adalah biadab, menistakan kehormatan kemanusiaan yang harus diberikan hukuman mati. Pelaku yang seharusnya bertanggung jawab dalam pengasuhan dan perlindungan anak, justru menjadi pelaku pembunuhan dengan sangat kejam," tegas Ketua KPAI, Asrorun Ni'am melalui keterangannya pada Jumat (25/2/2016).

"KPAI meminta aparat penegak hukum untuk melakukan langkah hukum secara cepat dan akurat sehingga menjamin kepastian hukum dan perlindungan nyawa, apalagi anak. KPAI juga meminta masyarakat dan media untuk tidak menyebarkan foto-foto korban, termasuk melalui media sosial secara viral karena hal itu bertentangan dengan UU dan ada sanksinya," sambungnya.

Kapolri Jenderal Badrorin Haiti menuturkan Brigadir Petrus Bakus merupakan anggota Polres Melawi, Kalimantan Barat diketahui sudah menderita gangguan kejiwaan sejak kecil, namun tak terdeteksi saat masuk polisi. Terkait perekrutan personel kepolisian ini, KPAI minta agar kepolisian lebih cermat dalam melakukan penjaringan anggotanya.

"KPAI meminta kepolisian melakukan langkah-langkah internal untuk mendalami faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindakan biadab ini. Termasuk evaluasi untuk lebih selektif dalam melakukan penjaringan anggota," sambung Ni'am.

Asrorun kemudian mengingatkan pentingnya peran keluarga dalam melakukan pembinaan. Dia meminta agar masing-masing keluarga menguatkan ketahanan keluarga.

"Masyarakat, khususnya mengintensifkan pembinaan terhadap personelnya, salah satunya dengan langkah menguatkan ketahanan keluarga. Ketahanan keluarga menjadi salah satu alat ukur untuk promosi dan demosi," pungkasnya.

Brigadir Petrus diduga mengidap schizophrenia. Dia mengaku ada yang membisikinya untuk menyingkirkan makhluk halus. Dini hari tadi dia membunuh dan memutilasi dua anaknya Febian (5) dan Amora (3).

Saat hendak membunuh istrinya, perempuan itu terbangun dan melihat pelaku memegang senjata tajam berlumuran darah. Istri pelaku pura-pura meminta diambilkan air dahulu. Saat pelaku mengambil air, korban langsung keluar rumah dan meminta pertolongan.

Brigadir Petrus langsung dibekuk dan ditahan. Dia juga mengaku bersalah.

Polisi Mutilasi Anak, DPR: Sistem Rekrutmen Harus Dievaluasi
Sabtu, 27 Februari 2016 | 16:31 WIB

TEMPO.CO,Jakarta- Wakil Ketua Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat Desmon Junaidi Mahesa meminta sistem rekrutmen anggota kepolisian dievaluasi. Menurut dia, hal itu berdasarkan kasus pembunuhan anak yang dilakukan Petrus Bakus, anggota kepolisian di Melawi, Kalimantan Barat, yang diduga mengalami gangguan kejiwaan.

"Kalau buat saya, masalah ini harus dilihat pada saat orang tersebut masuk, apakah prosedur sesuai atautidak," kata Desmon di Jakarta, Sabtu, 27 Februari 2016.

Menurut Desmon, seseorang yang lolos menjadi anggota Kepolisian seharusnya tidak mengalami masalah kesehatan jasmani dan psikologis. Desmon mengaku aneh Petrus bisa lolos menjadi anggota polisi, padahal ia diduga mengidap penyakit Skizofrenia.

Desmon meminta kepolisian menyelidiki secara tuntas bagaimana Petrus bisa lolos menjadi anggota polisi. "Orang ini (Petrus) kapan masuk? Prosedur tesmasuk apakah sudah sesuai dengan standar kepolisian atau nyolong? Atau menyuap?" kata politikus Partai Gerindra itu.

Selain itu, Desmon meminta Kepolisian meminta maaf kepada publik karena insiden ini. Bagaimanapun, kata Desmon, ini adalah bentuk kelalaian Kepolisian.

"Harus ada kejujuran dari instansi Polri bahwa mereka abai, lalai," katanya.

Pada 26 Februari 2016, Petrus Bakus membunuh dan memutilasi kedua anaknya, FN, 5 tahun, dan AA,3 tahun, di rumah mereka. Saat ditahan, Petrus mengakui perbuatannya dan mengaku mendapat bisikan untuk menjadikankedua anaknya persembahan.

Petrus kemudian didiagnosis mengalami Skizofrenia, penyakit yang menurut keluarga Petrus sempat menyerangnya saat ia berumur 4 tahun.

http://m.liputan6.com/regional/read/...2-anak-kandung & http://m.liputan6.com/news/read/2445...mi-persembahan & http://m.detik.com/news/berita/31521...-tidak-disebar & https://m.tempo.co/read/news/2016/02...0%2C1294509514


Spoiler for Kasus Polisi Mutilasi Anak, Polri Disarankan Tempatkan 1 Psikolog di Tiap Polres:

Aditya Mardiastuti - detikNews
Kasus Polisi Mutilasi Anak, Polri Disarankan Tempatkan 1 Psikolog di Tiap Polres

Jakarta - Guru Besar Sosiologi UI, Bambang Widodo Umar menyarankan agar Polri menempatkan seorang psikolog di setiap Polres. Kehadiran psikolog dianggap penting sebab tes kejiwaan personel Polri harus dilakukan rutin, bukan hanya saat tes masuk kepolisian.

"Ada tes psikologi untuk melihat ketangguhan, ketabahan, keuletan, kecermatan, kehati-hatian baik untuk tingkat bintara hingga perwira. Itu sekali saja pada saat masuk. Cuma masalahnya waktu tes itu bisa saja kemungkinan-kemungkinan nakal, main-main. Kadang-kadang ada yang kurang memenuhi syarat bisa diterima juga," jelas Bambang saat dihubungi Jumat (2/2/2016) malam.

Psikolog menurut Bambang punya peran penting untuk memberikan pendampingan. Hal ini penting agar polisi tidak memutuskan berbuat atau tidak berbuat sesuatu tanpa pertimbangan matang atau akal sehat.

"Saya sudah berkali-kali menyarankan ada psikolog untuk memberikan guidance counseling terutama untuk (anggota) yang di lapangan. Misalnya selama 6 bulan sekali dipanggil seluruh anggota di lapangan dipanggil, diberikan perkembangan kejiwaan dia. Jadi bukan tes lagi, mungkin arahan-arahan dari psikolog karena tugas-tugas berat, masalah keluarga, dan itu bisa dilihat dengan melihat tes tadi dan diberikan arahan-arahan dari psikolog supaya dalam bekerja begini-begitu," sambungnya.

Tanpa adanya pendampingan oleh psikologi, personel Polri rentan terhadap kondisi stres karena pekerjaan berat yang diemban. "Kalau pimpinannya pejabat terasnya tidak memikirkan hal itu, guidance counseling tidak ada ya akan begini terus endingnya," katanya.

"Yang bikin stres polisi tugas-tugas polisi itu kan siang-malam , kalau di kepolisian itu 24 jam itu harus siap meskipun dia dibagi dalam 3 tahapan/shift kalau ada perintah mendadak itu harus siap. Pekerjaannya itu macam-macam itu problem keamanan, ketertiban, percekcokan. Kemudian pengendalian dari atasan bisa kurang efektif atau kurang tepat sehingga kadang ada yang kerja berat-berat terus, di sisi lain masalah pembinaan ada anak emas, anak tiri dan macam-macam problem terutama pembinaan personel," papar Bambang.

Hadirnya seorang psikolog di Polres menurut dia sudah lebih dulu dilakukan di luar negeri. Sebab pembinaan personel tak bisa hanya diserahkan kepada orang yang bersangkutan.

"Tapi harus ada kendali-kendali selain dari atasan itu guidance counseling. Harusnya tiap polres itu ada 1 orang, di luar negeri pakai, di Malaysia ada, di Singapura ada itu tugasnya yang nggak begitu berat. Indonesia itu cukup berat beban pekerjaannnya, belum lagi persoalan pribadi dia." kata Bambang.

http://m.detik.com/news/berita/31524...di-tiap-polres


Masih ada aja manusia stress yg mengorbankan anak2 tak berdaya, turut berduka buat anak2 yg jadi korban semoga mereka lebih bahagia disana
Widih hate

jngan gangguan jiwa dijadikan alasan untuk menyelamatkan institusi,,,dek semoga keadilan menyertaimu untuk ketenanganmu dialam sana.
pak brigadir petrus bakus ini ternyata di ketahui mempunyai gejala

gangguan mental dari umur 4 tahun kok bisa lolos jadi polisi ya ?

fix orang sakit jiwa nyamar jdi polkis

hmmhh
Subhanallah...
Quote:Original Posted By adoysudadoy
Bisa jereng mata gua baca nih trid,woii ts benerin duku ngapah


Udah lay, tadi ane keburu terisak baca nih berita
Quote:Original Posted By aghilfath


Udah lay, tadi ane keburu terisak baca nih berita


Semoga ada keadilan ,biar tenang adek2 kitak dsana
lu dah liat kan gambar dpnya ?
Bener2 biadab
Quote:Original Posted By adoysudadoy


Semoga ada keadilan ,biar tenang adek2 kitak dsana
lu dah liat kan gambar dpnya ?
Bener2 biadab


Klo karegori gila bisa bebas, cuma dikirim ke RSJ

Belum lay ane ga tega
aje gile sungguh biadab, itu anaknya dimutilasi,
ini pelakunya nastak atau nasbung gan
turut berduka
ini kok bs lulus jdi polisi y,, byangkan klo dia kumat pas lgi pegang senjata bs mkn bnyak korban,,
Quote:Original Posted By aghilfath


Klo karegori gila bisa bebas, cuma dikirim ke RSJ

Belum lay ane ga tega


Arahnye udeh ksitu demi menyelamatkan institusi yg sudah bobrok hal itu bisa saja terjadi

Noh ditrid sebelah ada orgil yg nyebar2 gambar dpnya
Gile bener nih, polisi!

Preman Tampan
stress bener nih orang
Quote:Original Posted By aghilfath


"Tapi saat istrinya minta diambilkan minum, istrinya kabur. Memang pelaku memiliki gangguan sejak kecil," kata Badrodin.



Masa orang begini bisa lolos uji psikologis waktu ujian kepolisian?
kalau dari kecil punya gejala kejiwaan trus kenapa bisa lolos jadi anggota polri...???
RIP buat adik kecil yang tak berdosa
...
Kok bisa lolos jadi anggota polisi ya.. Hmm
nah yg kek gini ga pwrlu pengadilan
. lgs tembak mati di tempat
Serem banget kalo kumat malah mutilasi anaknya sendiri
sadis baca disebelah katanya pernah gangguan mental ini polkis
Via: Kaskus.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar