Pages


Selasa, 12 Mei 2015

Bisakah film Indonesia masuk nominasi Oscar?



TERIMAKASIH UNTUK SELURUH REKAN, KASKUSER, OFFICER KASKUS.
THREAD INI BERHASIL MENJADI HOT THREAD.

JANGAN LUPA MEMBERI KOMENTAR DAN SHARE THREAD!
KOMENTAR CERDAS ADA DI POST #1, MOHON MAAF TIDAK SEMUA BISA DITAMPUNG.



Thread ini murni hasil ketikan sendiri dari gusdeputra15 dengan menyadur informasi dari IMDb dan Wikipedia. Semoga isi thread ini menjadi inspirasi bagi kita semua tanpa perlu mengkritik keras perfilman Indonesia.
Mari kita berikan motivasi kepada insan perfilman Indonesia agar bisa membuat karya yang lebih baik dari sekarang di masa mendatang.


Halo Kaskuser semua,
Selamat datang di thread analisis saya yang mengambil tema perfilman Indonesia.
Kali ini saya membahas topic yang agak berat. Bisakah film Indonesia masuk kedalam nominasi OSCAR?
Sebagaimana yang kita tahu, Piala Oscar atau Academy Award adalah salah satu penghargaan bergengsi di muka bumi ini.
Hampir semua insan besar ataupun krew film di dunia ini pasti tertarik untuk mendengar kabar terbaru mengenai Oscar. Bahkan, hampir semua dari insan tersebut pasti memiliki mimpi untuk menggapai penghargaan itu.

Apabila mendengar kabar bahwa para pemenang dan nominasi piala Oscar tersebut adalah film, aktor, ataupun krew dari Hollywood atau Eropa, kita tidak akan pernah kaget mendengarnya. Tapi bagaimana jika wilayah Asia Tenggara mampu mengirimkan wakilnya ke nominasi? Banyak dari pengamat dan kritikus film dunia akan terkejut. Film Kamboja, The Missing Picture, berhasil masuk nominasi Oscar untuk kategori film berbahasa asing terbaik untuk tahun 2013.


Salah satu adegan dari film "The Missing Picture" yang disukai kritikus.

Film ini disukai kritikus dan dianggap sebagai masterpiece indah dari negara yang perfilmannya tidak pernah terdengar sama sekali, Kamboja. Sutradara dari The Missing Picture, Rithy Pant, memasukan sedikit dramatisasi dalam dokumenternya ini menggunakan figuran tanah liat dan rekaman arsip Kamboja. Dalam filmnya, ia berusaha untuk mengungkapkan sejarah Khmer Kamboja antara tahun 1975 - 1979 dalam bahasa Prancis. Publik Kamboja sangat bangga dengan progress perfilman negaranya yang berhasil menembus penghargaan tertinggi tersebut.

Jika kita membandingkan keefektifan submisi film Indonesia dengan submisi film Kamboja ke Piala Oscar,
perfilman kita bisa dianggap kalah. Indonesia telah mengirimkan 17 wakil sepanjang sejarah hingga 2015,
sementara Kamboja hanya mengirimkan 3 wakil.

List-list film Indonesia yang dikirimkan ke Academy:

Nagabonar pada tahun 1987, Tjoet Nya Dien pada tahun 1989,
Langitku, Rumahku pada tahun 1990, Bibir Mer pada tahun 1992,
Daun di atas Bantal pada tahun 1998, Sri pada tahun 1999,
Ca-bau-kan pada tahun 2002, Biola tak Berdawai pada tahun 2003,
Gie pada tahun 2005, Berbagi Suami pada tahun 2006,
Denias, Senandung Di Atas Awan pada tahun 2007, Jamila dan Sang Pesiden pada tahun 2009,
Alangkah Lucunya (Negeri Ini) pada tahun 2010, Di Bawah Lindungan Kabah pada tahun 2011,
Sang Penari pada tahun 2012, Sang Kiai pada tahun 2013,
dan yang terbaru untuk Oscars 2015 (tahun 2014) adalah film arahan sutradara Hanung Bramantyo, Soekarno.

Film-film yang dikirimkan oleh Indonesia diatas, dipilih oleh Persatuan Produser Film Indonesia / PPFI.
Persaingan ketat memang dijalani oleh film-film tersebut, karena mereka harus melawan film-film lain yang juga tak kalah berkualitas dari negara lain.

Namun, pada Oscars tahun lalu, nama Joshua Oppenheimer, berhasil membawa nama Indonesia- secara tidak langsung ke pentas Academy. Film dokumenternya, The Act Of Killing (Jagal) berhasil masuk nominasi Oscar.


"Potong! Potong!" - Salah satu adegan dari film dokumenter "The Act Of Killing".

Film ini merupakan ungkapan sejarah kelam Indonesia pada tahun 1965-1966, mengenai bagaimana para preman pelaku pembantaian anti-PKI melaksanakan aksinya untuk menjadi bagian dari sejarah pembersihan PKI. Para pelaku ini bahkan bersantai dan melaksanakan aksinya dengan gaya ala film Hollywood. Hal kelam inilah menjadi tema dari The Act of Killing. Berlatar di Medan, film ini sukses membuat penontonnya merinding. Tak ayal, kritikus pun menjadikan film ini menjadi salah satu dokumenter favorit. Apalagi kualitas akting (atau reka ulang) para pemerannya yang benar-benar baik. Film inipun menjadi film dokumenter, ataupun bahkan film berbahasa Indonesia pertama yang pernah masuk nominasi Oscar.

Respon pemerintah terhadap film ini bisa dibilang negatif. Juru Bicara Luar Negeri Presiden RI, Teuku Faizasyah pada kala itu menganggap film ini memberikan gambaran sesat tentang Indonesia.

Kesuksesan The Act Of Killing sepertinya akan berlanjut karena bagian kedua dari film tersebut, The Look of Silence (Senyap) rilis tahun ini.


Salah satu adegan apik dari film The Look Of Silence.

Kisah yang diangkat dari film ini adalah seorang keluarga yang sempat menjadi korban dari pembantaian Indonesia dari tahun 1965-1966 berkonfrontasi dengan seseorang yang dulunya membunuh salah satu anggota keluarganya. Film ini sendiri memenangkan 16 dari 19 nominasi yang diperolehnya. Film ini bahkan diprediksi mampu masuk nominasi Oscar tahun depan.

Mari kita ingat kembali waktu yang lalu, saat film Merantau, The Raid dan The Raid 2 rilis.
Dua film Indonesia yang disebutkan terakhir ini menjadi fenomena global karena tingkat aksinya yang "mantap". Dua film yang sama-sama disutradarai oleh sutradara Wales, Gareth Evans ini berhasil mengangkat nama aktor dan aktrisnya yang tergabung didalamnya. Sebut saja, Iko Uwais yang masuk skuad aktor di Beyond Skyline, Joe Taslim di Fast & Furious 6, ataupun Ray Sahetapy yang masuk jajaran aktor Captain America: Civil Wars. Nama Julie Estelle, Arifin Putra, Yayan Ruhian dan yang lain juga terangkat karena film ini.


Hammer girl dan Baseball bat man dalam The Raid 2.

Film The Raid 2 sempat masuk Top 250 IMDb dan Top 10 IMDb 2014 Best Movies. Selain itu, film-film ini juga memenangkan penghargaan dari berbagai ajang penghargaan. Khususnya The Raid 2 yang masuk nominasi film berbahasa asing terbaik di berbagai festival perfilman di kota-kota besar AS.

Lagi-lagi respon dari berbagai pihak Indonesia sendiri bermacam-macam. Ada yang mengatakan film ini luar biasa hebat dan ada juga yang mengkritik bahwa film ini "mengambil cerita" dari The Departed, The Godfather, dan Internal Affair- ataupun karena kesadisannya yang melebihi batas kewajaran (mungkin yang mengkritik belum pernah menonton film-film Quentin Tarantino).

Langsung saja kita ambil kesimpulan.
Film-film diatas sama-sama disutradarai oleh sutradara asing.
Ada apa dengan para sutradara Indonesia?
Apa yang kurang dari mereka?

Tentu saja, tidak semua film Indonesia diperuntukkan hanya untuk "penghargaan" dan tema serius.
Film Indonesia modern juga punya berbagai film ringan di otak seperti Comic 8 dan film-film hasil adaptasi buku Raditya Dika.
Mari kita sisihkan kedua film diatas.

Dan ayo buka fenomena perfilman Indonesia.

Perfilman Indonesia saat ini kekurangan Screenwriter yang kreatif?

Laskar Pelangi, Soekarno, Habibie dan Ainun, 5cm, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Mereka semua punya kesamaan. Sama-sama diadaptasi.
Laskar Pelangi, Habibie dan Ainun, 5cm, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck diadaptasi dari novel berjudul sama,
sementara film Soekarno diadaptasi dari sejarah Indonesia.

Dan jangan lupa, kesamaan dari kelimanya adalah, sama sama sukses. Betul,kan?
Film-film modern Indonesia sebagai Supernova dan Filosofi Kopi juga diadaptasi oleh novel.
Ayat-Ayat Cinta? jangan diragukan lagi.

Memang banyak film Indonesia yang tidak diadaptasi dari novel.
Tapi mereka kalah sukses dari film-film adaptasi.

Kemanakah screenwriter Indonesia yang kreatif, dan sukses menciptakan sendiri cerita yang bisa
diacungi jempol oleh para penonton?

Film Indonesia cenderung mengikuti tren?

Ya, betul sekali. Ini juga masalah dari perfilman Indonesia.
Film Indonesia seperti ada "musim-musim"nya sendiri.

Ada musimnya horor, musimnya komedi, musimnya drama cinta.

Lalu ada juga "tema spesifik" di film Indonesia, seperti: "Drama adaptasi novel"- Laskar Pelangi (ex), "Drama anak-anak di daerah tertinggal" - Denias, Laskar Pelangi, Serdadu Kumbang (ex) , "Drama komedi Raditya Dika" (lagi-lagi Raditya Dika..)

Jika anda bertanya kepada saya,
kita berada di musim apa?

Jawaban saya adalah, musim film biografi dan sejarah,
dimana nama para pahlawan besar diulek sejarahnya ke layar lebar.
Dari Sang Pencerah, Soegija, Sang Kiai, Soekarno, Tjokroaminoto, hingga yang terbaru, Kartini.
(khusus untuk kartini bahkan dibuatkan 2 filmnya yang akan rilis tahun depan.)


Salah satu adegan dalam film Soekarno : Indonesia Merdeka

Lalu ada film bertema sejarah dari beberapa orang yang masih hidup, seperti Sepatu Dahlan, Habibie (dan (alm.) Ainun), Jokowi,
dan biografi grup CJR, CJR The Movie, ataupun Cherrybelle, dan masih banyak lagi.
Jangan lupa juga sejarah seperti film Dibalik 98 yang disutradarai oleh Lukman Sardi.
Tak terasa film Raditya Dika juga menggambarkan biografi dirinya yang fiksi.
Sokola Rimba juga merupakan film biografi dari Butet Manurung.
Oh iya, Merry Riana juga merupakan film biografi.

Sisi baiknya, banyak kisah inspiratif dan edukatif dari berbagai film tersebut.

Mungkin dari segi visual dan audio?

Menurut saya, film Indonesia saat ini bisa dibilang maju dalam hal audio dan visualnya.
Contohnya, film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang berisi sinematografi berbagai sudut kecil Indonesia yang memukau.


Balapan kuda terasa megah di Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Film yang memamerkan keindahan Indonesia seperti 5cm, Sokola Rimba, dan Tabula Rasa juga terasa indah di layar.
Film Sebelum Pagi Terulang Kembali juga memiliki sinematografi yang berkualitas, dan berhasil memenangkan piala Citra.
Cinematography "keras" dan "shaky" The Raid dan The Raid 2 juga terasa sangat pas dengan filmnya yang sadis dan enerjik.

Audio film Indonesia tak kalah bagusnya, sound editing dan sound mixing dari film-film Indonesia kapabel dan tidak perlu diragukan lagi kualitasnya.

Dengan potensi besar seperti ini mengapa Indonesia belum bisa masuk nominasi Oscar?

Mungkin dari aktingnya?

Kualitas aktor dan aktris Indonesia dalam berakting bisa dibilang lumayan bagus dan tidak jelek-jelek amat.
Para aktor dan aktris profesional Indonesia tampil sangat baik dalam berbagai film.

Contohnya: Arifin Putra, Iko Uwais, Tio Pakusodewo dalam The Raid 2 - Reza Rahadian dalam Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck - Chicho Jericco dalam Cahaya dari Timur, Fedi Nuril, Herjunot Ali, maupun Donny Alamsyah yang bisa dianggap aktor Indonesia paling meledak saat ini.

Potensi ini masih juga belum termanfaatkan dengan baik.
Awas nyesel, loh?


Pertanyaan dari saya,
1.
Jadi menurut agan, apa yang perlu dibenahi oleh film Indonesia agar bisa Go International?
Mungkin untuk tidak menggunakan akhiran "the movie" dalam judulnya?

2.
Film modern Indonesia apa yang menurut agan berkualitas dan pantas untuk memenangkan penghargaan?

Sekian isi thread saya yang panjang lebar ini.
Saya ucapkan terimakasih telah membaca ulasan saya yang panjang ini.
Apabila ada yang tidak berkenan saya ucapkan mohon maaf.
#KOMENTARCERDAS

Quote:KOMENTAR SPESIAL
Quote:Original Posted By jodieisme
Masalah screenwriting gan, masalah yg kerap dipandang remeh karena yaa budaya baca-tulis yg "jongkok" banget, bahkan produser ma sutradara handal kadang juga males-malesan bikin skrip yg nalar, toh ada bagiannya sendiri, apalagi kalo adaptasi, entah itu dari komik, novel, ato stensilan. Kreativitas di jaman reformasi yg "katanya serba bebas" ternyata gak sebebas itu. Sistem masi tetep ngeberangus kalo ada yg berani bikin tokoh Pejabat-Pengusaha-Media-Polisi korup yg jadi antagonisnya digambarkan secara real & membumi. Sejauh ini, tokoh macem itu gak pernah digali lebih dalem, jatuhnya komikal, terlalu tipikal, banal & supeeeer dangkal.
Code:
Dan tolong, The Raid 2 itu jauh banget storylinenya dari The Departed|Internal Affairs yg kental banget politik satirnya.


Isu-isu humanisme yg diangkat juga rata-rata banal, gak relevan dg keadaan yg sekarang saat dekadensi moral terjadi di kota-kota besar terutama di pada usia remaja beranjak dewasa. Pemilihan genre & sub-genre yg monoton, majal dlm eksekusi bikin ane jd mules sendiri kalo nontonnya. Film dokumenter yg jujur dan layak tonton karena menyampaikan informasi tanpa "dihiasi bias yg menggiring" dari opini filmmakernya rata-rata dibikin sama WNA. The Act of Killing, The Look of Silence, Samsara, Aroma of Heaven dan Epic Java yg masih anget di kepala ane dan dari itu cuma dua judul terakhir doang dibikin sama WNI lokal, itupun dg kualitas gambar seadanya apalagi utk ukuran dokumenter ttg destinasi & ttg kopi. Dokumenter dg isu-isu kontemporer malah dibikin sama filmmaker luar, Tales of Waria & Anak-anak Srikandi yg mengupas gender dilibas sama filmmaker luar, dua-duanya wanita, yg "katanya" cuman cocok di dapur & jd ibu rumah tangga. Dan dokumenter ttg Anyer-Panarukan yg berani itu juga dibikin sama orang luar, padahal itu inspirasinya dari sastrawan lokal terkemuka yg lagi ngehit di hipster-hipster lokal yg haus eksistensi & pengakuan, Pramoedya Ananta Toer.
Spoiler for jalan.raya.pos:

Selama rakyat masih memposisikan film sebagai cemilan diluar karya seni ibarat bentuk sebuah produk berupa spanduk. Selama Pemerintah masih memposisikan film lokal sebagai alat politik & propaganda ibarat tali kekang kusir kuda, selama Pihak Keamanan masih memposisikan film sebagai alat pengontrol perilaku massa ibarat iklan layanan sosial, selama Pengusaha masih memposisikan film lokal sebagai instrumen investasi pengeruk pundi-pundi, selama Media memposisikan film sebagai justifikasi eksistensialisme idiot mereka, yaa mau digimanain juga tetep susah. Film-film bagus selevel film-film ini  (kask.us) cuma bisa dinikmatin lewat film-film karya filmmaker indie dg kualitas seadanya di TIM - Jakarta ato di AACC & CCF - Bandung. Padahal dari tujuh film itu, cuman Mary Poppins & A Clockwork Orange yg rely on heavy effects, either animations or prosthetics, dan sisanya dg kualitas produksi yg ane yakin bisa dikerjain ma filmmaker lokal. Sayang, storylinenya gak pernah kepikiran sama mereka.

Quote:Original Posted By black_skin
Yg perlu dibenahi ane pikir mindset dl gan. Ambil contoh dari band dah. band2 kt yg diakui di luar negri, kebanyakan di indonesia malah masuk indie. Alias gak laku penjualan cd nya.

Trus knp mrk yg indie lbh berkualitas daripada yg notabene major label? Karena kebebasan berkreasi gan. Tdk berkreasi hanya sekedar buat nyari duit, jadi cari aman dgn ikut selera pasar.

Balik ke film. Kalo mau masuk oscar, yah kudu brani ambil resiko berkreasi. Kluar dari standar yg umum. Khususnya dari segi crita. Angkat aja crita yg umum terjadi di Indonesia. Dgn pendekatan yg humanis. Film2 benyamin sueb yg dl terkenal ke luar negri, itu dl konsepnya seperti itu komedi satir.

Gak usah ikut hollywood yg jual efek CGI. Jelas kalah di biaya kt. Padahal secara kualitas aktor/aktris kt bagus2 kok sebenarnya. Cmn mgkn blon ada film yg pny crita dan skenario yg bisa memaksimalkan kualitas akting artis tsb.

Ini sekedar masukan dari ane. Krn awal 2000an film keren2 kok. Sampe kt sempet jadi raja di asia tenggara. Skrg sayangnya stagnan lagi. Krn itu, produser fokus pada pnghasilan. Ikut selera pasar. Bkn bikin yg berkualitas. Kualitas film yg bagus pasti otomatis penghasilan besar kok.

Jadi kangen film indonesia dgn kualitas kaya jelangkung, get married, dll...

Quote:Original Posted By Hilaman
imho, dari segi cerita dan plotnya menurut ane film2 kita masih kurang

setuju ama agan, screenwriter disini masih kurang out of the box, director2 sini lebih suka adaptasi novel, kalopun ada cerita buatan sendiri pasti ujung2nya menyangkut masalah2 sosial, agama, kisah percintaan dsb. padahal masih banyak genre2 lain yg bisa digali ceritanya misalnya genre kriminal yg bisa dicombine sama drama atau misteri, gak melulu harus yang berurusan dengan masalah2 sosial di negeri kita ini, ambil contoh kyk film Fargo buatan Coen Brothers dengan ceritanya yg simple tapi bikin penonton berkesan sekelar nonton dan mikir "kok film kyk gini bisa dapet oscar ya?" tanya kenapa? karena dari segi cerita yang kuat ditambah jg acting yang ciamik.

dari segi sinematografi udah mulai cukup lumayan yah, dari tone/color grading dan semacamnya, cuma mungkin mesti lebih eksperimental di tekniknya, kamera diputer-puter atau pegimana kek haha, banyak kan teknik yg bisa dipake mulai dari panning, tracking dsb, contoh kyk Birdman dengan teknik long takenya yg akhirnya menang oscar. bandinginnya kejauhan yah? haha enggak kok ane cuma mau kasih contoh film aja, dari segi acting jg udah mulai bagus. tinggal ide cerita dan eksekusi yang mesti diperbaiki.

imho no offense ane cuma sebagai pecinta film aja kok (yg pengen jadi director tapi belom kesampaian ), semoga kedepannya perfilman Indonesia makin maju ya

Quote:Original Posted By nara27
mungkin dari sisi pendidikan perfilman di indonesia juga kurang gan.

Quote:Original Posted By ukhui
Jadi ada tiga pertanyaan ya di thread ini
Pertama, bisa apa nggak masuk nominasi oscar?
Jawaban ane, amat sangat bisa asallkaaannn.... Ada modalnya
Setau ane gak murah untuk masuk ke dalam jajaran nominasi, sistem berbelit dan itu tadi, tidak murah alias mahal

Setau ane, semua film bisa2 aja daftarin ke nominasi oscar, tp setelah terpilih gak serta merta lgsg dinomimasiiin, pokoknya panjang dan ngeluarim biaya yg gak sedikit, CMIIW

Pertanyaan kedua, apa yg kurang dr film indonesia?
Bener gtu kan ya pertanyaannya. Paling pertama dan utama adalah kurangnya penghargaan dari penontonnya sendiri.
Eits tapi juga banyak faktor lain, kalo diobrolin enaknya diskusi nih, bareng2 ama pihak bioskop, pemerintah, juga sineas

Film indonesia (yg digarap di tangan yg benar, kayak van der wijk atau the raid) udh bagus di mata ane, *meskipun gak ada hal yg sempurna

Ketiga, film yg layak masuk nominasi?
Sekali lagi banyaaaaakkkk, toh film pendek karya sidi saleh udh berhasil menang di kans dan berbagai penghargaan film lainnya

Huh...pangjang juga ngetik dari hp...
Ya intinya ane inget omongan om Tora Sudiro, film Indonesia itu belum ada formulanya
Kita bikin bagus, cerita, sutradara, visi misi, gambar film dan semuanya udah oke, taunya yg nonton jeblok
Begitu juga sebaliknga, bikin gak niat, eh banyak yg nonton

Intinya sih MAJU TERUS PERFILMAN INDONESIA


Quote:Original Posted By gin7
Menurut ane sih pilem Indonesia kurang dari segi alur ceritanya gan, ane pernah nonton The Raid yang pertama yang katanya setara dengan box office amerika, pas ane selesai nonton dan melihat endingnya ane cuman bisa ngomong "Ha..?! Kenapa tiba-tiba begini? Sungguh gak masuk diakal" terus pas The Raid 2 udah rilis ane diajakin nonton meskipun udah rada males sama alur ceritanya karena yang pertama aja udah gak berkesan apalagi yang kedua dan benar saja pas ane selesai nonton tetep aja gak berkesan sama sekali ya tapi ane akuin sih akting dari para aktornya udah bagus ya mungkin setara denga para aktor dari hollywood

bisakah fikm Indonesia masuk nominasi oscar?
Kenapa tidak?! Asalkan mereka bisa mengetahui & memperbaiki kekurangan dari film garapan mereka

Quote:Original Posted By imaginz
Banyak gan yang perlu dibenahi.
Sutradara nya itu sangat perlu.
film yang dominan (bukan terkenal ya!) film horror.
Apalagi ditambah lagi jadi Horror Hot (Buka-bukaan).
Dari segi alur cerita juga perfilman kita masing dikatakan belum kreatif ( Keseringan kalau nonton film Indonesia, ane nonton film awal pasti sudah tahu endingnya. Keseringan ane lihat film nya agak mirip dengan film yang lalu).
Dari efek digital atau apalah itu ( Efek kayak film spiderman. Spiderman nya dibuat seperti nyata gitu) sangat minim. Kualitas nya sama seperti film indie barat.

Quote:Original Posted By teori.darwin
Alur cerita menurut ane mah gan.
Coba diperbanyak film2 yang buat penonton nya mikir, kaya film2 nya Christopher Nolan, dll.
Jangan film horror2 gajelas
Btw film2 nya Joko Anwar juga keren2, kaya Modus Anomali, Pintu Terlarang, Kala.
Film nya om Deddy Mizwar juga bagus2, banyak mengkritik pemerintah

Sutradara kita juga keren2, kaya macem Joko Anwar, The Mo Brothers.

Kata agan yang di pejwan juga bener, pemain2 kita kalo ngejokes di film kaya dibuat2, ga natural.
Coba agan liat film Pulp Fiction scene terakhir sebelum ending, disitu Samuel L Jackson bener2 keliatan alami ngejokes nya, udah gitu cerdas lagi bahan lawakan nya.

Btw, film kita katanya ditayangin sama HBO, film Tarot dari Hitmaker Studios

Quote:Original Posted By mooniequeenie
Kalo ane ga salah, untuk masuk nominasi Oscar harus ada batas minimun penontonnya dulu, kayanya ini juga salah satu kelemahan di Indonesia. Daun Di Atas Bantal, Ca Bau Kan, Biola Tak Berdawai misalnya, emang film jempolan, tapi penontonnya kurang, ane rasa film2 lain juga gitu, ngehits tapi engga booming, kalah sama film remaja/romance

Terus kalo masalah film Indonesia rasa bule kaya The Raid, Merah Putih, Java Heat, emang dananya gede, tapi banyak yang jalur ceritanya aneh dan dialognya kurang. The Raid misalnya, walau jalan ceritanya oke yang kedua, tapi agak janggal dan Merah Putih banyak yang aktingnya ganjel.

Tapi ane percaya kok, perfilman Indonesia udah keliatan bangkitnya, jauhlah sama 10-20 tahun lalu, pasri suatu saat ada film Indonesia yang jadi pemenang Oscar, apalagi banyak sineas muda yang kerja/didikan Hollywood atau menangin penghargaan film pendek.

Quote:Original Posted By estidi
Kalo masalah film bagus yg penontonnya dikit, hampir semua film juga gitu, termasuk film luar negeri...
Apalagi film2 nominasi/pemenang oscar, jarang yg bisa mencapai box office atau bahkan balik modal sekalipun, karena filmnya emang dibikin khusus untuk bersaing di penghargaan, bukan buat narik penonton...

Menurut ane sih, kebanyakan alur cerita/screenplay film2 Indonesia sekarang itu mirip novel, banyak plot dan subplot dan karakter yg dihadirkan, tapi semakin ke akhir film banyak plot yg ditinggal/gak selesai dan karakter yg cuma lewat doang, tanpa impact ke cerita...

Quote:Original Posted By shamanzixx
Ane lebih menuntut sama sutradara (pastinya), penulis, sama produsernya aja sih...

Bener kata TS, Penulis naskah cerita masih kurang kreatif, dan film-film indo kebanyakan ngangkat tema biografi... Klo liat novel amrik kyk Divergent, Hunger Games... Itu semua kan hasil pemikiran si penulis sendiri walaupun diadaptasi novel... intinya penulis ini harus benar kreatif, keluarkan apa yang ada di imajinasi mereka dan mulai mengeksplor hal-hal baru...

Berikut sutradara sama produser, sutradara harus bisa mengeksekusi cerita penulis dengan sangat baik saat difilmkan... Termasuk produser yang harus siap budget jikalau filmnya ingin sukses...


Quote:Original Posted By heldaandi
Sebagai orang awam yang melihat film Indonesia memang film kita sudah ada kemajuan.tapi masalah klasik di perfilman kita tu kebanyakan memang apa yang hit di masyarakat itu yang dibuat.contohnya kemarin genre horor sempet merajalela.saya garis bawahi,itu karena pasar di masyarakat "ingin" film seperti itu. Semua memang tergantung pasar sih, kalau penonton indonesia cerdas ingin film yang "mikir" ya mau gag mau sineas dituntut buat film seperti itu.
Semua memang butuh proses, kmr the raid 1 2 sudah keren,pasti banyak sineas kita yang terinspirasi pastinya.banyak juga penonton yang mulai pilih pilih mau nonton film yang bagaimana.kalau melihat perkembangannya, bisa saja salah satu film kita raih oscar dikemudian hari. Itu pandangan saya dari sudut orang awam.

Quote:Original Posted By JuliEnVille
Untuk pertanyaan dari TS baik no. 1 dan no. 2 ane sendiri belum bisa memberikan jawaban pasti soal itu.

Namun menurut ane soal PENGHARGAAN OSCAR ane rasa suatu pemikiran yang terlau jauh, tinggi dan dini jika membahas soal itu. Jadi bagi ane adalah bagaimana caranya agar film-film Indonesia TIDAK HANYA diputar di Cinema negeri sendiri namun juga diputar di Cinema Luar Negeri dan bisa diterima serta ditonton oleh orang-orang dari negara lain, tentunya mendapatkan apresiasi yang POSITIF. ITU aja dulu

Ane dari tahun 2013 mulai menonton film-film dari negara Thailand, China dan India dan ane tidak menyangka mereka mampu membuat sebuah film yang modern, memorable dalam pikiran ane itulah yang ane maksud dari hal yang ane Bold diatas. Sudah berapa banyakkah film produksi anak negeri yang diputar di negeri orang hingga saat ini (minimal 1 film telah menjangkau 3 negara).

Quote:Original Posted By mynameisdanz27
IMHO.... banyak yang harus dibenahi.
Ane sebenarnya suka film Indonesia, tapi entah kenapa karena banyaknya citra miring soal film indo (yah, banyak film low budget murahan dicetak dengan artis murahan dan jalan cerita murahan) beberapa tahun yang lalu, jadi belum belum orang sudah sinis duluan.
Jujur ane nonton Supernova, Soekarno, sm Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck masuk kata ok buat ane,

Cuma sekali lagi, harus ada yang berani menentang pasar, jangan buat film yang cuma buat demi ngikutin selera pasar doang (penyakit Indonesia gini, latah). Harus ada yang bikin gebrakan dan berani.
Coba, seandainya ga diambil sutradara luar dan "Tiba tiba ujug ujug" nongol.. Ane yakin "The Act of Killing" sama "The Raid" ga akan ada.

Quote:Original Posted By grisaia
mindset bro dan juga kebanyakan ngikutin pasar
tahukah anda klo film2 kita jaman dulu yaitu Si doel anak sekolahan dan film kepunyaannnya almarhum Benyamin Sueb diminati di luar indonesia

saya punya teman orang thailand dan dia dan keluarganya dia seneng ma film2 diatas karena "khas" ngefans malah pas pertama kali dia tahu klo pemeran Si Doel udah jadi walikota dia rela2 telpon internasional buat ngabarin ke bapaknya
doi punya banyak koleksi film jadoel indonesia ori semua malah saking sukanya dia apalagi sama Warkop

see kita nggak usah ngikut2 barat dan tetep produksi film dengan ke ciri khas tersebut aja udah bagus

Quote:Original Posted By puncaklawang14
industri film Indonesia masih mengejar ketinggalan, jadi mungkin lebih ke arah kuantitas dulu ketimbang kualitas. sayang nya produser film & sutradara nya pada byk bikin film hantu dll. coba aja dibanyakin film ttg sosial, yg mengunggah rasa kemanusiaan kita

Quote:Original Posted By derasta87
spt nya peran pemerintah indo jg kurang greget.

Quote:Original Posted By speedxp
bingung juga menganalisa knapa perfilman indonesia susah go internasionalnya ... banyak faktor X dsini menurutku

yg aq liat sineas² kita gembar gembor bikin film kayak Laskar Pelangi, Bibir Mer dll sampe yg terbaru ini Filosofi Kopi bahwa inilah film yg berkualitas, tetapi mereka lupa apakah "selera" kebanyakan masyarakat kita itu bisa menerimanya gitu loh ....
kayak kmaren ada yg bikin trit mengajak nonton Filosofi Kopi daripada Avengers dengan segudang alasan, buat ane ini termasuk cara konyol karna mencoba membandingkan kualitas film yang dibikin negara kita dan amerika beserta jalan ceritanya, aktornya dll ....

coba sutradara² kita membuat film kayak The Raid atau Merantau dimana jalan ceritanya penuh dengan aksi, aq merasa kok tidak mampu sutradara kita ... bolehlah sutradara² disini dibilang paling OK, tetapi kalo di kompare ama sutradara luar mungkin mereka bukanlah apa², ini realita lho yach
istilahnya penjiwaan dalam perfilman kita itu "tidak hidup" ... mungkin bisa ditanyakan kepada joe taslim, iko uwais gimana akting para aktor hollywood itu, apakah kelasnya sama dengan kelas aktor² top kita ataukah justru masih diatas kelas kita

tetep berharap perfilman indonesia bangkit dengan membikin film² yg bagus, bagus disini yg aq maksud jangan sekedar cerita kemanusiaan, novel romantis dll, harus bisa lebih dari itu, emang kreatifitas itu mahal dan membutuhkan biaya yg tidak sedikit juga

sekedar uneg² aja

Quote:Original Posted By Xieg
film mau go international?stop buat film demi keuntungan dan profit semata
ane percaya kita bisa kok buat film2 berkualitas,baik itu dari drama atau action kelas dunia,terlihat dari film Raid 1 dan 2 walaupun scenario nya agak gak jelas,tapi itu langkah awal dunia perfilman indo buat unjuk gigi,"kita juga bisa loh buat film action kelas hollywood"
tapi sekarang kenyataannya apa?
Sineas2 buat film selalu cari dengan modal terkecil dan cari titik aman,alias film berkisar tentang drama percintaan,berbau agamis (sebenarnya sih ga salah berbau agamis,tapi jangan mau di begoin ama org yg memanfaatkan agama untuk meraup keuntungan),atau Film Horror Bokep
film2 yg Low Budget tapi ingin mendapat keuntungan sebanyak2nya,kalau perlu Film Percintaan di bumbui Agama,itu lah yg paling laku di Indonesia,ketika Agama dijadikan bagian dari bisnis

Quote:Original Posted By hp431gw
iya jg sih, perfilman kita kbnykan ngambil dr novel
genre horror jg malah pd erotis pamer dada paha
produser males nanem dana gede karena pasar film indo lg lesu
blum lg dvd bajakan n download ilegal masih jd pelik dinergara kita

bnyk lah yg hrus d bnerin
nb : malah kata ki joko anwar perwakilan kita yg di kirim ke festival film luar negeri tuh org yg ga di kenal di dunia film (katanya pejabat/istri pejabat yg dikirim kesana cuma buat pelancongan n blanja)

ajib ga tuh #toggleGifsOverlay, #toggleGifsOverlay * {all: initial;border: none !important;margin: 0 !important;padding: 0 !important;-moz-box-sizing: content-box !important;}#toggleGifsOverlay > style {display: none !important;}#toggleGifsOverlay {position: absolute !important;forbidden 2147483647 !important;}#toggleGifsOverlay > #toggleGifsContent {position: absolute !important;top: 0 !important;right: 0 !important;text-align: right !important;white-space: nowrap !important;}#toggleGifsResetButton, #toggleGifsPauseButton {width: 24px !important;height: 25px !important;display: inline-block !important;background-repeat: no-repeat !important;background-position: 0 3px !important;cursor: pointer !important;}

Quote:Original Posted By nisteldit
sutradara indo jarang sekali bikin film action
paling joko anwar atau mo brothers, dan itu pun masuk ke kategori thriller
apakah penyebabnya? apa karena kekurangan sumber daya?

klo film the raid gw percaya bray
yo bay

Jawaban :
1. Harus banyak di benahi dari segala sisi mungkin gan....
2. Bakalan berkwalitas kalo memang sudah di benahi gan...
ga ada yang mustahil bro
kalau menurut ane gaya kelemesan pemeranan aktor filnya,film2 indo bagus tapi aktingnya keliatan sedang berakting,terlihat dibuat2.
apa lagi kalu pas adegan sedikit nglawak gitu,keliatan bgt aktingnya dibuat-buat atau pas adegan yang ada banci2nya pasti gak bgt aktingnya.

ya semoga kedepan lebih bagus dah. lebih menjiwai aktingnya. biar kalu pas nonton filnya berasa dalam keadaan di film.
Sesuai sutradaranya,pemain,latar sama ceritanya sih
keempatnya harus pas biar bisa masuk nominasi oscar
+ Budget bikin film katanya juga mahal itu yang bikin film film bermutu asal indonesia sedikit
kekurangan ide cerita mungkin ya ,sama budget yang pas"an . . .
sutradaranya kaga ada yg greget:
Kebanyakan sih plagiat
Film indonesia bakal bagus kalo di tangan yg punya bakat beneran. Bukan di tangan orang yg cuma bikin film horor yg namplin paha yg kagak penting
  (s1019.photobucket.com)"]

Flash Gadget Store
Jln. Moses Gatotkaca no 57-58 Yk
0274-549764
www.flashgadgetstore.com  (www.flashgadgetstore.com)
klo materi film kek gini terus..ampe kiamat jangan berharap lah..
Yg perlu dibenahi ane pikir mindset dl gan. Ambil contoh dari band dah. band2 kt yg diakui di luar negri, kebanyakan di indonesia malah masuk indie. Alias gak laku penjualan cd nya.

Trus knp mrk yg indie lbh berkualitas daripada yg notabene major label? Karena kebebasan berkreasi gan. Tdk berkreasi hanya sekedar buat nyari duit, jadi cari aman dgn ikut selera pasar.

Balik ke film. Kalo mau masuk oscar, yah kudu brani ambil resiko berkreasi. Kluar dari standar yg umum. Khususnya dari segi crita. Angkat aja crita yg umum terjadi di Indonesia. Dgn pendekatan yg humanis. Film2 benyamin sueb yg dl terkenal ke luar negri, itu dl konsepnya seperti itu komedi satir.

Gak usah ikut hollywood yg jual efek CGI. Jelas kalah di biaya kt. Padahal secara kualitas aktor/aktris kt bagus2 kok sebenarnya. Cmn mgkn blon ada film yg pny crita dan skenario yg bisa memaksimalkan kualitas akting artis tsb.

Ini sekedar masukan dari ane. Krn awal 2000an film keren2 kok. Sampe kt sempet jadi raja di asia tenggara. Skrg sayangnya stagnan lagi. Krn itu, produser fokus pada pnghasilan. Ikut selera pasar. Bkn bikin yg berkualitas. Kualitas film yg bagus pasti otomatis penghasilan besar kok.

Jadi kangen film indonesia dgn kualitas kaya jelangkung, get married, dll...
Film Indonesia banyak yang bagus
Tapi masih perlu di benahi
Perfilman kita ga berani ambil resiko gan, yg penting laku dan dapet untung aja

Tapi kalo perfilman kita keluar dr jalur dan berani tampil beda mungkin ada kesempatan untuk go internasional, Ditambah lagi tema dr perfilman kita mustinya punya karakteristik dan ga monoton serta ending yg bisa ditebak
imho, dari segi cerita dan plotnya menurut ane film2 kita masih kurang

setuju ama agan, screenwriter disini masih kurang out of the box, director2 sini lebih suka adaptasi novel, kalopun ada cerita buatan sendiri pasti ujung2nya menyangkut masalah2 sosial, agama, kisah percintaan dsb. padahal masih banyak genre2 lain yg bisa digali ceritanya misalnya genre kriminal yg bisa dicombine sama drama atau misteri, gak melulu harus yang berurusan dengan masalah2 sosial di negeri kita ini, ambil contoh kyk film Fargo buatan Coen Brothers dengan ceritanya yg simple tapi bikin penonton berkesan sekelar nonton dan mikir "kok film kyk gini bisa dapet oscar ya?" tanya kenapa? karena dari segi cerita yang kuat ditambah jg acting yang ciamik.

dari segi sinematografi udah mulai cukup lumayan yah, dari tone/color grading dan semacamnya, cuma mungkin mesti lebih eksperimental di tekniknya, kamera diputer-puter atau pegimana kek haha, banyak kan teknik yg bisa dipake mulai dari panning, tracking dsb, contoh kyk Birdman dengan teknik long takenya yg akhirnya menang oscar. bandinginnya kejauhan yah? haha enggak kok ane cuma mau kasih contoh film aja, dari segi acting jg udah mulai bagus. tinggal ide cerita dan eksekusi yang mesti diperbaiki.

imho no offense ane cuma sebagai pecinta film aja kok (yg pengen jadi director tapi belom kesampaian ), semoga kedepannya perfilman Indonesia makin maju ya
Setuju banget ama lo,
Film indonesia dikit yang tingkat rewatchnya gedeee

Semuanya kurang berkualitas
Hebat juga ya tu kamboja, ane tonton trailernya agak unik gitu, semoga indo bisa nyusul dahh
Ulasannya keren banget,
Ngetik sendiri gan?
Via: Kaskus.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar