Buat yang pernah kuliah di UGM dan sering main ke klaster kampus humaniora, pasti tidak ada yang tidak kenal kantin 'Bonbin'. Kantin legendaris ini sudah sejak lama menyediakan asupan para mahasiswa yang hidup di lingkungan sekitar fakultas ilmu budaya. Tapi sayang, kantin ini akan ditutup dan mendapat tentangan keras dari para mahasiswanya. Menurut pihak rektorat, kantin ini akan ditutup dan lokasinya akan diganti menjadi gardu listrik. Para mahasiswa pun mengeluhkan kekesalan dengan menulis unek-uneknya di sekitar tembok bonbin.
Jangan lupa rate ++ supaya bonbin ga jadi digusur )
Foto-foto ini dicomot tanpa ijin dari fesbuknya Edwin Maulana
Salah satu penentang ditutupnya kantin ini adalah Dewan Mahasiswa Fisipol UGM, berikut pernyataannya:
UPDATE!!
Curhatan dari Mbak Praptining Sri :
Dari mas Cahyadi Joko Sukmono
Ada satu tempat di muka bumi ini yang bernama BONBIN.
Bagi yang pernah kuliah di UGM, terutama kampus humaniora dari akhir 80an hingga awal 2000an, pasti tidak asing dengan bonbin ini. Di sinilah kejeniusan rektor waktu itu, pak Koesnadi, untuk menata PKL yang berjualan di lingkungan UGM ke dalam spot-spot yang lebih tertata dan menjadi ruang publik bagi mahasiswa maupun civitas akademika lainnya.
Bahkan pada saat gerakan reformasi 98, bonbin menjadi semacam meeting point baik secara fisik maupun dalam konteks gagasan.
Waktu terasa berjalan pelan di bonbin, tidak ada sekat berarti antara dosen dan mahasiswa, antara fakultas satu dengan yang lainnya, juga antara mahasiswa gajah mada maupun yang dari kampus lainnya, mereka merasa diterima.
Itulah hasil dari gagasan perubahan atas penataan PKL waktu itu. Kemudian pada 2005an, Bonbin berubah wajah, nama sponsor pun bertengger di depan bangunan megah yg menggantikan the last 'kantin' standing buah pemikiran pak Koes ini. Lebih luas, lebih rapi, dan lebih hygienis katanya. Namun, tetap saja ia disebut Bonbin.
Dan jika waktu bergerak maju, pastilah akan tiba waktunya pula perubahan akan berlaku. Yang dulu dianggap pantas, tidak lagi terasa pas. Yang dulu diyakini mencerahkan, sekarang sepertinya harus disingkirkan. Saya yakin, para pelaku PKL Bonbin tidak akan (bisa) berbuat banyak, karena pada dasarnya mereka sadar hanya menumpang menjemput rezeki di tanah yang bukan miliknya.
Tapi bagi mahasiswa, segment target utama Bonbin, kebutuhan mereka tidak hanya sekedar tempat makan, melainkan ruang interaksi publik yang memiliki sejarah panjang untuk diceritakan, situs yang menjadi saksi atas perubahan demi perubahan.
Hari ini, tibatiba Bonbin tidak beroperasi, tanpa pemberitahuan. Bisa dibayangkan berapa banyak kepala dan perut yang kecewa. Tidak hanya mahasiswa, dosen, pekerja, satpam pun bertanya-tanya. Beginikah rasanya jika Bonbin sudah tidak ada?
#janjitertunaikan
Dari Janis Al Fath
Bonbin... Ah... Cintaku di kampus biru, politikku di kampus biru, dialektikaku di kampus biru, gosipku di kampus biru, nyampahku di kampus biru...
- Pesan, makan, ngobrol lupa waktu, ujung-ujungnya lupa bayar (dan dibayar besoknya);
- "Dituduh" anak FIB oleh bakul majalah karena langganan Horison;
- Mau makan ga dapat bangku, ujung-ujungnya ngeleseh di lantai. Batuk-batuk karena gak kuat sama asap rokok, tapi dipaksain. Rekoso, bodo amat;
- Dari mulai pedekate, pacaran, sampai jadi mantan trus papasan dan pasang tampang sok-sok gak lihat gitu, padahal mah... ;
- Pak ngamen yang main kecapi dan suaranya ketika nembang begitu meneduhkan hati;
- Jus mangga enak tigaribuan yang kubeli di tahun 2009 ketika study tour SMA dan membuat gw berkata, "Aing kudu kuliah di dieu";
- Karaokean massal "Jamrud - Telat Tiga Bulan" bersama band FIB yang suara penyanyinya Kris banget. Satu kantin menggemakan, "Melihat iisiii dalam rokmuuuu...!" oh begitu syahdunya dan sangat berbudaya.
Kok kenangannya sampah semua? Iya, soalnya elu-elu semua yang serius itu membosankan dan bakal tumbuh jadi kakek-nenek tua yang kerjanya cuma nyemprot bocah dan anak muda wkwk... #SaveBonbin untuk generasi forever selow glasses emotikon
Dan hari ini, mahasiswa pendukung renovasi bonbin tadi berdemo di rektorat, tapi tidak belum bisa menemui pihak rektor.
Jangan lupa rate ++ supaya bonbin ga jadi digusur )
Spoiler for Kembalikan Kantin Kami:
Spoiler for Kembalikan Kantin Kami:
Spoiler for Kembalikan Kantin Kami:
Spoiler for Kembalikan Kantin Kami:
Spoiler for Kembalikan Kantin Kami:
Spoiler for Kembalikan Kantin Kami:
Spoiler for Kembalikan Kantin Kami:
Spoiler for Kembalikan Kantin Kami:
Spoiler for Kembalikan Kantin Kami:
Spoiler for Kembalikan Kantin Kami:
Foto-foto ini dicomot tanpa ijin dari fesbuknya Edwin Maulana
Salah satu penentang ditutupnya kantin ini adalah Dewan Mahasiswa Fisipol UGM, berikut pernyataannya:
Spoiler for DI BALIK TUTUPNYA KANTIN BONBIN – SEBUAH PENGANTAR (Jilid 1):
DI BALIK TUTUPNYA KANTIN BONBIN – SEBUAH PENGANTAR (Jilid 1)
DEWAN MAHASISWA FISIPOL UGM·7 APRIL 2016
Kita mungkin hari ini bertanya-tanya, ada apa gerangan sehingga Bonbin harus tutup? Berbagai kabar dan isupun beredar, ada yang berkata bahwa Bonbin tutup karena perintah Rektorat, ada pula yang berkata bahwa tutupnya Bonbin hari ini adalah kemauan pedagang Bonbin sendiri. Lantas mana yang benar?
Dalam rilis berjilid ini, kami akan mencoba menjelaskan kronologi mengapa Bonbin hari ini musti tutup.
Bonbin tutup sebagai respon atas SURAT PERINGATAN 1 yang dikirimkan pihak Rektorat UGM kepada pedagang Bonbin pada tanggal 6 April 2016 – kemarin sore.
Adapun Surat Peringatan tersebut berisi mengenai PERINGATAN—jika tidak ingin menyebutnya ‘pemaksaan’—kepada pedagang untuk tidak melakukan kegiatan berdagang di lokasi kantin Bonbin. Pedagang juga diminta memindahkan barang-barang miliknya ke luar lokasi kantin Bonbin.
Di samping itu, pihak Rektorat UGM menekan bahwa pedagang yang masih ingin melakukan usaha di wilayah UGM diminta untuk menandatangani surat pernyataan yang harus dikembalikan ke DPPA paling lambat tanggal, 22 April 2016. Itu artinya 14 hari lagi Bonbin harus angkat kaki dan memilih diantara dua pilihan: pindah ke PUJALE atau tidak lagi berdagang di wilayah UGM sama sekali. Tidak hanya itu, pedagang baru boleh menempati PUJALE apabila memenuhi kriteria yang dibuat oleh pengelola kantin.
Atas datangnya surat tersebut maka pedagang dan mahasiswa memutuskan untuk mogok dagang sebagai wujud penolakan terhadap pihak Retorat UGM.
Satu hal yang perlu kita ingat dari aksi simbolik yang berlangsung dari pagi hingga sore hari ini: Tutupnya Bonbin ternyata menggerakkan banyak pihak untuk menyampaikan aspirasi dan ekspresi yang tertempel dan terpasang di dinding-dinding Bonbin.
Banyaknya aspirasi dan ekspresi yang ada hari ini setidaknya menandakan bahwa sebenarnya masih banyak pihak yang peduli akan nasib Bonbin – yang pertanyaan selanjutnya adalah, apakah cukup sampai disini saja?
Yang jelas, perjuangan masih belum selesai, mari kita lanjutkan BERSAMA gan !
*Alasan lebih lanjut mengapa pedagang dan mahasiswa tetap MENOLAK RELOKASI BONBIN akan kami tuliskan di rilis jilid 2 yang berisi hasil dialog bersama DPPA pada tanggal 21 Maret 2016 dan 4 April 2016.
Salam Bonbiners,
Siap suporteran to? #savebonbin
SAVE BONBIN MOVEMENT
DEWAN MAHASISWA FISIPOL UGM·7 APRIL 2016
Kita mungkin hari ini bertanya-tanya, ada apa gerangan sehingga Bonbin harus tutup? Berbagai kabar dan isupun beredar, ada yang berkata bahwa Bonbin tutup karena perintah Rektorat, ada pula yang berkata bahwa tutupnya Bonbin hari ini adalah kemauan pedagang Bonbin sendiri. Lantas mana yang benar?
Dalam rilis berjilid ini, kami akan mencoba menjelaskan kronologi mengapa Bonbin hari ini musti tutup.
Bonbin tutup sebagai respon atas SURAT PERINGATAN 1 yang dikirimkan pihak Rektorat UGM kepada pedagang Bonbin pada tanggal 6 April 2016 – kemarin sore.
Adapun Surat Peringatan tersebut berisi mengenai PERINGATAN—jika tidak ingin menyebutnya ‘pemaksaan’—kepada pedagang untuk tidak melakukan kegiatan berdagang di lokasi kantin Bonbin. Pedagang juga diminta memindahkan barang-barang miliknya ke luar lokasi kantin Bonbin.
Di samping itu, pihak Rektorat UGM menekan bahwa pedagang yang masih ingin melakukan usaha di wilayah UGM diminta untuk menandatangani surat pernyataan yang harus dikembalikan ke DPPA paling lambat tanggal, 22 April 2016. Itu artinya 14 hari lagi Bonbin harus angkat kaki dan memilih diantara dua pilihan: pindah ke PUJALE atau tidak lagi berdagang di wilayah UGM sama sekali. Tidak hanya itu, pedagang baru boleh menempati PUJALE apabila memenuhi kriteria yang dibuat oleh pengelola kantin.
Atas datangnya surat tersebut maka pedagang dan mahasiswa memutuskan untuk mogok dagang sebagai wujud penolakan terhadap pihak Retorat UGM.
Satu hal yang perlu kita ingat dari aksi simbolik yang berlangsung dari pagi hingga sore hari ini: Tutupnya Bonbin ternyata menggerakkan banyak pihak untuk menyampaikan aspirasi dan ekspresi yang tertempel dan terpasang di dinding-dinding Bonbin.
Banyaknya aspirasi dan ekspresi yang ada hari ini setidaknya menandakan bahwa sebenarnya masih banyak pihak yang peduli akan nasib Bonbin – yang pertanyaan selanjutnya adalah, apakah cukup sampai disini saja?
Yang jelas, perjuangan masih belum selesai, mari kita lanjutkan BERSAMA gan !
*Alasan lebih lanjut mengapa pedagang dan mahasiswa tetap MENOLAK RELOKASI BONBIN akan kami tuliskan di rilis jilid 2 yang berisi hasil dialog bersama DPPA pada tanggal 21 Maret 2016 dan 4 April 2016.
Salam Bonbiners,
Siap suporteran to? #savebonbin
SAVE BONBIN MOVEMENT
UPDATE!!
Curhatan dari Mbak Praptining Sri :
Spoiler for Fakta Bonbin:
[Fakta-fakta bonbin saat masih di FIB dari pengalaman seorang mahasiswi (alumni)Sastra Jepang angkatan 2004]
1. Bonbin adalah sebuah kantin unik yang terdiri dari beberapa warung terletak di fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
2. Makanan dan minuman di bonbin harganya sangaaaat murah dan cocok untuk uang saku mahasiswa yang kost terutama.
(Sebagai perbandingan tahun 2004 saat kansas (kantin sastra) sekali makan menu paling murah bisa 5000 belum termasuk esteh, maka di bonbin nasi+sayur/pecel+bakmi+gorengan+es teh 2500)
3.Pelayanan sangat sangat sangat sangat ramah dan kekeluargaan. Yu par sudah seperti ibu sendiri enak diajak ngrumpi.
4. Para pedagang mampu menghapal pesanan dan kebiasaan mahasiswa yang beli meski mahasiswa tersebut sudah lulus.
(Salut untuk mas Yat yang selalu memberi saya es teh/lemon tea dengan sendok dan sedotan warna hijau. Bahkan saat bertahun-tahun saya lulus lalu kembali menjenguk bonbin)
5. Kenyataannya Yu Par and the company lebih banyak disebut di halaman ucapan terima kasih skripsi dan tugas akhir mahasiswa. Mengalahkan dekan apalagi rektor.
6. Beli di swalayan dapat kembalian permen, kalau permennya buat bayar lagi mau gak ya? Kalau di Yu Par beliau mau. Pernah Yu Par memberi kembalian permen karena kehabisan receh, eh beliau bilang gapapa kalau mau beli lagi bayar pakai permen kembalian
7. Jika kita nitip dagangan di warung yu Par maka kita langsung dibayar lunas tanpa peduli dagangan kita nantinya laku atau tidak.
8. Di bonbin tidak hanya Yu Par tapi juga ada mas Yat, mas Heru, mas Bodong, mas Titut, mas majalah (gak tau namanya), pak masakan padang (gak tau namanya juga).Tapi yang paling legend adalah Yu Par. Beliau berdagang dari sejak kecil membantu ibunya hingga sekarang mungkin anaknya sudah usia kuliah.
9. Jika ditanya angkatan 2006 ke bawah, kebanyakan pasti merindukan bonbin lama yang masih beralas tanah dengan paving hanya di tempat makan. Jika hujan banjir makan sambil angkat kaki. tempat duduk terbuat dari beton.
10. Bukan hal aneh jika semeja dengan orang yang tidak dikenal. Di mana ada kursi kosong di situlah tempat bebas dipakai siapapun.
11. Bonbin turut berperan besar tidak hanya sebagai pemadam kelaparan tetapi juga tempat berkumpul berbagai macam orang dari berbagai fakultas.
-Selama kau tidak bergengsi tinggi, kau akan nyaman saja di bonbin. Dari mahasiswa kumal macam saya hingga dosen ganteng yang mobilnya setahu saya ada 4, mahasiswa fakultas non sastra, hingga bule rambut pirang mata biru. Artis macam Adelia Lontoh dan Ratna Galih pun mungkin pernah makan di sini. Bahkan pak Ganjar Pranowo dan pak Jokowi pun mungkin juga tahu tempat ini.
12. Bonbin itu kenangan indah. Saya bertemu suami di bonbin (di kopma selama masih mahasiswa. Lulus saya kenalkan dia dengan bonbin). Saat hamil saya gak nyidam macem-macem. Cuma pengen makan di nasi sayur+mendoan dan es teh di bonbin. Akhirnya suami saya pun mengantarkan saya walau dia kecapekan karena selesai melakukan perjalanan ke barat memaknai kitab suci. Makan di bonbin berdua 20.000 di tahun 2013. Sementara ongkos kesana berlipat-lipat.hehe
13. Yu par dan saudara-saudaranya ternyata tetangga suami saya. Beliau tahu rumah mertua saya smile emotikon
--------------
14. Bonbin sastra sudah kukutan. Pindah ke pujale (pusat jajanan lembah) di lembah UGM per 7 April 2016.
15. [update, lupa yang paling ngehits] Yu Par pernah main jadi istrinya Vincent Club 80's di film Preman in Love. Yang punya anak 7 itu lho. Kalau nonton pilem ini saya cuma nunggu scene itu
1. Bonbin adalah sebuah kantin unik yang terdiri dari beberapa warung terletak di fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada
2. Makanan dan minuman di bonbin harganya sangaaaat murah dan cocok untuk uang saku mahasiswa yang kost terutama.
(Sebagai perbandingan tahun 2004 saat kansas (kantin sastra) sekali makan menu paling murah bisa 5000 belum termasuk esteh, maka di bonbin nasi+sayur/pecel+bakmi+gorengan+es teh 2500)
3.Pelayanan sangat sangat sangat sangat ramah dan kekeluargaan. Yu par sudah seperti ibu sendiri enak diajak ngrumpi.
4. Para pedagang mampu menghapal pesanan dan kebiasaan mahasiswa yang beli meski mahasiswa tersebut sudah lulus.
(Salut untuk mas Yat yang selalu memberi saya es teh/lemon tea dengan sendok dan sedotan warna hijau. Bahkan saat bertahun-tahun saya lulus lalu kembali menjenguk bonbin)
5. Kenyataannya Yu Par and the company lebih banyak disebut di halaman ucapan terima kasih skripsi dan tugas akhir mahasiswa. Mengalahkan dekan apalagi rektor.
6. Beli di swalayan dapat kembalian permen, kalau permennya buat bayar lagi mau gak ya? Kalau di Yu Par beliau mau. Pernah Yu Par memberi kembalian permen karena kehabisan receh, eh beliau bilang gapapa kalau mau beli lagi bayar pakai permen kembalian
7. Jika kita nitip dagangan di warung yu Par maka kita langsung dibayar lunas tanpa peduli dagangan kita nantinya laku atau tidak.
8. Di bonbin tidak hanya Yu Par tapi juga ada mas Yat, mas Heru, mas Bodong, mas Titut, mas majalah (gak tau namanya), pak masakan padang (gak tau namanya juga).Tapi yang paling legend adalah Yu Par. Beliau berdagang dari sejak kecil membantu ibunya hingga sekarang mungkin anaknya sudah usia kuliah.
9. Jika ditanya angkatan 2006 ke bawah, kebanyakan pasti merindukan bonbin lama yang masih beralas tanah dengan paving hanya di tempat makan. Jika hujan banjir makan sambil angkat kaki. tempat duduk terbuat dari beton.
10. Bukan hal aneh jika semeja dengan orang yang tidak dikenal. Di mana ada kursi kosong di situlah tempat bebas dipakai siapapun.
11. Bonbin turut berperan besar tidak hanya sebagai pemadam kelaparan tetapi juga tempat berkumpul berbagai macam orang dari berbagai fakultas.
-Selama kau tidak bergengsi tinggi, kau akan nyaman saja di bonbin. Dari mahasiswa kumal macam saya hingga dosen ganteng yang mobilnya setahu saya ada 4, mahasiswa fakultas non sastra, hingga bule rambut pirang mata biru. Artis macam Adelia Lontoh dan Ratna Galih pun mungkin pernah makan di sini. Bahkan pak Ganjar Pranowo dan pak Jokowi pun mungkin juga tahu tempat ini.
12. Bonbin itu kenangan indah. Saya bertemu suami di bonbin (di kopma selama masih mahasiswa. Lulus saya kenalkan dia dengan bonbin). Saat hamil saya gak nyidam macem-macem. Cuma pengen makan di nasi sayur+mendoan dan es teh di bonbin. Akhirnya suami saya pun mengantarkan saya walau dia kecapekan karena selesai melakukan perjalanan ke barat memaknai kitab suci. Makan di bonbin berdua 20.000 di tahun 2013. Sementara ongkos kesana berlipat-lipat.hehe
13. Yu par dan saudara-saudaranya ternyata tetangga suami saya. Beliau tahu rumah mertua saya smile emotikon
--------------
14. Bonbin sastra sudah kukutan. Pindah ke pujale (pusat jajanan lembah) di lembah UGM per 7 April 2016.
15. [update, lupa yang paling ngehits] Yu Par pernah main jadi istrinya Vincent Club 80's di film Preman in Love. Yang punya anak 7 itu lho. Kalau nonton pilem ini saya cuma nunggu scene itu
Dari mas Cahyadi Joko Sukmono
Spoiler for Bonbin:
Ada satu tempat di muka bumi ini yang bernama BONBIN.
Bagi yang pernah kuliah di UGM, terutama kampus humaniora dari akhir 80an hingga awal 2000an, pasti tidak asing dengan bonbin ini. Di sinilah kejeniusan rektor waktu itu, pak Koesnadi, untuk menata PKL yang berjualan di lingkungan UGM ke dalam spot-spot yang lebih tertata dan menjadi ruang publik bagi mahasiswa maupun civitas akademika lainnya.
Bahkan pada saat gerakan reformasi 98, bonbin menjadi semacam meeting point baik secara fisik maupun dalam konteks gagasan.
Waktu terasa berjalan pelan di bonbin, tidak ada sekat berarti antara dosen dan mahasiswa, antara fakultas satu dengan yang lainnya, juga antara mahasiswa gajah mada maupun yang dari kampus lainnya, mereka merasa diterima.
Itulah hasil dari gagasan perubahan atas penataan PKL waktu itu. Kemudian pada 2005an, Bonbin berubah wajah, nama sponsor pun bertengger di depan bangunan megah yg menggantikan the last 'kantin' standing buah pemikiran pak Koes ini. Lebih luas, lebih rapi, dan lebih hygienis katanya. Namun, tetap saja ia disebut Bonbin.
Dan jika waktu bergerak maju, pastilah akan tiba waktunya pula perubahan akan berlaku. Yang dulu dianggap pantas, tidak lagi terasa pas. Yang dulu diyakini mencerahkan, sekarang sepertinya harus disingkirkan. Saya yakin, para pelaku PKL Bonbin tidak akan (bisa) berbuat banyak, karena pada dasarnya mereka sadar hanya menumpang menjemput rezeki di tanah yang bukan miliknya.
Tapi bagi mahasiswa, segment target utama Bonbin, kebutuhan mereka tidak hanya sekedar tempat makan, melainkan ruang interaksi publik yang memiliki sejarah panjang untuk diceritakan, situs yang menjadi saksi atas perubahan demi perubahan.
Hari ini, tibatiba Bonbin tidak beroperasi, tanpa pemberitahuan. Bisa dibayangkan berapa banyak kepala dan perut yang kecewa. Tidak hanya mahasiswa, dosen, pekerja, satpam pun bertanya-tanya. Beginikah rasanya jika Bonbin sudah tidak ada?
#janjitertunaikan
Dari Janis Al Fath
Spoiler for isi dalam rok-mu:
Bonbin... Ah... Cintaku di kampus biru, politikku di kampus biru, dialektikaku di kampus biru, gosipku di kampus biru, nyampahku di kampus biru...
- Pesan, makan, ngobrol lupa waktu, ujung-ujungnya lupa bayar (dan dibayar besoknya);
- "Dituduh" anak FIB oleh bakul majalah karena langganan Horison;
- Mau makan ga dapat bangku, ujung-ujungnya ngeleseh di lantai. Batuk-batuk karena gak kuat sama asap rokok, tapi dipaksain. Rekoso, bodo amat;
- Dari mulai pedekate, pacaran, sampai jadi mantan trus papasan dan pasang tampang sok-sok gak lihat gitu, padahal mah... ;
- Pak ngamen yang main kecapi dan suaranya ketika nembang begitu meneduhkan hati;
- Jus mangga enak tigaribuan yang kubeli di tahun 2009 ketika study tour SMA dan membuat gw berkata, "Aing kudu kuliah di dieu";
- Karaokean massal "Jamrud - Telat Tiga Bulan" bersama band FIB yang suara penyanyinya Kris banget. Satu kantin menggemakan, "Melihat iisiii dalam rokmuuuu...!" oh begitu syahdunya dan sangat berbudaya.
Kok kenangannya sampah semua? Iya, soalnya elu-elu semua yang serius itu membosankan dan bakal tumbuh jadi kakek-nenek tua yang kerjanya cuma nyemprot bocah dan anak muda wkwk... #SaveBonbin untuk generasi forever selow glasses emotikon
Dan hari ini, mahasiswa pendukung renovasi bonbin tadi berdemo di rektorat, tapi tidak belum bisa menemui pihak rektor.
Memangnya kalo direlokasi kenapa aa'?
Makin jauh? Atau makin mahal?
Btw lucu2 tulisannya
Khas anak jogja banget
Makin jauh? Atau makin mahal?
Btw lucu2 tulisannya
Khas anak jogja banget
ow
Gardunya di pindah di sebelahnya aja
itu tempat nongkrong legendaris untuk mahasiswa2 fakultas ilmu budaya, psikologi,filsafat,ekonomi dan fisipol alias tempat nongkrong sosialisasi anak2 UGM, wah sayang juga ditutup
jingak tenan aturane. mosok weteng luwe kudu mlaku 400meter. tepar lik.
btw bakal nambah kenistaan sama kesengsaraan jones2e bonbiners. biasanya bisa cuci mata liat mbak2 feb, sekarang cuma bisa liat2 satpam sama parkiran motor. cyuk.
btw bakal nambah kenistaan sama kesengsaraan jones2e bonbiners. biasanya bisa cuci mata liat mbak2 feb, sekarang cuma bisa liat2 satpam sama parkiran motor. cyuk.
Sapa yg nulis ini: "Duh, gak bisa liat mbak2 cantik dari fakultas sebelah".
napa dah kampus2 tuh ada2 aja kalo bikin proyek -_- duitnya buat bancakan rame2 kah
wah mesakke tenan
kelingan mas e sing dodolan ombe
es teh siji bos, nuwun bos, nambah ra bos
kelingan mas e sing dodolan ombe
es teh siji bos, nuwun bos, nambah ra bos
Unik cara demonya..
pernah sekali dulu bgt diajak temen ke tuh kantin banyak mahasiswi yang bening2
Quote:Original Posted By queenzahira ►
Memangnya kalo direlokasi kenapa aa'?
Makin jauh? Atau makin mahal?
Btw lucu2 tulisannya
Khas anak jogja banget
Sebenarnya bukan masalah jauh, ataupun mahal. Ini adalah tentang ikatan persaudaraan dalam hal makan siang.
Quote:Original Posted By gituaja ►
itu tempat nongkrong legendaris untuk mahasiswa2 fakultas ilmu budaya, psikologi,filsafat,ekonomi dan fisipol alias tempat nongkrong sosialisasi anak2 UGM, wah sayang juga ditutup
Yoi dab, paling enak emang nongkrong di bonbin.
Quote:Original Posted By westciss ►
jingak tenan aturane. mosok weteng luwe kudu mlaku 400meter. tepar lik.
btw bakal nambah kenistaan sama kesengsaraan jones2e bonbiners. biasanya bisa cuci mata liat mbak2 feb, sekarang cuma bisa liat2 satpam sama parkiran motor. cyuk.
Haiyo, pas balik kampus luwe meneh..
Quote:Original Posted By benci.kaskus ►
Sapa yg nulis ini: "Duh, gak bisa liat mbak2 cantik dari fakultas sebelah".
Ini salah satu motivasi buat makan siang di sana gan. Bahkan mahasiswa kampus lain yang lokasinya jauh direlain buat maksi atau sarapan disini. Mbak-mbak FIB emang jos.
Quote:Original Posted By vierundzwanzig ►
wah mesakke tenan
kelingan mas e sing dodolan ombe
es teh siji bos, nuwun bos, nambah ra bos
Aku kangen Yu Par...
Memangnya kalo direlokasi kenapa aa'?
Makin jauh? Atau makin mahal?
Btw lucu2 tulisannya
Khas anak jogja banget
Sebenarnya bukan masalah jauh, ataupun mahal. Ini adalah tentang ikatan persaudaraan dalam hal makan siang.
Quote:Original Posted By gituaja ►
itu tempat nongkrong legendaris untuk mahasiswa2 fakultas ilmu budaya, psikologi,filsafat,ekonomi dan fisipol alias tempat nongkrong sosialisasi anak2 UGM, wah sayang juga ditutup
Yoi dab, paling enak emang nongkrong di bonbin.
Quote:Original Posted By westciss ►
jingak tenan aturane. mosok weteng luwe kudu mlaku 400meter. tepar lik.
btw bakal nambah kenistaan sama kesengsaraan jones2e bonbiners. biasanya bisa cuci mata liat mbak2 feb, sekarang cuma bisa liat2 satpam sama parkiran motor. cyuk.
Haiyo, pas balik kampus luwe meneh..
Quote:Original Posted By benci.kaskus ►
Sapa yg nulis ini: "Duh, gak bisa liat mbak2 cantik dari fakultas sebelah".
Ini salah satu motivasi buat makan siang di sana gan. Bahkan mahasiswa kampus lain yang lokasinya jauh direlain buat maksi atau sarapan disini. Mbak-mbak FIB emang jos.
Quote:Original Posted By vierundzwanzig ►
wah mesakke tenan
kelingan mas e sing dodolan ombe
es teh siji bos, nuwun bos, nambah ra bos
Aku kangen Yu Par...
kenapa dinamain bonbin cuy ?
Pujale apaan gan? "Pusat jajan lele" yak?
Quote:Original Posted By lridescent ►
kenapa dinamain bonbin cuy ?
Bonbin = kebon binatang.
itu anekdot di kalangan mahasiswa yang mencerminkan kalau orang yang makan disana itu setara, entah itu dosen atau bukan, cantik atau jelek, rapi atau blangsak, kaya atau miskin, jomblo atau jomblo banget..
Nggak ding, dinamain bonbin karena kalau makan disana, kayak serasa sedang berada di kebon binatang karena banyak binatang yang makan, ngobrol, teriak-teriak ga jelas dengan bebasnya.
kenapa dinamain bonbin cuy ?
Bonbin = kebon binatang.
itu anekdot di kalangan mahasiswa yang mencerminkan kalau orang yang makan disana itu setara, entah itu dosen atau bukan, cantik atau jelek, rapi atau blangsak, kaya atau miskin, jomblo atau jomblo banget..
Nggak ding, dinamain bonbin karena kalau makan disana, kayak serasa sedang berada di kebon binatang karena banyak binatang yang makan, ngobrol, teriak-teriak ga jelas dengan bebasnya.
bonbon apaan pula itu?
Pujale = pusat jajanan lembah gan.
Sampai di demo gitu ya
Mungkin itu kantin emang tempat makan dari jaman ke jaman untuk Mahasiswa UGM
Sama halnya kek kalijodo
Mungkin itu kantin emang tempat makan dari jaman ke jaman untuk Mahasiswa UGM
Sama halnya kek kalijodo
aku alumni uii tapi wes tau di jak neng kono karo sedulorku ncen wanitane ayu ayu tenin
wkwkwk
Via: Kaskus.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar