Dua tahun silam, dalam pidatonya yang bertajuk “Gawat Darurat Pendidikan di Indonesia”, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan memaparkan adanya kesamaan konsep pendidikan Finlandia dengan konsep pendidikan yang diusung Ki Hadjar Dewantara.
Ia menuturkan, kesamaan pertama merujuk pada kebijakan pemerintah Finlandia untuk menempatkan standarisasi pendidikan secara proporsional.
Konsep ini sama dengan buah pikiran Ki Hadjar Dewantara dalam buku “Pusara” (1940) yang menyatakan: “Jangan menyeragamkan hal-hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan. Perbedaan bakat dan keadaan hidup anak dan masyarakat yang satu dengan yang lain harus menjadi perhatian dan diakomodasi.”
Masih merujuk pada buku yang sama, Pusara (1940), terlihat kesamaan lain konsep pendidikan Finlandia dengan Ki Hadjar Dewantara. Pemerintah Finlandia yang menekankan pengaruh besar kesetaraan pada kinerja pendidikan rasanya akan “mengangguk” dengan pernyataan Ki Hadjar Dewantara berikut ini: “Rakyat perlu diberi hak dan kesempatan yang sama untuk mendapat pendidikan berkualitas sesuai kepentingan hidup kebudayaan dan kepentingan hidup kemasyarakatannya.”
Sekitar 78 tahun yang lalu, dalam buku Keluarga, Ki Hadjar Dewantara berpendapat “Anak-anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratinya yang unik, tak mungkin pendidik ‘mengubah padi menjadi jagung’, atau sebaliknya.” Konsep yang sama jika merujuk pada pandangan pemerintah Finlandia yang menganggap standarisasi kaku dan berlebihan merupakan musuh kreativitas.
Kesamaan yang terakhir muncul dalam Mimbar Indonesia (1948) saat Ki Hadjar Dewantara menganggap “Bermain adalah untutan jiwa anak untuk menuju ke arah kemajuan hidup jasmani maupun rohani.” Secara singkat, Finlandia juga selalu menekankan bahwa anak harus bermain.
Fakta-fakta kesamaan konsep pendidikan Finlandia dengan Ki Hadjar Dewantara inilah yang membuat Anies Baswedan berujar: “Ironis ketika negara lain menerapkan prinsip-prinsip pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang ditulis puluhan tahun lalu dan sukses meningkatkan kinerja pendidikan mereka... saat kita sendiri semakin terasing dari pemikiran-pemikirannya.”
(Sumber: Intisari-Online.com)
Ane Pertamax Bray
Bisa sama gtu ya bray
Bisa sama gtu ya bray
Hmm..baca dlu gan.. Yang penting page one..
ane belom baca
ah elah tau sendirilah orang indonesia, ide ide cemerlang seperti ini jarang diimplementasikan di bidangnua
“Jangan menyeragamkan hal-hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan. Perbedaan bakat dan keadaan hidup anak dan masyarakat yang satu dengan yang lain harus menjadi perhatian dan diakomodasi.”
Konsepnya hampir sama dg pemikiran Einstein ini
Konsepnya hampir sama dg pemikiran Einstein ini
Ntapz sangadH
Ki hajar dewantara memang terbaik lah gan
Ki hajar dewantara memang terbaik lah gan
Wah boleh di coba tuh konsep Bapak Ki Hadjar Dewantara (padahal bapak yang ciptakan tapi apakah sama dengan yang konsep yang dipakai kita sekarang )
seperti inilah kondisi indonesia, pemikiran2 cerdas hasil karya putra asli bangsa banyak yg ga terpake disini yg pake negara lain gan
tolok ukur yang digeneralisasi emang terkadang memaksa anak mematikan minat yang sesuai dengan kreatifitasnya. ketika mereka masuk sekolah sangat sulit untuk mencari wadah yang mampu mengerti dan membantu mengembangkan minat setiap anak. dan yang parah lagi anak2 sekolah udah termindset kaya kursus/ketingkat kelas kerja yang lebih tinggi, dimana dia cari ijazah untuk mencari kerja kelak. itu bray kesotoyan
Quote:Original Posted By hendiii1211 ►
Wah boleh di coba tuh konsep Bapak Ki Hadjar Dewantara (padahal bapak yang ciptakan tapi apakah sama dengan yang konsep yang dipakai kita sekarang )
yang ada bertolak belakang gan
tapi semoga aja bisa berubah
Wah boleh di coba tuh konsep Bapak Ki Hadjar Dewantara (padahal bapak yang ciptakan tapi apakah sama dengan yang konsep yang dipakai kita sekarang )
yang ada bertolak belakang gan
tapi semoga aja bisa berubah
Quote:Original Posted By mbewehkill666 ►
tolok ukur yang digeneralisasi emang terkadang memaksa anak mematikan minat yang sesuai dengan kreatifitasnya. ketika mereka masuk sekolah sangat sulit untuk mencari wadah yang mampu mengerti dan membantu mengembangkan minat setiap anak. dan yang parah lagi anak2 sekolah udah termindset kaya kursus/ketingkat kelas kerja yang lebih tinggi, dimana dia cari ijazah untuk mencari kerja kelak. itu bray kesotoyan
kondisi klasik di negara kita bray
sekolah utk cari kerja
tolok ukur yang digeneralisasi emang terkadang memaksa anak mematikan minat yang sesuai dengan kreatifitasnya. ketika mereka masuk sekolah sangat sulit untuk mencari wadah yang mampu mengerti dan membantu mengembangkan minat setiap anak. dan yang parah lagi anak2 sekolah udah termindset kaya kursus/ketingkat kelas kerja yang lebih tinggi, dimana dia cari ijazah untuk mencari kerja kelak. itu bray kesotoyan
kondisi klasik di negara kita bray
sekolah utk cari kerja
Quote:Original Posted By elweent ►
kondisi klasik di negara kita bray
sekolah utk cari kerja
yoyoi bre
gak munafik jg, kalo ane lulus kuliah ane jg gak ikhlas kalo ane gak dpt ijazah
kondisi klasik di negara kita bray
sekolah utk cari kerja
yoyoi bre
gak munafik jg, kalo ane lulus kuliah ane jg gak ikhlas kalo ane gak dpt ijazah
Quote:Original Posted By benci.kaskus ►
“Jangan menyeragamkan hal-hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan. Perbedaan bakat dan keadaan hidup anak dan masyarakat yang satu dengan yang lain harus menjadi perhatian dan diakomodasi.”
Konsepnya hampir sama dg pemikiran Einstein ini
Yap intinya sama gan Tapi untuk di Indonesia tetap harus menguatkan ajaran agama yang dianut masing-masing dan moral/budaya Indonesia
“Jangan menyeragamkan hal-hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan. Perbedaan bakat dan keadaan hidup anak dan masyarakat yang satu dengan yang lain harus menjadi perhatian dan diakomodasi.”
Konsepnya hampir sama dg pemikiran Einstein ini
Yap intinya sama gan Tapi untuk di Indonesia tetap harus menguatkan ajaran agama yang dianut masing-masing dan moral/budaya Indonesia
Bener ni, gk boleh di sama ratakan, karena kemampuan dan minat tiap anak berbeda.
Pak Anies kan Mendikbud, knpa gk diterapkan secara perlahan aja sma dia.
Pak Anies kan Mendikbud, knpa gk diterapkan secara perlahan aja sma dia.
Padahal udah ada acuan dan literatur dr bapak pendidikan, trus knpa blum bisa di implementasikan
Masalah dasarnya apa?
Masalah dasarnya apa?
mana buktinya finlandia pake konsep yang disebut???
Quote:Original Posted By jangantanyasaya ►
mana buktinya finlandia pake konsep yang disebut???
jgn ditanya pasti cocoklogi tapi gw akui ki hajar dewantoro top lah
mana buktinya finlandia pake konsep yang disebut???
jgn ditanya pasti cocoklogi tapi gw akui ki hajar dewantoro top lah
rata2 sistem pendidikan dibuat untuk mencetak pekerja bukan untuk mencerdaskan
kenapa ga diterapkan di indo ya
Via: Kaskus.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar