bagi yang belom tau orang nya nii
Nama Lengkap
Edhi Sunarso
Alias
Edhi
kategori
Seniman
Agama
Islam
Tempat Lahir
Salatiga, Jawa Tengah
Tanggal lahir
Sabtu, 2 Juli 1932
Zodiac
Cancer
Hobby
Warga Negara
Indonesia
Istri : Kustiah
Anak : Rosa Arus Sagara, Titiana Irawani, Satya Sunarso, Sari Prasetyo Angkasa
BIOGRAFI
Dilahirkan di Salatiga, 2 Juli 1932, nama Edhi Sunarso mungkin tak banyak orang yang mengenalnya. Namun, siapa sangka dibalik namanya yang 'tak dikenal' terlahir banyak karya fenomenal yang kerap kali ditemukan di Jakarta. Sebut saja monumen selamat datang yang ada di Bundaran Hotel Indonesia, patung Pembebasan Irian Barat yang ada di Lapangan Banteng, dan patung Dirgantara yang ada di Pancoran. Ketiga patung fenomenal tersebut merupakan contoh hasil karya tangan dingin pria yang biasa dipanggil Edhi ini.
Merupakan lulusan dari Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI/ ASRI) lalu melanjutkan dengan mengambil kuliah di Visva Bharanti Rabindranath Tagore University, India, Edhi memulai karirnya dengan mengabdikan diri sebagai pematung yang membuat monumen-monumen bersejarah yang dapat membangkitkan rasa nasionalis masyarakat Indonesia. Sebelumnya, jauh sebelum menjadi pematung dengan banyak karya yang fenomenal, Edhi merupakan seorang tentara yang mulai terjun ke lapangan sejak usia yang relatif muda, tujuh tahun. Ia bahkan sempat dikenal sebagai salah satu pelempar granat saat serdadu NICA (Mederlandsch Indie Civil Administratie) tengah bertandang di Indonesia. Jangan tanya mengapa, Edhi kecil yang sejak umur tujuh bulan tinggal bersama budenya secara langsung mendedikasikan dirinya sebagai tentara. Ia adalah mantan pasukan Samber Nyawa Divisi I, Batalyon III, dan Resimen V Siliwangi.
Menjadi tentara yang tengah membela kedaulatan negeri sudah barang tentu Edhi juga mencicipi siksaan di penjara akibat ulahnya yang dianggap merisaukan. Di usia empat belas tahun dosen Pasca Sarjana ISI Jogjakarta tahun 1985-1990 ini harus mendekam di penjara dan menjadi tawanan perang tentara kerajaan Belanda atau biasa dikenal KNIL. Di sanalah Edhi mulai belajar menggambar dan memahat. Selain bakat yang dibawanya sejak kecil, Edhi juga belajar dan berlatih sendiri untuk mengasah keterampilannya. Tergolong pandai dan mumpuni, pada tahun 1950 Edhi bertemu dengan seniman Hendra Gunawan saat ia tengah mencari komandan dan sekawanan prajurit lain yang meninggalkannya menuju Bandung.
Bukan pertemuan biasa, nyatanya pertemuan dengan Hendra Gunawan yang berhasil membawa suami dari Kustiyah ini menyelami dunia seni khususnya seni pahat lebih mendalam. Sejak saat itu ia lebih banyak bergabung dengan seniman-seniman lain dan meninggalkan statusnya sebagai tentara militer. Berbekal dengan bakat, pengalaman, dan keberuntungan, nama Edhi melejit pada tahun 1950-an. Ia dinyatakan sebagai pemenang kedua pada lomba sayembara patung sedunia yang diadakan di London tahun 1953 menyusul kemudian mendapatkan penghargaan medali emas sebagai Karya Seni Patung Terbaik, India, berturut-turut pada tahun 1956-1957.
Berkat monumen pembebasan Irian Barat, nama Edhi mulai banyak dikenal dan dipercaya memegang kendali dalam seni pahat Indonesia saat itu. Karya-karyanya dianggap selalu menarik, historis, dan nasionalis.
Kini, era tahun 50-60-an telah berakhir, perputaran jaman semakin cepat, nama Edhi pun semakin tenggelam. Meski begitu, karyanya selalu abadi di tangan pewaris kehidupan masa kini.
Riset dan Analisa: Atiqoh Hasan
PENDIDIKAN
* Visva Bharanti Rabindranath Tagore University, 1955
* Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI/ ASRI), 1952
KARIR
* Pematung
* Dosen Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI/ ASRI) Jogjakarta, 1959-1967
* Dosen IKIP Jogjakarta, 1967-1981
* Dosen Pasca Sarjana ISI Jogjakarta, 1985-1990
PENGHARGAAN
Awards:
* Lomba Seni Patung Internasional, Inggris, 1953
* Medali emas sebagai Karya Seni Patung Terbaik, India, 1956-1957
* Piagam seni, Indonesia, 1984
* Piagam seni untuk karya monumental, Jogjakarta, Indonesia, 1996
* Bintang Budaya Parama Dharma, 2003
* Empu Ageng Seni Patung
Karya:
* Monumen Tugu Muda, Semarang
* Monumen Pembebasan Irian Barat, Jakarta
* Monumen Selamat Datang, Jakarta
* Monumen Dirgantara, Jakarta
* Monumen Pahlawan Nasional Kolonel Slamet Riyadi, Ambon
* Monumen Jenderal Ahmad Yani, Bandung
* Monumen Jenderal Gatot Subroto, Surakarta
* Monumen Pahlawan Samudera Yos Sudarso, Surabaya
* Monumen Pahlawan Samudera, Jakarta
* Monumen Panglima Besar Sudirman Cilangkap (Mabes TNI), Jakarta
* Monumen Panglima Besar Sudirman, Moseum PETA, Bogor
* Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, Jakarta
* Monumen Yos Sudarso, Biak, Irian Barat
* Monumen Pahlawan Tak Dikenal, Digul, Papua
* Monumen Sultan Thoha Syaifudin, Jambi
* Diorama Sejarah Monumen Nasional, Jakarta
* Diorama Sejarah Moseum Lubang Buaya, Jakarta
* Diorama Sejarah Moseum Pancasila Sakti Lubang Buaya, Jakarta
* Diorama Sejarah Moseum ABRI Satria Mandala, Jakarta
* Diorama Sejarah Moseum Purba Wisesa, Jakarta
* Diorama Sejarah Moseum Jogja Kembali, Jogjkarta
* Diorama Sejarah Moseum Keprajuritan Nasional (TMII), Jakarta
* Diorama Sejarah Moseum Perhubungan (TMII), Jakarta
* Diorama Sejarah Moseum Tugu Pahlawan 10 November, Surabaya
* Diorama Sejarah Moseum Benteng Vredeburgh, Jogjakarta
Pada tahun 1962, Jakarta menyambut tamu-tamu kenegaraan di Bundaran Hotel Indonesia. Ketika itu, Presiden Sukarno membangun Monumen Selamat Datang dalam rangka Asian Games IV yang diadakan di Jakarta. Para atlet dan ofisial menginap di Hotel Indonesia dan bertanding di komplek olahraga Ikada, sekarang komplek Gelora Bung Karno, Senayan. Stadion Senayan pada saat itu adalah stadion terbesar di Asia Tenggara yang mampu menampung 120.000 penonton.[1] Ide pembuatan patung ini berasal dari Presiden Sukarno dan rancangan awalnya dikerjakan oleh Henk Ngantung yang pada saat itu merupakan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Tinggi patung perunggu ini dari kepala sampai kaki 5 m, sedangkan tinggi seluruhnya dari kaki hingga tangan yang melambai adalah +-7 m, dan tinggi kaki patung adalah 10 m. Pelaksana pembuatan patung ini adalah tim pematung Keluarga Arca pimpinan Edhi Sunarso di Karangwuni. Pada saat pembuatannya, Presiden Sukarno didampingi Duta Besar Amerika Serikat, Howard P. Jones beserta para menteri sempat berkunjung ke sanggar Edhi Sunarso. Pembuatan patung ini memakan waktu sekitar satu tahun. Monumen Selamat Datang kemudian diresmikan oleh Sukarno pada tahun 1962.(sumber:wikipedia)
berita wafatnya nih gan
innalilahi wainailahi rojiun
Jakarta (ANTARA News) - Pematung Indonesia Edhi Soenarso meninggal dunia pada usia 84 tahun di Yogyakarta. Kepergian pembuat Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia itu mendapat perhatian dari sejumlah netizen, utamanya para pesohor negeri.
Sutradara film Fajar Nugros dalam akun @fajarnugros mencuit "Berbelasungkawa sedalamnya atas wafatnya bapak Edhi Sunarso, karyanya akan terus menghiasi ibukota..."
Galeri Nasional Indonesia dalam akun @galerinasional pun turut mengungkapkan belasungkawanya atas kepergian Edhi: "Ikut berbela sungkawa atas wafatnya pematung Indonesia, EDHI SUNARSO, pd Senin (4/1/2016) malam. Selamat jalan Bpk. Edhi Sunarso... Semoga Bpk. Edhi Sunarso mendapat tempat terbaik di sisi-Nya #edhisunarsotutupusia. Indonesia kehilangan pematung monumental EDHI SUNARSO. Semoga mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Selamat jalan... #edhisunarsotutupusia."
Sementara sastrawan sekaligus pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad memiliki kesan tersendiri atas Edhi, dalam akun Twitter @gm_gm, dia menyebut Edhi sebagai "pematung terbesar dlm senirupa Indonesia".
Dalam cuitan bertagar #edhi, Goenawan menyebut "Patung2 Edhi Sunarso memberi corak yg ekspresif kepada monumen2 kita, terutama di Jakarta".
"Karyanya, "Pembebasan Irian Barat" di Lapangan Banteng dan "Monumen Dirgantara" di Pancoran, lebih ekspresif ketimbang monumen2 biasa."
Karya lain Edhi Sunarso yakni Monumen "Prajurit Tani" di depan Hotel Aryaduta, menurut Goenawan "dibuat dgn resep "realisme sosialis" oleh pematung Rusia, necis tapi hambar."
Selain itu, "Patung2 Edhi Sunarso menampilkan "musculatura" tubuh yg tak mementingkan kecantikan dan kerapian, tapi menyatakan gerak dan gairah."
Goenawan mengatakan, monumen di ruang publik umumnya terkait dgn sejarah politik dan kekuasaan. Demikian juga dengan patung Edhi Sunarso, oleh sebab itu corak patung Edhi berbeda-beda.
"Patung "Dirgantara", dikerjakan ketika Bung Karno hampir lengser, dibeayai Bung Karno dari hasil jual mobil, memukau krn terasa bebas. Sementara monumen "Pancasila Sakti" tampak rapi dan komunikatif, tapi terasa tak punya ekspresi. Ini monumen dengan pesan Orde Baru. Edhi Sunarso tak hanya satu gaya, satu corak. Ini karena monumen umumnya ditentukan sang pemesan, bukan sang seniman. Syukur Edhi Sunarso tak hanya pembuat monumen. Ia juga pematung. Sebagai pematung, ia lebih bisa mencipta, dgn dorongan hati sendiri."
Karya-karya Edhi Sunarso yang menghiasi Jakarta antara lain Patung Dirgantara (Pancoran), Selamat Datang (Hotel Indonesia), dan Pembebasan Irian Barat (Lapangan Banteng).
Pembicaraan soal Edhi Sunarso juga sempat menjadi trend di Twitter hingga pagi ini.
maaf gan bikin threadnya blepotan hehe
Spoiler for nii gan:
Spoiler for profil dan biografinya nih gan:
Nama Lengkap
Edhi Sunarso
Alias
Edhi
kategori
Seniman
Agama
Islam
Tempat Lahir
Salatiga, Jawa Tengah
Tanggal lahir
Sabtu, 2 Juli 1932
Zodiac
Cancer
Hobby
Warga Negara
Indonesia
Istri : Kustiah
Anak : Rosa Arus Sagara, Titiana Irawani, Satya Sunarso, Sari Prasetyo Angkasa
BIOGRAFI
Dilahirkan di Salatiga, 2 Juli 1932, nama Edhi Sunarso mungkin tak banyak orang yang mengenalnya. Namun, siapa sangka dibalik namanya yang 'tak dikenal' terlahir banyak karya fenomenal yang kerap kali ditemukan di Jakarta. Sebut saja monumen selamat datang yang ada di Bundaran Hotel Indonesia, patung Pembebasan Irian Barat yang ada di Lapangan Banteng, dan patung Dirgantara yang ada di Pancoran. Ketiga patung fenomenal tersebut merupakan contoh hasil karya tangan dingin pria yang biasa dipanggil Edhi ini.
Merupakan lulusan dari Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI/ ASRI) lalu melanjutkan dengan mengambil kuliah di Visva Bharanti Rabindranath Tagore University, India, Edhi memulai karirnya dengan mengabdikan diri sebagai pematung yang membuat monumen-monumen bersejarah yang dapat membangkitkan rasa nasionalis masyarakat Indonesia. Sebelumnya, jauh sebelum menjadi pematung dengan banyak karya yang fenomenal, Edhi merupakan seorang tentara yang mulai terjun ke lapangan sejak usia yang relatif muda, tujuh tahun. Ia bahkan sempat dikenal sebagai salah satu pelempar granat saat serdadu NICA (Mederlandsch Indie Civil Administratie) tengah bertandang di Indonesia. Jangan tanya mengapa, Edhi kecil yang sejak umur tujuh bulan tinggal bersama budenya secara langsung mendedikasikan dirinya sebagai tentara. Ia adalah mantan pasukan Samber Nyawa Divisi I, Batalyon III, dan Resimen V Siliwangi.
Menjadi tentara yang tengah membela kedaulatan negeri sudah barang tentu Edhi juga mencicipi siksaan di penjara akibat ulahnya yang dianggap merisaukan. Di usia empat belas tahun dosen Pasca Sarjana ISI Jogjakarta tahun 1985-1990 ini harus mendekam di penjara dan menjadi tawanan perang tentara kerajaan Belanda atau biasa dikenal KNIL. Di sanalah Edhi mulai belajar menggambar dan memahat. Selain bakat yang dibawanya sejak kecil, Edhi juga belajar dan berlatih sendiri untuk mengasah keterampilannya. Tergolong pandai dan mumpuni, pada tahun 1950 Edhi bertemu dengan seniman Hendra Gunawan saat ia tengah mencari komandan dan sekawanan prajurit lain yang meninggalkannya menuju Bandung.
Bukan pertemuan biasa, nyatanya pertemuan dengan Hendra Gunawan yang berhasil membawa suami dari Kustiyah ini menyelami dunia seni khususnya seni pahat lebih mendalam. Sejak saat itu ia lebih banyak bergabung dengan seniman-seniman lain dan meninggalkan statusnya sebagai tentara militer. Berbekal dengan bakat, pengalaman, dan keberuntungan, nama Edhi melejit pada tahun 1950-an. Ia dinyatakan sebagai pemenang kedua pada lomba sayembara patung sedunia yang diadakan di London tahun 1953 menyusul kemudian mendapatkan penghargaan medali emas sebagai Karya Seni Patung Terbaik, India, berturut-turut pada tahun 1956-1957.
Berkat monumen pembebasan Irian Barat, nama Edhi mulai banyak dikenal dan dipercaya memegang kendali dalam seni pahat Indonesia saat itu. Karya-karyanya dianggap selalu menarik, historis, dan nasionalis.
Kini, era tahun 50-60-an telah berakhir, perputaran jaman semakin cepat, nama Edhi pun semakin tenggelam. Meski begitu, karyanya selalu abadi di tangan pewaris kehidupan masa kini.
Riset dan Analisa: Atiqoh Hasan
PENDIDIKAN
* Visva Bharanti Rabindranath Tagore University, 1955
* Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI/ ASRI), 1952
KARIR
* Pematung
* Dosen Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI/ ASRI) Jogjakarta, 1959-1967
* Dosen IKIP Jogjakarta, 1967-1981
* Dosen Pasca Sarjana ISI Jogjakarta, 1985-1990
PENGHARGAAN
Awards:
* Lomba Seni Patung Internasional, Inggris, 1953
* Medali emas sebagai Karya Seni Patung Terbaik, India, 1956-1957
* Piagam seni, Indonesia, 1984
* Piagam seni untuk karya monumental, Jogjakarta, Indonesia, 1996
* Bintang Budaya Parama Dharma, 2003
* Empu Ageng Seni Patung
Karya:
* Monumen Tugu Muda, Semarang
* Monumen Pembebasan Irian Barat, Jakarta
* Monumen Selamat Datang, Jakarta
* Monumen Dirgantara, Jakarta
* Monumen Pahlawan Nasional Kolonel Slamet Riyadi, Ambon
* Monumen Jenderal Ahmad Yani, Bandung
* Monumen Jenderal Gatot Subroto, Surakarta
* Monumen Pahlawan Samudera Yos Sudarso, Surabaya
* Monumen Pahlawan Samudera, Jakarta
* Monumen Panglima Besar Sudirman Cilangkap (Mabes TNI), Jakarta
* Monumen Panglima Besar Sudirman, Moseum PETA, Bogor
* Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya, Jakarta
* Monumen Yos Sudarso, Biak, Irian Barat
* Monumen Pahlawan Tak Dikenal, Digul, Papua
* Monumen Sultan Thoha Syaifudin, Jambi
* Diorama Sejarah Monumen Nasional, Jakarta
* Diorama Sejarah Moseum Lubang Buaya, Jakarta
* Diorama Sejarah Moseum Pancasila Sakti Lubang Buaya, Jakarta
* Diorama Sejarah Moseum ABRI Satria Mandala, Jakarta
* Diorama Sejarah Moseum Purba Wisesa, Jakarta
* Diorama Sejarah Moseum Jogja Kembali, Jogjkarta
* Diorama Sejarah Moseum Keprajuritan Nasional (TMII), Jakarta
* Diorama Sejarah Moseum Perhubungan (TMII), Jakarta
* Diorama Sejarah Moseum Tugu Pahlawan 10 November, Surabaya
* Diorama Sejarah Moseum Benteng Vredeburgh, Jogjakarta
Spoiler for sekilas patung selamat datang:
Pada tahun 1962, Jakarta menyambut tamu-tamu kenegaraan di Bundaran Hotel Indonesia. Ketika itu, Presiden Sukarno membangun Monumen Selamat Datang dalam rangka Asian Games IV yang diadakan di Jakarta. Para atlet dan ofisial menginap di Hotel Indonesia dan bertanding di komplek olahraga Ikada, sekarang komplek Gelora Bung Karno, Senayan. Stadion Senayan pada saat itu adalah stadion terbesar di Asia Tenggara yang mampu menampung 120.000 penonton.[1] Ide pembuatan patung ini berasal dari Presiden Sukarno dan rancangan awalnya dikerjakan oleh Henk Ngantung yang pada saat itu merupakan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Tinggi patung perunggu ini dari kepala sampai kaki 5 m, sedangkan tinggi seluruhnya dari kaki hingga tangan yang melambai adalah +-7 m, dan tinggi kaki patung adalah 10 m. Pelaksana pembuatan patung ini adalah tim pematung Keluarga Arca pimpinan Edhi Sunarso di Karangwuni. Pada saat pembuatannya, Presiden Sukarno didampingi Duta Besar Amerika Serikat, Howard P. Jones beserta para menteri sempat berkunjung ke sanggar Edhi Sunarso. Pembuatan patung ini memakan waktu sekitar satu tahun. Monumen Selamat Datang kemudian diresmikan oleh Sukarno pada tahun 1962.(sumber:wikipedia)
berita wafatnya nih gan
innalilahi wainailahi rojiun
Spoiler for baru meninggal hari ini:
Jakarta (ANTARA News) - Pematung Indonesia Edhi Soenarso meninggal dunia pada usia 84 tahun di Yogyakarta. Kepergian pembuat Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia itu mendapat perhatian dari sejumlah netizen, utamanya para pesohor negeri.
Sutradara film Fajar Nugros dalam akun @fajarnugros mencuit "Berbelasungkawa sedalamnya atas wafatnya bapak Edhi Sunarso, karyanya akan terus menghiasi ibukota..."
Galeri Nasional Indonesia dalam akun @galerinasional pun turut mengungkapkan belasungkawanya atas kepergian Edhi: "Ikut berbela sungkawa atas wafatnya pematung Indonesia, EDHI SUNARSO, pd Senin (4/1/2016) malam. Selamat jalan Bpk. Edhi Sunarso... Semoga Bpk. Edhi Sunarso mendapat tempat terbaik di sisi-Nya #edhisunarsotutupusia. Indonesia kehilangan pematung monumental EDHI SUNARSO. Semoga mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Selamat jalan... #edhisunarsotutupusia."
Sementara sastrawan sekaligus pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad memiliki kesan tersendiri atas Edhi, dalam akun Twitter @gm_gm, dia menyebut Edhi sebagai "pematung terbesar dlm senirupa Indonesia".
Dalam cuitan bertagar #edhi, Goenawan menyebut "Patung2 Edhi Sunarso memberi corak yg ekspresif kepada monumen2 kita, terutama di Jakarta".
"Karyanya, "Pembebasan Irian Barat" di Lapangan Banteng dan "Monumen Dirgantara" di Pancoran, lebih ekspresif ketimbang monumen2 biasa."
Karya lain Edhi Sunarso yakni Monumen "Prajurit Tani" di depan Hotel Aryaduta, menurut Goenawan "dibuat dgn resep "realisme sosialis" oleh pematung Rusia, necis tapi hambar."
Selain itu, "Patung2 Edhi Sunarso menampilkan "musculatura" tubuh yg tak mementingkan kecantikan dan kerapian, tapi menyatakan gerak dan gairah."
Goenawan mengatakan, monumen di ruang publik umumnya terkait dgn sejarah politik dan kekuasaan. Demikian juga dengan patung Edhi Sunarso, oleh sebab itu corak patung Edhi berbeda-beda.
"Patung "Dirgantara", dikerjakan ketika Bung Karno hampir lengser, dibeayai Bung Karno dari hasil jual mobil, memukau krn terasa bebas. Sementara monumen "Pancasila Sakti" tampak rapi dan komunikatif, tapi terasa tak punya ekspresi. Ini monumen dengan pesan Orde Baru. Edhi Sunarso tak hanya satu gaya, satu corak. Ini karena monumen umumnya ditentukan sang pemesan, bukan sang seniman. Syukur Edhi Sunarso tak hanya pembuat monumen. Ia juga pematung. Sebagai pematung, ia lebih bisa mencipta, dgn dorongan hati sendiri."
Karya-karya Edhi Sunarso yang menghiasi Jakarta antara lain Patung Dirgantara (Pancoran), Selamat Datang (Hotel Indonesia), dan Pembebasan Irian Barat (Lapangan Banteng).
Pembicaraan soal Edhi Sunarso juga sempat menjadi trend di Twitter hingga pagi ini.
maaf gan bikin threadnya blepotan hehe
Semoga amal ibadahnya diterima.
Semoga amal ibadahnya di terima.
Padahal keren karyanya
turut berduka cita
turut berduka cita
innalillahi. jasa beliau akan terus dikenang sepanjang masa.
banyak bgt karyanya
banyak bgt karyanya
Turut berduka
karya karyanya bnyak banget yak
ina ilahi wa ina illahi roji'un,,turut berduka cita,semoga amal ibadah beliau di terima tuhan YME.
innalillahi wa innailaihi raji'un semoga amal beliau diterima disisi-Nya
Turut berduka gans
Semoga ditempatkan di sisi yg layak
Awal tahun sudah kehilangan seniman pengukir kota Jakarta
Semoga ditempatkan di sisi yg layak
Awal tahun sudah kehilangan seniman pengukir kota Jakarta
Semoga Husnul Hotimah ya Gaan...aamiin
turut berduka neh ,seniman besar indonesia ni
innalilahi wainailahi rojiun
turut berduka
semoga diterima amal ibadahnya
njrit tuh patung sudah berdiri sejak tahun 60 an
njrit tuh patung sudah berdiri sejak tahun 60 an
Quote:Original Posted By VVVVVVVVVV ►
semoga diterima amal ibadahnya
njrit tuh patung sudah berdiri sejak tahun 60 an
yoii lama banget yaa gan wkwk
semoga diterima amal ibadahnya
njrit tuh patung sudah berdiri sejak tahun 60 an
yoii lama banget yaa gan wkwk
Trut berduka cita....
turut berduka gan
Via: Kaskus.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar