"KERJAKANLAH DENGAN HATI IKHLAS MAKA DUNIA DAN ISI NYA AKAN MERUNDUK DAN TERSENYUM KEPADAMU"
Quote:ALHAMDULILLAH HT KE-2 , Terimakasih min, mod serta agan dan sista yang sudah sudi mampir
Spoiler for Hot Thread kedua:
Quote:Bismillah duluQuote:Setelah kemarin ane coba membahas soal T'Challa A.K.A Black Panther, kali ini ane tergugah mau nulis trit lokal dari Negeri sendiri, tidak berbau superhero namun bisa dibilang sebagai pejuang juga sih. Pejuang untuk keluarga, budaya dan bahkan untuk dirinya sendiri.
Quote:Seniman jalanan bisa berbagai macam gan, ada yang menyanyi sambil memainkan alat musik, ada juga yang beraksi dengan berbagai macam keahlian. Kali ini ane akan membahas soal seniman jalanan dalam seni musik atau yang familiar di telinga kita adalah pengamen.
Spoiler for Kita awali dengan Definisinya:
Quote:Pengamenatau sering disebut pula sebagai penyanyi jalanan (Inggris: street singers), sementara musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai Musik Jalanan. Pengertian antara musik jalanan dengan penyanyi jalanan secara terminologi tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan penyanyi jalanan masing-masing mempunyai disiplin dan pengertian yang spesifik bahkan dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah warna musik yang berkembang di dunia kesenian.sumber
Spoiler for Pictures:
Quote:Sebenernya ane bikin trit ini bukan untuk diperdebatkan atau apa nantinya, hanya dari apresiasi ane pribadi kepada mereka yang menghabiskan sisa hidupnya di jalan dengan bermusik. Beberapa waktu lalu ane lagi dijalan pas jemput bini ane di kantor nya, di sisi trotoar ane liat ada 4 orang berpakaian tradisional khas jawa sedang bercengkrama sambil tertawa-tawa.
Quote:Merekalah topik pembicaraan trit ane kali ini, mereka disebut pengamen sinden siter. Bagi kebanyakan orang pasti sudah tau apa itu sinden, namun pengamen sinden siter itu apa sih gan ?
Spoiler for Berikut penjelasannya :
Quote:Pesindenjuga sering disebut sinden, menurut Ki Mujoko Joko Raharjo berasal dari kata "pasindhian" yang berarti yang kaya akan lagu atau yang melagukan (melantunkan lagu). Sinden juga disebut waranggana "wara" berarti seseorang berjenis kelamin wanita, dan "anggana" berarti sendiri. Pada zaman dahulu waranggana adalah satu-satunya wanita dalam panggung pergelaran wayang ataupun pentas klenengan.sumber
Quote:Siteradalah alat musik petik di dalam gamelan Jawa. Ada hubungannya juga dengan kecapi di gamelan Sunda. Nama "siter" berasal dari Bahasa Belanda "citer", yang juga berhubungan dengan Bahasa Inggris "zither"."Celempung" berkaitan dengan bentuk musikal Sunda celempungan. siter/si•ter/ n alat musik petik yang berdawai (bersenar), bentuknya menyerupai cerempung atau kecapi Sunda.Bambu siter yang terdiri atas sebuah tembereng bambu yang direntangi beberapa dawai.sumber
Spoiler for Pictures:
Spoiler for Pictures:
Quote:Jadi pengamen sinden siter itu adalah sinden jalanan sambil di iringi oleh alat musik siter, paling sedikit biasanya 1 orang, merangkap sinden sekaligus memainkan siternya, namun kebanyakan kita liat ada 2 orang yaitu satu orang laki-laki pemain siter dan perempuan sebagain penembang atau sinden nya. Bisa juga agan temui di jalan-jalan ada yang 3 – 4 orangan, biasanya mereka menyanyikan tembang/lagu tradisional khas jawa (BUKAN LINGSIR WENGI YA GAN !) hehehe.
Disaat mereka mementaskan pertunjukannya tersebut seakan-akan suasana jadi tenang gitu, coba deh kalau agan lagi makan di pinggir jalan terus ada pengamen sinden siter itu nyanyi, dibandingkan ada dateng segerombolan anak muda ber-ukulele sambil nyanyi sedikit teriak-teriak. Ngamen itu kan selain mencari nafkah juga sebagai penghibur si pendengarnya.
Setelah ane browsing dan cari-cari info soal pengamen sinden siter ini, ternyata agak miris juga gan melihat latar belakang kehidupan mereka sehari-hari.
Quote:Berikut ane jabarin beberapa fakta nya;Quote:1.Sebagian besar dari mereka sudah mendekati lansia
Spoiler for Pictures:
Spoiler for Pictures:
Spoiler for Pictures:
Spoiler for Pictures:
Quote:Mungkin bagi agan yang tinggal di Jakarta agak susah menemukan pengamen sinden siter ini, biasanya sih di sekitaran BLOK M atau BLOK S dan biasanya mereka menyambangi tempat-tempat makan pinggir jalan. Namun bagi agan yang tinggal di daerah Jogja atau Solo pasti banyak melihatnya di rumah makan ataupun Hotel-hotel yang sengaja mempersilahkan mereka untuk pentas disitu.Quote:Ada sedikit artikel yang mungkin bisa agan dan sista baca sebagai referensi soal kehidupan para pengamen sinden siter ini. Cekibrot ;
Spoiler for Kisah Sinden siter:
”Kowe nangis yo? Wis ojo nangis,” hibur Kamiyem (50) kepada Sriyatun (40) yang tiba-tiba merebak air matanya saat mengingat setiap hari harus tidur berjejal dengan sesama pengamen musik tradisional. "Enggak, aku enggak nangis. Aku ini pilek,” kata Sriyatun mencari alasan sambil mengalihkan wajahnya dari tatapan orang-orang di sekitarnya. Sebelumnya, sambil sesekali melempar senyum, Sriyatun menceritakan kisah hidupnya kepada Kompas. Sriyatun, perempuan asal Ngawi, Jawa Timur, sudah sekitar 20 tahun menjadi pesinden keliling, termasuk di Kota Solo, Jawa Tengah. Empat tahun terakhir, ia bersama empat rekannya, Pawirorejo (83), Kamiyem, Marjuki (60), dan Zainah (80), menjadi ”musisi” tetap yang mangkal di depan rumah makan Pecel Solo di Jalan Dr Supomo, Solo.
Sekilas pandang saja, kelompok tua-tua ini menjadi bagian wajah Solo dan tradisi Jawa yang ngelangut dan antik itu.Penghasilan kelimanya dengan mengamen sejak pukul 10.00 sampai pukul 15.00 atau 16.00 dirasakan lumayan. Dalam sehari setidaknya masing-masing bisa membawa pulang Rp 20.000. Dengan makan siang disediakan oleh rumah makan Pecel Solo, menurut Sriyatun, setiap hari ia bisa menyisihkan Rp 7.000 setelah mengeluarkan uang untuk makan dan kebutuhan sehari-hari lainnya. ”Jika uang sudah terkumpul cukup banyak, saya bawa pulang. Uangnya untuk jajan anak, bayar sekolah, dan ongkos bolak-balik ke kampung dari Solo,” kata Sriyatun di tengah petikan suara siter dan lantunan rekannya menyinden. Saat pengunjung rumah makan sangat ramai dan murah hati, masing-masing bisa membawa Rp 75.000 dalam sehari, seperti saat Lebaran kemarin.
Menjadi pesinden awalnya ”kecelakaan” bagi Sriyatun. Ia sebelumnya buruh tani tebu. Lalu, ia diajak temannya ke Jakarta. ”Eee ... bukan kerja di Jakarta, malah diajak jadi sinden keliling di Pacitan. Pernah juga saya mengamen di Ngawi. Tapi, di sana sepi. Jadi, kami pindah ke Solo,” ujar Sriyatun yang kini fasih mendendangkan tembang Jawa Caping Gunung, Ali-ali, dan banyak lagi lagu yang mengiris hati. Hal serupa dialami Marjuki. Sudah 40 tahun ia mengamen. Keahliannya bermain gendang. Agar mengirit biaya, ia dan rekan-rekannya sesama pengamen musik tradisional dari Ngawi menyewa sebuah kamar kos di Kampung Pringgading, Kelurahan Stabelan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo. Kamar kos berukuran 5 x 4 meter itu tidak jarang ditempati 14 orang sekaligus, paling sedikit 4-6 orang. Biaya sewanya, menurut Sriyatun, Rp 1.500 per hari dan hanya dibayarkan bila menginap di kamar itu. ”Teman-teman dari Ngawi berasal dari Brangkal, Geneng, Munggut, dan Dungprau. Kami semua sudah seperti saudara, saling bantu bila ada kesulitan. Tapi, soal utang, ya, tetap harus bayar,” katanya. Rekan-rekannya sesama pengamen musik tradisional mangkal di rumah makan di Sumber, Loji Wetan, dan Gading. Bagi Marjuki, mengamen menjadi pekerjaan paling menjanjikan. Marjuki pandai menabuh gendang setelah rajin memerhatikan orang bermain gendang. Sebelum mengenal dunia musik, ia adalah petani singkong dengan penghasilan tak menentu. ”Belum tentu setahun sekali bisa panen. Kalau mengamen begini, sehari saya bisa dapat penghasilan yang cukup buat beli sekeranjang telo,” kata Marjuki.
Demikian pula dengan Kamiyem. Ibu rumah tangga ini belajar menyinden saat bergabung dengan perkumpulan ibu-ibu PKK di kampung tempat tinggalnya di Joyotakan, Solo. Saat ketiga anaknya masih kecil, ia menyambi membuat keset. Pernah pula ia berjualan pecel, bakmi, dan lotis untuk menambah penghasilan keluarga. ”Ada seorang kenalan yang kemudian mengajak saya mengamen. Katanya hasilnya lumayan untuk tambah-tambah membayar uang sekolah anak,” kata Kamiyem, ibu tiga anak. Bagi Kamiyem yang tidak pernah mengecap bangku sekolah, melakoni diri sebagai pesinden jalanan memberi hasil yang cukup lumayan buat ekonomi keluarganya. Dalam kondisi tak memiliki keterampilan khusus, Kamiyem juga tak punya banyak pilihan menjalani profesi yang diinginkannya.”Saya tidak punya keterampilan apa-apa. Tidak punya ijazah. Mau kerja di pabrik sudah tidak ada yang mau pakai tenaga saya karena sudah tua,” papar Kamiyem dalam balutan kebaya brokat hijau dan kain batik lengkap dengan konde di kepala. Pawirorejo awalnya pembuat siter. Lama-kelamaan ayah enam anak ini malah menjadi pengajar instrumen siter. ”Lha saya juga tidak tahu, banyak orang bule datang ke sini minta diajari main siter,” kata Pawirorejo. Kerja di proyek bangunan seperti saat muda tak mungkin lagi, sedangkan pesanan siter sebulan paling 3-4 buah. ”Harga siter saya itu Rp 500.000-Rp 800.000,” kata lelaki tua yang tinggal di Kampung Sambeng, Kelurahan Mangkubumen, Solo, itu. Sriyatun dan teman-teman sepuhnya itu niscaya tak sekadar mencari sesuap nasi. Mereka menghibur para pencinta pecel di rumah makan itu sembari memperpanjang usia tradisi sastra dan karawitan Jawa.sumber
Sekilas pandang saja, kelompok tua-tua ini menjadi bagian wajah Solo dan tradisi Jawa yang ngelangut dan antik itu.Penghasilan kelimanya dengan mengamen sejak pukul 10.00 sampai pukul 15.00 atau 16.00 dirasakan lumayan. Dalam sehari setidaknya masing-masing bisa membawa pulang Rp 20.000. Dengan makan siang disediakan oleh rumah makan Pecel Solo, menurut Sriyatun, setiap hari ia bisa menyisihkan Rp 7.000 setelah mengeluarkan uang untuk makan dan kebutuhan sehari-hari lainnya. ”Jika uang sudah terkumpul cukup banyak, saya bawa pulang. Uangnya untuk jajan anak, bayar sekolah, dan ongkos bolak-balik ke kampung dari Solo,” kata Sriyatun di tengah petikan suara siter dan lantunan rekannya menyinden. Saat pengunjung rumah makan sangat ramai dan murah hati, masing-masing bisa membawa Rp 75.000 dalam sehari, seperti saat Lebaran kemarin.
Menjadi pesinden awalnya ”kecelakaan” bagi Sriyatun. Ia sebelumnya buruh tani tebu. Lalu, ia diajak temannya ke Jakarta. ”Eee ... bukan kerja di Jakarta, malah diajak jadi sinden keliling di Pacitan. Pernah juga saya mengamen di Ngawi. Tapi, di sana sepi. Jadi, kami pindah ke Solo,” ujar Sriyatun yang kini fasih mendendangkan tembang Jawa Caping Gunung, Ali-ali, dan banyak lagi lagu yang mengiris hati. Hal serupa dialami Marjuki. Sudah 40 tahun ia mengamen. Keahliannya bermain gendang. Agar mengirit biaya, ia dan rekan-rekannya sesama pengamen musik tradisional dari Ngawi menyewa sebuah kamar kos di Kampung Pringgading, Kelurahan Stabelan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo. Kamar kos berukuran 5 x 4 meter itu tidak jarang ditempati 14 orang sekaligus, paling sedikit 4-6 orang. Biaya sewanya, menurut Sriyatun, Rp 1.500 per hari dan hanya dibayarkan bila menginap di kamar itu. ”Teman-teman dari Ngawi berasal dari Brangkal, Geneng, Munggut, dan Dungprau. Kami semua sudah seperti saudara, saling bantu bila ada kesulitan. Tapi, soal utang, ya, tetap harus bayar,” katanya. Rekan-rekannya sesama pengamen musik tradisional mangkal di rumah makan di Sumber, Loji Wetan, dan Gading. Bagi Marjuki, mengamen menjadi pekerjaan paling menjanjikan. Marjuki pandai menabuh gendang setelah rajin memerhatikan orang bermain gendang. Sebelum mengenal dunia musik, ia adalah petani singkong dengan penghasilan tak menentu. ”Belum tentu setahun sekali bisa panen. Kalau mengamen begini, sehari saya bisa dapat penghasilan yang cukup buat beli sekeranjang telo,” kata Marjuki.
Demikian pula dengan Kamiyem. Ibu rumah tangga ini belajar menyinden saat bergabung dengan perkumpulan ibu-ibu PKK di kampung tempat tinggalnya di Joyotakan, Solo. Saat ketiga anaknya masih kecil, ia menyambi membuat keset. Pernah pula ia berjualan pecel, bakmi, dan lotis untuk menambah penghasilan keluarga. ”Ada seorang kenalan yang kemudian mengajak saya mengamen. Katanya hasilnya lumayan untuk tambah-tambah membayar uang sekolah anak,” kata Kamiyem, ibu tiga anak. Bagi Kamiyem yang tidak pernah mengecap bangku sekolah, melakoni diri sebagai pesinden jalanan memberi hasil yang cukup lumayan buat ekonomi keluarganya. Dalam kondisi tak memiliki keterampilan khusus, Kamiyem juga tak punya banyak pilihan menjalani profesi yang diinginkannya.”Saya tidak punya keterampilan apa-apa. Tidak punya ijazah. Mau kerja di pabrik sudah tidak ada yang mau pakai tenaga saya karena sudah tua,” papar Kamiyem dalam balutan kebaya brokat hijau dan kain batik lengkap dengan konde di kepala. Pawirorejo awalnya pembuat siter. Lama-kelamaan ayah enam anak ini malah menjadi pengajar instrumen siter. ”Lha saya juga tidak tahu, banyak orang bule datang ke sini minta diajari main siter,” kata Pawirorejo. Kerja di proyek bangunan seperti saat muda tak mungkin lagi, sedangkan pesanan siter sebulan paling 3-4 buah. ”Harga siter saya itu Rp 500.000-Rp 800.000,” kata lelaki tua yang tinggal di Kampung Sambeng, Kelurahan Mangkubumen, Solo, itu. Sriyatun dan teman-teman sepuhnya itu niscaya tak sekadar mencari sesuap nasi. Mereka menghibur para pencinta pecel di rumah makan itu sembari memperpanjang usia tradisi sastra dan karawitan Jawa.sumber
Quote:Komeng dari para agan dan sista, matur nuwun sanget semua nya atas apresiasinyaQuote:
Spoiler for komeng:
Quote:Original Posted By eghy.net►
ehm
gue dulu pengamen deborah depok - kali deres (turun di pd indah)
Quote:Original Posted By s2mrino ►
Mereka lah seniman asli yang tidak ribut" tentang royalti... walaupun imbalannya tidak sesuai tapi mereka bisa menghibur banyak orang dengan kawih"nya...
Bisa ditambah lagi seniman" ludruk atau ketoprak... masihkah ada mereka disaat ini?...
Quote:Original Posted By reiree ►
ane orang solo
klo pas lagi di solo makan di warung agk pinggirann/pasar kadang ada sinden
salut sama orang2 ini, mereka selalu rapi + musiknya lembut
wktu lalu ane mau foto, cm ane krg enakan ahaha
klo pas di jogja sempet ane videoin, wktu itu temen ane req lingsir wengi
Quote:Original Posted By retrokatro ►
ane dulu sering ketemu sama pesinden jalanan gan waktu di ngarsopuro, solo. jujur aja pertama kali ngelihat itu mrinding gan, masih ada gitu orang yang mau melestarikan budayanya. setiap nyinden di hadapan orang, duduknya selalu "nimpuh" dan jujur aja ane sebagai anak muda agak "pekewuh" pas pesindennya duduk nimpuh disamping ane, dan ane duduk di bangku taman
Quote:Original Posted By dhie008 ►
disate belakang luwes lojiwetan juga mcaem gini gan
Quote:Original Posted By adnnullah ►
Yup betul gan , harusnya ada komunitas untuk dijadikan wadah seniman jalanan seperti ini agar bisa menyalurkan kreatifitas mereka dan agar pada pelaku seni seperti ini juga bisa menyalurkan bakatnya
Quote:Original Posted By chungeman ►
"KERJAKANLAH DENGAN HATI IKHLAS MAKA DUNIA DAN ISI NYA AKAN MERUNDUK DAN TERSENYUM KEPADAMU" Menurut ane Quote ini bagus gan!!!! n ane jarang pengemen kayak begitu di jakarta.
Quote:Original Posted By zerostussy ►
Antara bangga dan miris, ketika budaya bangsa sendiri dipertahankan lewat pengamen jalanan. Kapan ya, pemerintah dan masyarakatmemberikan perhatian lebih terhadap seni dan budaya nusantara yang jumlahx luar biasa banyak, sementara peminat dan penikmatnya semakim berkurang?
di makassar juga ada gan, 1 orang kakek tua, sejak jaman ane masih SD beliau sdh menjadi pengamen jalanan, kalau di makassar diaebut Pakkacapi (pemain kecapi). Beliau buta, namun mampu berjalan sendiri keliling kota, menunggu orang" yang ingin mendengar beliau memain kecapi dan mendendangkan lagu" khas makassar. Bokap ane paling suka ajak beliau ke rumah. Kalau udah di rumah, abis main +nyanyi, dikasih makan minum dan uang. Sampai hari ini (sekitar 20 tahun lbh) beliau masih sering ane temui di jalan. Dan sepertinya, ga ada penerus untuk gantiin beliau.
Seledar masukan buat TS, jangan mendiskreditkan pengamen jalanan bermodal ukulele, krn ukulele jg salah satu alat musik tradisional gan. Dan ane paling senang melihat pengamen yang punya modal selain suara, min. Alat musiknya bervariasi, bukan cm modal kencrengan atau tepuk tangan.
Quote:Original Posted By wanderer889 ►
ane paling suka liat musisi jalanan yang ada di Jogja.. asli menurut ane mereka benar2 pelestari budaya daerah..
Quote:Original Posted By byu1507 ►
sinden dan siter seniman sebenernya, gak maksa minta duit, biasanya tidak merokok di restoran atau warung jadi tidak mengganggu, dan yang pasti bener2 mengutamakan kualitas
Quote:Original Posted By alvinmusik ►
ane kadang jumpa tuh gan di perempatan lampu merah tasikmalaya, kaya seni gamelan gtu. cuma sekarang gak tahu entah kemana
Quote:Original Posted By rizourilando ►
pengamen di angkringan sekitar stasiun tugu jogja ada yg keren jg gan, nenek2 make baju adat jawa n bawa alat musik jawa n nyinden muter2 gt
Quote:Original Posted By man990 ►
sinden ada di Jakarta gan. area kuningan gatsu, pas makan jam makan siang. dulu berdua, sekarang ini tinggal ibu itu sendirian. usia sekitar 60an.
suaranya bagus, petikan musiknya juga bagus. halus.
ane dan teman teman kantor pasti terhibur dan tentu saja ane pun memberikan apresiasi atas keteduhan alunan suaranya.
serasa di kondangan. adem. makannya pun jadi pengen nambah.
Quote:Original Posted By udang_rebus ►
secara ga langsung mereka melestarikan budaya... Harusnya pemkot setempat memberikan dukungan bagi grup ini
Quote:Original Posted By ariamhmdi ►
Ane pernah nemu gan musisi jalanan bawa lagu asal mereka emang mantep gan suaranya, emang seniman musisi sejati
Quote:Original Posted By pemuda.insom ►
Musisi seniman bukan dinilai dari berapa kali dia naik panggung atau beberapa kali dia rekaman, musisi seniman adalah dia yang mencintai seninya secara maksimal, salut
ehm
gue dulu pengamen deborah depok - kali deres (turun di pd indah)
Quote:Original Posted By s2mrino ►
Mereka lah seniman asli yang tidak ribut" tentang royalti... walaupun imbalannya tidak sesuai tapi mereka bisa menghibur banyak orang dengan kawih"nya...
Bisa ditambah lagi seniman" ludruk atau ketoprak... masihkah ada mereka disaat ini?...
Quote:Original Posted By reiree ►
ane orang solo
klo pas lagi di solo makan di warung agk pinggirann/pasar kadang ada sinden
salut sama orang2 ini, mereka selalu rapi + musiknya lembut
wktu lalu ane mau foto, cm ane krg enakan ahaha
klo pas di jogja sempet ane videoin, wktu itu temen ane req lingsir wengi
Quote:Original Posted By retrokatro ►
ane dulu sering ketemu sama pesinden jalanan gan waktu di ngarsopuro, solo. jujur aja pertama kali ngelihat itu mrinding gan, masih ada gitu orang yang mau melestarikan budayanya. setiap nyinden di hadapan orang, duduknya selalu "nimpuh" dan jujur aja ane sebagai anak muda agak "pekewuh" pas pesindennya duduk nimpuh disamping ane, dan ane duduk di bangku taman
Quote:Original Posted By dhie008 ►
disate belakang luwes lojiwetan juga mcaem gini gan
Quote:Original Posted By adnnullah ►
Yup betul gan , harusnya ada komunitas untuk dijadikan wadah seniman jalanan seperti ini agar bisa menyalurkan kreatifitas mereka dan agar pada pelaku seni seperti ini juga bisa menyalurkan bakatnya
Quote:Original Posted By chungeman ►
"KERJAKANLAH DENGAN HATI IKHLAS MAKA DUNIA DAN ISI NYA AKAN MERUNDUK DAN TERSENYUM KEPADAMU" Menurut ane Quote ini bagus gan!!!! n ane jarang pengemen kayak begitu di jakarta.
Quote:Original Posted By zerostussy ►
Antara bangga dan miris, ketika budaya bangsa sendiri dipertahankan lewat pengamen jalanan. Kapan ya, pemerintah dan masyarakatmemberikan perhatian lebih terhadap seni dan budaya nusantara yang jumlahx luar biasa banyak, sementara peminat dan penikmatnya semakim berkurang?
di makassar juga ada gan, 1 orang kakek tua, sejak jaman ane masih SD beliau sdh menjadi pengamen jalanan, kalau di makassar diaebut Pakkacapi (pemain kecapi). Beliau buta, namun mampu berjalan sendiri keliling kota, menunggu orang" yang ingin mendengar beliau memain kecapi dan mendendangkan lagu" khas makassar. Bokap ane paling suka ajak beliau ke rumah. Kalau udah di rumah, abis main +nyanyi, dikasih makan minum dan uang. Sampai hari ini (sekitar 20 tahun lbh) beliau masih sering ane temui di jalan. Dan sepertinya, ga ada penerus untuk gantiin beliau.
Seledar masukan buat TS, jangan mendiskreditkan pengamen jalanan bermodal ukulele, krn ukulele jg salah satu alat musik tradisional gan. Dan ane paling senang melihat pengamen yang punya modal selain suara, min. Alat musiknya bervariasi, bukan cm modal kencrengan atau tepuk tangan.
Quote:Original Posted By wanderer889 ►
ane paling suka liat musisi jalanan yang ada di Jogja.. asli menurut ane mereka benar2 pelestari budaya daerah..
Quote:Original Posted By byu1507 ►
sinden dan siter seniman sebenernya, gak maksa minta duit, biasanya tidak merokok di restoran atau warung jadi tidak mengganggu, dan yang pasti bener2 mengutamakan kualitas
Quote:Original Posted By alvinmusik ►
ane kadang jumpa tuh gan di perempatan lampu merah tasikmalaya, kaya seni gamelan gtu. cuma sekarang gak tahu entah kemana
Quote:Original Posted By rizourilando ►
pengamen di angkringan sekitar stasiun tugu jogja ada yg keren jg gan, nenek2 make baju adat jawa n bawa alat musik jawa n nyinden muter2 gt
Quote:Original Posted By man990 ►
sinden ada di Jakarta gan. area kuningan gatsu, pas makan jam makan siang. dulu berdua, sekarang ini tinggal ibu itu sendirian. usia sekitar 60an.
suaranya bagus, petikan musiknya juga bagus. halus.
ane dan teman teman kantor pasti terhibur dan tentu saja ane pun memberikan apresiasi atas keteduhan alunan suaranya.
serasa di kondangan. adem. makannya pun jadi pengen nambah.
Quote:Original Posted By udang_rebus ►
secara ga langsung mereka melestarikan budaya... Harusnya pemkot setempat memberikan dukungan bagi grup ini
Quote:Original Posted By ariamhmdi ►
Ane pernah nemu gan musisi jalanan bawa lagu asal mereka emang mantep gan suaranya, emang seniman musisi sejati
Quote:Original Posted By pemuda.insom ►
Musisi seniman bukan dinilai dari berapa kali dia naik panggung atau beberapa kali dia rekaman, musisi seniman adalah dia yang mencintai seninya secara maksimal, salut
Quote:Terimakasih untuk kalian semua yang sudah menghibur ane dan mungkin agan –agan disini yang sedang makan di warung pinggir jalan atau dimanapun saat kalian sedang melantunkan tembang, mungkin suara dan alunan musik merdu kalian sepintas hanya masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri kami, tapi ane sadar bahwa kalian lah sebenarnya musisi jalanan sejati yang selalu memainkan musik dengan hati tanpa memaksakan pendengar harus memberi uang berapa pun. Semoga budaya bangsa yang kalian bawa ini bisa terus terjaga kelestariannya sampai nanti.Quote:MATUR NUWUN SANGET GEH BULEK DAN PALEK SUDAH MEBERIKAN ALUNAN INDAH PADA HIRUK PIKUK JALANAN KOTA KITA
Spoiler for JANGAN DIBUKA:
suara sinden bisa bikin jiwa melayang
Seni dah jadi mendarah daging tuh.....saluut,
kalo ada pengamen lagi sama doi pasti riquest lagu
Quote:Original Posted By dekorasik ►
Seni dah jadi mendarah daging tuh.....saluut,
iya gan sangat salut dengan seniman tradisional.
Seni dah jadi mendarah daging tuh.....saluut,
iya gan sangat salut dengan seniman tradisional.
musisi adalah cita2 ane
dengar suaranya bagus tuh
lagu nya lengser wengi yak ??
Hargai seniman indonesia
bener gan
tapi yang pengamen itu kadang2 suka maksa tuh klo ga diksh
tapi yang pengamen itu kadang2 suka maksa tuh klo ga diksh
setubuh gan, uda langka bgt tuh pengamen sinden di jakarta. naiss inpoh
Sinden Siter, baru denger ane gan.
Kasian juga mereka, udah sepuh masih kerja jadi pengamen, hasilnya juga gak seberapa
Kasian juga mereka, udah sepuh masih kerja jadi pengamen, hasilnya juga gak seberapa
Quote:Original Posted By drm8795s ►
Sinden Siper, baru denger ane gan.
Kasian juga mereka, udah sepuh masih kerja jadi pengamen, hasilnya juga gak seberapa
sinden siter gan hehehe
Sinden Siper, baru denger ane gan.
Kasian juga mereka, udah sepuh masih kerja jadi pengamen, hasilnya juga gak seberapa
sinden siter gan hehehe
lagu sinden jadi inget lingsir wengi
Quote:Original Posted By bamswhy ►
hahaha ya gak gan, ngeri amat
kirain gtu, biar greget ...
hahaha ya gak gan, ngeri amat
kirain gtu, biar greget ...
Quote:Original Posted By rizalshinoda ►
kirain gtu, biar greget ...
greget bgt itu sih gan apalagi pas kebetulan mlm jumat. bisa kali agan request klo ketemu sama ibu sinden nya nanti.
kirain gtu, biar greget ...
greget bgt itu sih gan apalagi pas kebetulan mlm jumat. bisa kali agan request klo ketemu sama ibu sinden nya nanti.
kalau yang joget2 sama bawa kostum ala badut itu termasuk musisi jalanan pa bukan gan ?
Via: Kaskus.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar