Pages


Senin, 18 Januari 2016

The Look of Silence, dokumenter nominator Oscar 2016 dari Indonesia


HARAP BACA ISI THREAD SEPENUHNYA

Quote:Original Posted By gusdeputra15
Ane takut ada salah paham beberapa pihak yang menganggap ane sebagai promotor film.

Thread ini sebenarnya ane tujukan sebagai media informasi perfilman, bukan sebagai thread diskusi bermuatan politis.

Ane bahkan sudah request cabut ht dan delete thread untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.



Thread ini tidak dimaksudkan untuk menyinggung sejarah kelam maupun politik mengenai kejadian "perang melawan komunisme" pada tahun 1960-an. Thread ini juga tidak ditujukan untuk membela komunisme.


MOHON SIKAPI THREAD SECARA BIJAK dan KEBIJAKSANAAN PEMBACA DIBUTUHKAN karena TOPIK yang SENSITIF dan KONTRADIKTIF.

TS adalah seorang yang menentang paham komunisme

Baca berita berikut ini sebagai pertimbangan!!

Quote:Original Posted By aden_dablank07
Mudah2an engga om, tergantung cara kita memahami aja om.kalo kita smart ga bakal terpengaruh sama film apapun yang kita tonton hehehe.


PERTIMBANGAN mengenai THE LOOK OF SILENCE menurut suaratangsel.com

Dalam acara ini, sangat disayangkan adanya pernyataan yang menyatakan, pihaknya melakukan pemutaran perdana film Senyap sebagai salah satu rangkaian dalam rangka memperingati Hari Hak Asasi Manusia pada Desember nanti, dan sekaligus akan menyebarkan film tersebut ke lembaga negara dan lembaga swadaya masyarakat lainnya. Pernyataan ini seakan-akan menisbikan atau menghilangkan fakta bahwa banyak versi terkait tragedy 1965 yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan apapun juga.

Melalui Skype, sutradara Joshua Oppenheimer mengatakan, melalui film Senyap ia ingin menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa lari dari masa lalu. Kita selalu mendengar dari orang-orang, biarkan masa lalu menjadi masa lalu, padahal itu tidak benar. Masa lalu belum bisa berlalu jika masih menjadi ancaman. Kita tidak bisa lari dari sejarah karena sejarah selalu akan lari lebih cepat dari kita. Kita tetap akan dihantui sejarah kecuali jika kita menghadapinya dan mengakui bahwa yang salah adalah salah dan yang benar adalah benar. Indonesia perlu melakukan rekonsiliasi untuk menghadapi masa lalu. Apa yang dibutuhkan Indonesia bukanlah proses identifikasi siapa yang berpartisipasi dalam pelanggaran HAM, tetapi yang paling penting adalah pengakuan atas kebenaran dan rekonsiliasi. Semoga pemutaran film Senyap dapat mendorong upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM pada masa lalu, termasuk saat Tragedi 1965 dan komitmen untuk menghapus semua bentuk impunitas. Semoga film ini mampu mempercepat upaya-upaya itu, dan yang paling penting, mari dukung Presiden baru jika dia ingin menyelesaikan masalah HAM agar pemerintah Indonesia secara resmi mengakui apa yang terjadi dan meminta maaf serta memulai proses rekonsiliasi.


Film The Look of Silence (Senyap) merupakan film dokumenter kedua Joshua Oppenheimmer setelah film The Act of Killing (Jagal) yang juga merupakan film yang berupaya untuk “mempolitisir” pelanggaran HAM di Indonesia, karena melalui film Senyap ini, pembuat naskah, sutradara termasuk pihak-pihak yang mendanai pembuatan film ini ingin mengajak masyarakat Indonesia agar mengingat kembali dan menuntut penyelesaian Tragedi 1965, yang hingga saat ini masih menjadi tuntutan para korban 1965 setiap memperingati tanggal 30 September dan peringatan Hari HAM. Film Senyap juga dibuat untuk mengupayakan rekonsiliasi dan menuntut permintaan maaf dari para pelaku terhadap para korban Tragedi 1965.

Namun, kalangan pengamat masalah perfilman ataupun sejarahwan tampaknya perlu didengarkan aspirasi dan pendapatnya terkait film yang “sarat dengan nilai-nilai propaganda” ini apakah layak disebut dengan film ataukah sekedar “pamphlet digital” yang berisi propaganda. Jika film ini tidak dimaksudkan sebagai propaganda, maka seharusnya Joshua Oppenheimer tidak perlu mengeluarkan “kata pengantarnya” melalui skype tapi langsung datang ke Indonesia menghadiri pemutaran film tersebut, termasuk co sutradara yang disebut-sebut adalah orang Indonesia namun menggunakan “anonym” juga sangat janggal dalam pembuatan film atau tidak sesuai dengan kode etik pembuatan film. Bagaimanapun juga pembuatan film harus berdasarkan naskah dan scenario yang bebas dari kepentingan, apalagi kepentingan politik praktis juga menerapkan prinsip “cover both sides”, namun film ini hanya mengeksploitasi satu pihak saja.

Penulis memperkirakan, pemutaran film Senyap akan menyebabkan kalangan eks PKI merasa bahwa tindakannya di era Orde Lama adalah benar, walaupun mereka tidak menyadari bahwa melalui film tersebut merupakan propaganda dalam membentuk kesa baru di kalangan eks PKI dan simpatisannya dengan tujuan untuk membuka memori lama bangsa Indonesia terkait tragedi 1965. Kemenangan film Senyap di beberapa event internasional sebenarnya tidak serta merta menjadi bukti bahwa film tersebut bermutu, karena penilaian dalam berbagai forum internasional tidak dapat dilepaskan dari “vested interest” kelompok tertentu terhadap Indonesia. Selain itu, tidak disebutkannya nama kru atau sumber (anonim) merupakan contoh film yang tidak baik. Seharusnya, nama-nama kru tetap disebutkan sebagai bukti bahwa film tersebut memang berkualitas baik.

Menurut penulis, Dewan Kesenian Jakarta juga harus bertindak tegas. Jangan hanya mendukung film-film tentang Indonesia tanpa melihat sisi lain di balik pembuatan dan pemutaran film tersebut. Setiap film, terutama yang dibuat oleh asing harus benar-benar diteliti terlebih dahulu, jangan sampai dijadikan media propaganda untuk mengganggu perdamaian yang sudah kondusif saat ini. Ke depan, pembuatan film-film terkait sejarah Indonesia oleh warga negara asing harus tetap diawasi agar tidak terjadi penyimpangan sejarah, terutama terkait masalah sejarah yang masih berdampak hingga sekarang.



Jossua Oppenheimer adalah sutradara kelahiran AS yang sempat berada di Indonesia untuk syuting film dokumenter, dan sudah dua kali masuk nominasi Oscar (2014 dan 2016) untuk filmnya yang menyangkut peristiwa pembantaian PKI.

Selain Oppenheimer,
Dua sutradara asal Indonesia anonim juga ikut dalam pembuatan film.


Kebanyakan kru film berasal dari Indonesia dengan identitas anonim.



The Look of Silence adalah film pertama asal Indonesia yng berhasil menjadi nominator Oscar, secara resmi diungkapkan oleh sang Sutradara yang memilih main country filmnya menjadi Indonesia, bukan US dan Denmark seperti film The Act of Killing.

Hal ini menjadi kabar baik atau buruk (tergantung penyikapi) setelah Academy mengumumkan nominasi Oscar tahun ini pada malam tadi.

The Look of Silence bercerita tentang seorang warga dengan latar belakang PKI yang mengunjuni pembunuh kakaknya dengan penyamaran sebagai pemeriksa mata.



Suara.com - The Look of Silence (Senyap), film dokumenter karya sutradara Joshua Oppenheimer yang mengangkat tema pembantaian massal pascatragedi G30S tahun 1965, masuk nominasi Oscar untuk kategori Documentary Feature.

The Look of Silence merupakan karya kedua Oppenheimer setelah The Act of Killing (Jagal) yang juga bertema sama.

Film yang sempat dilarang diputar di sejumlah wilayah di Indonesia tersebut mengangkat kisah Adi, seorang lelaki yang keluarganya dituduh anggota PKI. Kendati mengadopsi tema yang sama, The Look of Silence ini berbeda dengan film Jagal yang mengungkap fakta dari sisi pelaku pembantaian.

Sehari sebelum dimumumkan masuk dalam daftar calon penerima Oscar, Senyap sudah terlebih dahulu menyabet juara pertama di Cinema Eye Honors ke-9, ajang penghargaan tahunan dalam bidang nonfiksi atau karya dokumenter.

Senyap juga memenangkan award untuk kategori Outstanding Direction untuk Oppenheimer dan Outstanding Production untuk Signe Byrge Sorensen, sang produser.

Meski di Indonesia film ini banyak mendapat penolakan saat akan diputar di sejumlah kampus maupun di lingkungan terbatas, namun sang sutradara Joshua, menerima Penghargaan Suardi Tasrif dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) tahun 2015. 

Oppenheimer dan Sorensen juga menjadi jawara untuk dua kategori tersebut pada tahun 2014 lewat film dokumenter pertama Oppenheimer, The Act of Killing.

sumber: http://suara.com


“The Look of Silence” is the second film by Oppenheimer to examine the aftermath of genocide in Indonesia in the 1960s. His previous film, “The Act of Killing,” was also nominated for the Academy Award.

“We’re hoping very much that this nomination helps make the dream of truth and reconciliation and healing a reality for Indonesia,” said Oppenheimer, adding that for many people in the country the films have become a way to “acknowledge what they’re always known to be true but have been too afraid to articulate.”


Film dokumenter berjudul Senyap (The Look of Silence) karya sutradara Joshua Oppenheimer dikabarkan masuk nominasi Oscar buat kategori Documentary Feature. Dalam film tersebut, sineas Amerika Serikat itu mengangkat tema soal pembantaian massal pasca tragedi Gerakan 30 September (G30S) di tahun 1965.

Film ini bakal merunut kisah Adi, seorang lelaki yang keluarganya dituduh anggota PKI. Kakak kandungnya menjadi korban pembantaian di tahun 1965, dan Adi memutuskan untuk mencari tahu siapa pembunuhnya. Di sini, kita bakal menyaksikan gimana dia harus menghadapi ketakutannya dan bertemu dengan orang-orang yang mungkin bertanggungjawab atas kematian kakaknya.

Sebelum masuk nominasi ini, Senyap udah pernah membawa pulang beberapa penghargaan di berbagai festival film dunia. Sebut saja di Berlin International Film Festival dan Busan International Film Festival.

Ajang penghargaannya sendiri bakal diadakan pada 28 Februari 2016 di Los Angeles. Mari ditunggu!

sumber: haionline.com
lengkapin gan
ah kaya sinetron aja nih ente gan
Wogh mantep yah
Nyesel gw bacanya bray, kalo pake menyusul bgini...

keren dah dokumenter indonesia
semoga membawa pulang piala oscar
Quote:Original Posted By ilhamramadhani8
Nyesel gw bacanya bray, kalo pake menyusul bgini...



Lo kira gampang nyari informasi?
Lo kira gampang bikin thread?

Gw lagi ngumpulin informasi, jangan seenak udel lu
Film terlarang nih
Quote:Original Posted By gusdeputra15


Lo kira gampang nyari informasi?
Lo kira gampang bikin thread?

Gw lagi ngumpulin informasi, jangan seenak udel lu


Harusnya cari informasi dulu, baru bikin threadnya..

Jgn dibalik2! Lu pake metode apa sih..?
Udah kaya sinetron stripping, yg kejar tayang aja..

Ane belum pernah nonton nih
Info yg menarik masgan, lanjutkan.
belum nonton
berlanjut yah gan
Quote:Original Posted By ilhamramadhani8
Harusnya cari informasi dulu, baru bikin threadnya..

Jgn dibalik2! Lu pake metode apa sih..?
Udah kaya sinetron stripping, yg kejar tayang aja..


Kejar tayang? Tepatnya breaking news.
Kabar sudah diupdate.
Quote:Original Posted By ilhamramadhani8


Harusnya cari informasi dulu, baru bikin threadnya..

Jgn dibalik2! Lu pake metode apa sih..?
Udah kaya sinetron stripping, yg kejar tayang aja..



nyimak
Belum pernah nonton nya gan
pelem yang mengangkat luka indonesian lama ini yh
Panjang bener bre



Ane resevrd dlu bre
semoaga bisa menang
Via: Kaskus.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar