Quote:Hi gan, apa kabar nih? Semoga sehat dan baik selalu, ya..
Sebelumnya ane ucapin makasih buat agan yang udah berkunjung, komen, dan rate5. Dan seperti biasa, kalau agan nggak suka, langsung ajah tutup jendela Kaskus di layar komputer agan sista.
Di tret ini ane mau bahas tentang Instant Review dalam pertandingan bulutangkis yang hampir mirip dengan Eagle Eye dalam pertandingan tenis dan Goal Line Technology dalam sepakbola. Semua teknologi ini bertujuan untuk membantu penyelesaian masalah yang ditimbulkan atas keputusan yang dibuat oleh hakim garis.
Yuk ah langsung ke tekape, gans!
Quote:Sekapur Sirih
Sebelumnya ane ngucapin makasih buat Kaskus yang belakangan ini banyak membuat tret streaming untuk pertandingan bulutangkis. Jujur ane sudah lama banged nggak nonton bulutangkis karena kesibukan maupun berkurangnya siaran pertandingannya di TV nasional.
Seperti di pembukaan tret, di sini ane mau bahas tentang teknologi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul antara pemain dan hakim garis. Ane masih sangat ingat dulu pemain terbaik Indonesia sampai ada yang walk out karena memprotes keputusan hakim garis.
Saat itu Taufik Hidayat tengah bertanding melawan Lin Dan pada babak perempat final Hong Kong Open di tahun 2006. Taufik hidayat memprotes keputusan hakim garis yang menurut Taufik merugikan dirinya. Alhasil Taufik memutuskan meninggalkan lapangan sebagai aksi protesnya.
Ane saat itu kecewa berat karena pertandingan baru dimulai beberapa menit. Meski saat itu posisi Taufik tertinggal, ane yakin kalau diterusin bisa saja keadaan berbalik dan bahkan Taufik bisa memenangkan pertandingan karena sebelumnya juga Lin Dan pernah kalah.
Quote:Instant Review
Dan setelah lama nggak nonton, ane akhirnya berkesempatan nonton pertandingan final tunggal putra antara Jan O Jorgensen melawan Lee Chong Wei.
Saat pertandingan berlangsung, ane tiba-tiba dibuat penasaran dengan teknologi baru yang digunakan dalam pertandingan itu. Ane pun buru-buru cek internet untuk mencari tahu apa istilah yang dipakai untuk teknologi tersebut. Hasilnya ane dapet isilah CHALLENGE yang memungkinkan pemain memprotes keputusan hakim garis.
Penggunaannya sendiri pertama kali dilakukan di Indonesia pada tahun 2013 lho, gans. Kemudian di tahun yang sama, Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) mulai memperkenalkan sistem ini secara massal pada perhelatan BWF Super Series Finals 2013. Wah, keren banged kan Indonesia jadi pioner penggunaan teknologi ini, gans.
Quote:Teknologi yang Digunakan
Untuk menghasilkan animasi gerakan shuttlecock pada sistem ini, lapangan tersebut akan dipasangi delapan kamera kecepatan tinggi yang diarahkan pada garis belakang dan garis sisi kedua sisi lapangan, kemudian kamera tersebut dihubungkan oleh serat optik ke komputer di tepi lapangan. Kamera Hawkeye memiliki kecepatan mengambil 660 gambar per detik, dengan pengaturan waktu dua detik delay yang memungkinkan wasit untuk segera mengkonfirmasi tempat mendaratnya shuttlecock.
Wow, kebayang detail gambar kayak apa tuh, gans. Makanya pas replaynya muncul di tipi tuh pelan banged dan tentunya jelas banged karena titik jatuhnya shuttlecock diberi tanda hitam. Dari situlah hakim garis akan menyampaikan hasilnya dengan papan berupa tulisan IN, OUT, atau NO DECISION.
Quote:Peraturan Challenge
Peraturan untuk menggunakan hak Challenge ini tergolong unik, gans. Jadi, dalam setiap set pertandingan, setiap pemain memiliki dua kesempatan untuk menchallenge keputusan hakim garis. Jika hasilnya benar, dalam artian keputusan hakim garis memang salah, maka keputusan mengikuti hasil review yang ditampilkan secara digital.
Misal dalam suatu pertandingan hakim garis memutuskan shuttlecock keluar tetapi pemain yang merasa dirugikan menganggap itu berada di garis, ia berhak memprotes keputusan itu dengan mengangkat tangan sambil mengatakan CHALLENGE. Maka operator akan menampilkan review jatuhnya shuttlecock. Jika hasilnya berbeda dengan keputusan hakim garis (dalam hal ini berada di dalam garis), maka wasit akan menganulir keputusan sebelumnya. Dan si pemain yang mengajukan pun tetap memiliki dua kesempatan lainnya.
Tapi, jika hasilnya sama dengan apa yang dinyatakan oleh hakim garis, maka si pemain kehilangan satu haknya untuk memprotes keputusan hakim garis.
Dengan adanya teknologi ini, maka kejadian seperti Taufik Hidayat nggak perlu lagi terjadi dalam pertandingan manapun, gans.
Quote:Sekian dulu tret dari ane. Kalo menurut nte gimana, gans?
Untuk sumur referensinya ane ambil dari Challenge dan Teknologi.
Ane minta maaf kalau ada kata yang kurang berkenan di hati agan. Ane nggak bosen-bosennya bilang kalo ane cuma manusia biasa, bukan Tuhan yang Maha Sempurna.
Sekali lagi ane ngucapin makasih buat yang sudah mampir. Ane juga nggak bosen-bosennya bilang kalo tret ini dibuat bukan untuk memuaskan segala kalangan. Jadi, kalau ada kekurangan karena tidak sesuai dengan minat agan, berilah maaf si TS karena hakikatnya, sebuah tret tidak akan mampu memuaskan seluruh Kaskuser.
Sebelumnya ane ucapin makasih buat agan yang udah berkunjung, komen, dan rate5. Dan seperti biasa, kalau agan nggak suka, langsung ajah tutup jendela Kaskus di layar komputer agan sista.
Di tret ini ane mau bahas tentang Instant Review dalam pertandingan bulutangkis yang hampir mirip dengan Eagle Eye dalam pertandingan tenis dan Goal Line Technology dalam sepakbola. Semua teknologi ini bertujuan untuk membantu penyelesaian masalah yang ditimbulkan atas keputusan yang dibuat oleh hakim garis.
Yuk ah langsung ke tekape, gans!
Quote:Sekapur Sirih
Sebelumnya ane ngucapin makasih buat Kaskus yang belakangan ini banyak membuat tret streaming untuk pertandingan bulutangkis. Jujur ane sudah lama banged nggak nonton bulutangkis karena kesibukan maupun berkurangnya siaran pertandingannya di TV nasional.
Seperti di pembukaan tret, di sini ane mau bahas tentang teknologi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul antara pemain dan hakim garis. Ane masih sangat ingat dulu pemain terbaik Indonesia sampai ada yang walk out karena memprotes keputusan hakim garis.
Saat itu Taufik Hidayat tengah bertanding melawan Lin Dan pada babak perempat final Hong Kong Open di tahun 2006. Taufik hidayat memprotes keputusan hakim garis yang menurut Taufik merugikan dirinya. Alhasil Taufik memutuskan meninggalkan lapangan sebagai aksi protesnya.
Ane saat itu kecewa berat karena pertandingan baru dimulai beberapa menit. Meski saat itu posisi Taufik tertinggal, ane yakin kalau diterusin bisa saja keadaan berbalik dan bahkan Taufik bisa memenangkan pertandingan karena sebelumnya juga Lin Dan pernah kalah.
Quote:Instant Review
Dan setelah lama nggak nonton, ane akhirnya berkesempatan nonton pertandingan final tunggal putra antara Jan O Jorgensen melawan Lee Chong Wei.
Saat pertandingan berlangsung, ane tiba-tiba dibuat penasaran dengan teknologi baru yang digunakan dalam pertandingan itu. Ane pun buru-buru cek internet untuk mencari tahu apa istilah yang dipakai untuk teknologi tersebut. Hasilnya ane dapet isilah CHALLENGE yang memungkinkan pemain memprotes keputusan hakim garis.
Penggunaannya sendiri pertama kali dilakukan di Indonesia pada tahun 2013 lho, gans. Kemudian di tahun yang sama, Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) mulai memperkenalkan sistem ini secara massal pada perhelatan BWF Super Series Finals 2013. Wah, keren banged kan Indonesia jadi pioner penggunaan teknologi ini, gans.
Quote:Teknologi yang Digunakan
Untuk menghasilkan animasi gerakan shuttlecock pada sistem ini, lapangan tersebut akan dipasangi delapan kamera kecepatan tinggi yang diarahkan pada garis belakang dan garis sisi kedua sisi lapangan, kemudian kamera tersebut dihubungkan oleh serat optik ke komputer di tepi lapangan. Kamera Hawkeye memiliki kecepatan mengambil 660 gambar per detik, dengan pengaturan waktu dua detik delay yang memungkinkan wasit untuk segera mengkonfirmasi tempat mendaratnya shuttlecock.
Wow, kebayang detail gambar kayak apa tuh, gans. Makanya pas replaynya muncul di tipi tuh pelan banged dan tentunya jelas banged karena titik jatuhnya shuttlecock diberi tanda hitam. Dari situlah hakim garis akan menyampaikan hasilnya dengan papan berupa tulisan IN, OUT, atau NO DECISION.
Quote:Peraturan Challenge
Peraturan untuk menggunakan hak Challenge ini tergolong unik, gans. Jadi, dalam setiap set pertandingan, setiap pemain memiliki dua kesempatan untuk menchallenge keputusan hakim garis. Jika hasilnya benar, dalam artian keputusan hakim garis memang salah, maka keputusan mengikuti hasil review yang ditampilkan secara digital.
Misal dalam suatu pertandingan hakim garis memutuskan shuttlecock keluar tetapi pemain yang merasa dirugikan menganggap itu berada di garis, ia berhak memprotes keputusan itu dengan mengangkat tangan sambil mengatakan CHALLENGE. Maka operator akan menampilkan review jatuhnya shuttlecock. Jika hasilnya berbeda dengan keputusan hakim garis (dalam hal ini berada di dalam garis), maka wasit akan menganulir keputusan sebelumnya. Dan si pemain yang mengajukan pun tetap memiliki dua kesempatan lainnya.
Tapi, jika hasilnya sama dengan apa yang dinyatakan oleh hakim garis, maka si pemain kehilangan satu haknya untuk memprotes keputusan hakim garis.
Dengan adanya teknologi ini, maka kejadian seperti Taufik Hidayat nggak perlu lagi terjadi dalam pertandingan manapun, gans.
Quote:Sekian dulu tret dari ane. Kalo menurut nte gimana, gans?
Untuk sumur referensinya ane ambil dari Challenge dan Teknologi.
Ane minta maaf kalau ada kata yang kurang berkenan di hati agan. Ane nggak bosen-bosennya bilang kalo ane cuma manusia biasa, bukan Tuhan yang Maha Sempurna.
Sekali lagi ane ngucapin makasih buat yang sudah mampir. Ane juga nggak bosen-bosennya bilang kalo tret ini dibuat bukan untuk memuaskan segala kalangan. Jadi, kalau ada kekurangan karena tidak sesuai dengan minat agan, berilah maaf si TS karena hakikatnya, sebuah tret tidak akan mampu memuaskan seluruh Kaskuser.
Selamat Berpuasa, Gans!
Selamat buat komen terpilih yang udah ane cendolin!
Sampai jumpa di edisi cendol komen berikutnya, gans
Quote:Buat yang udah tahu, pura-pura baru tahu ajah kayak agan ini:
Quote:Original Posted By approve.cc ►
baru tau ane gan
karena nggak semua orang ngamatin bulutangkis termasuk ane yang sempat vakum nonton selama beberapa tahun belakangan dan baru sadar sekarang pas Kaskus ngeramein lagi.
Quote:Original Posted By kopipamaceti ►
Sayang nya teknologi instant review ini gak tersedia di semua lapangan Istora Senayan, kalo bukan di lapangan utama pemain gak bisa challenge kayak kejadian Tontowi dan Liliyana.
Quote:Original Posted By bagus1989 ►
Keren emg teknologi ini, harus digunakan dg sebaik2nya, seharusnya smw court dipasang ini bre, biar gak kejadian waktu si tontowy sama Liliyana natsir yg protes tp gara2 doi main di court 3 kagak ada fasilitas hawk eye
Quote:Original Posted By egao ►
ini yg kayak kemaren si jonathan claim lawan lin dan ya?
Quote:Original Posted By ahmadzaki65 ►
iya nonton kemaren waktu di china
keren2 semakin maju dan membantu
jadi keliatan pemaen mana yang suka ngibul dikit2 bilang masuk,,wkwkkw
Quote:Original Posted By east.midland ►
lumayan juga bisa buat rehat sejenak saat sedang diproses chalenge-nya
Quote:Original Posted By thetrion ►
Challenge bukan hal baru kalo di tenis, ya.. ane pertama liat atlet pake Challenge itu tahun 2007 kayaknya..
tapi seinget ane rada beda sama aturannya. walau intinya sama2 protes/minta review ulang.
Quote:Original Posted By NineIsMe ►
agar memberikan rasa keadilan juga yah gan untuk para atlet
btw, kadang sambil nungguin hasil challenge, itu atlet suka sekalian dipake waktu rehat
lumayan beberapa menit buat hela nafas karena pressure permainan
Quote:Original Posted By MarisolCammy ►
Untuk badminton termasuk telat gan, dan menurut ane sepertinya kurang akurat ya mengingat bentuk shuttle cocknya.
Seperti yang kita tahu pada shuttle cock itu yang dianggap in atau out adalah di bagian buletnya doang. which banyak juga yang tertutup oleh bulu bulu shuttle cock. jadi untuk akurasi sepertinya lebih diragukan daripada tennis.
kalau tennis lapangan udah lebih duluan gan, bolanya bulet dan lebih tepat pakai sistem eye hawk, namanya itu gan
kalau di tennis gan, sistem ini ditinggalkan buat lapangan tanah liat karena melihat bekas jatuh bola itu jauh lebih akurat daripada liat tayangan di kamera eye hawk. kalau untuk jenis lapangan hard (termasuk badminton) sama rumput jelas tidak bisa karena nggak ada bekas jatuh bola.
jadi sebenarnya ini salah satu terobosan dan bisa dibilang juga akurat nggak akurat sih gan.
pejwan ya gan
Quote:Original Posted By wellyem ►
Tambahan dikitt gan, sebenernya pembatasan CHALLENGE itu baru beberapa tahun teakhir karna saya inget sekali ketika awal" tehnik ini dipake untuk pertandingan khususnya tunggal putri kita (lupa) melawan India.
Pada saat itu keputusan hakim garis seolah" memihak pemain putri kita karna tuan rumah, kenapa? Karna pemain putri India itu melakukan CHALLENGE hampir 2 poin sekali dan bener kalau yang di-CHALLENGE itu masuk semua.
Nah sejak itu saya baru mulai meyadari bahwa CHALLENGE mulai dibatasi.
Pribadi, sebenernya tehnik ini bagus sekali sih untuk akurasi poin dan keadilan karna teknologi tidak mungkin sesering manusia errornya lalu kenapa dibatasi? Entahlah, saya selalu mengisi pertanyaan tersebut dengan 'apabila meniadakan hakim garis dan menggunakan teknologi ini akan memakan banyak waktu dan mengganggu konsentrasi pemain'.
Sumur: In My Opinion
Quote:Original Posted By osmondmandagi ►
di Olahraga Taekwondo juga gitu sih tapi gak tau dari kapan,
bedanya, coach yg pegang hak ini, jadi kalau merasa tendangan atlitnya masuk poin, namun tidak dihitung, berhak meminta kayak challenge gitu, kalau benar, hak tetap tersimpan, kalau salah, hak dicabut.
penerapannya sudah agak lama sih kalau gak salah, jadi meminimalisir kerugian atlit namu dilihat dari sisi coach nya, jadi mungkin lebih fair.
Selamat buat komen terpilih yang udah ane cendolin!
Sampai jumpa di edisi cendol komen berikutnya, gans
Quote:Buat yang udah tahu, pura-pura baru tahu ajah kayak agan ini:
Quote:Original Posted By approve.cc ►
baru tau ane gan
karena nggak semua orang ngamatin bulutangkis termasuk ane yang sempat vakum nonton selama beberapa tahun belakangan dan baru sadar sekarang pas Kaskus ngeramein lagi.
Quote:Original Posted By kopipamaceti ►
Sayang nya teknologi instant review ini gak tersedia di semua lapangan Istora Senayan, kalo bukan di lapangan utama pemain gak bisa challenge kayak kejadian Tontowi dan Liliyana.
Quote:Original Posted By bagus1989 ►
Keren emg teknologi ini, harus digunakan dg sebaik2nya, seharusnya smw court dipasang ini bre, biar gak kejadian waktu si tontowy sama Liliyana natsir yg protes tp gara2 doi main di court 3 kagak ada fasilitas hawk eye
Quote:Original Posted By egao ►
ini yg kayak kemaren si jonathan claim lawan lin dan ya?
Quote:Original Posted By ahmadzaki65 ►
iya nonton kemaren waktu di china
keren2 semakin maju dan membantu
jadi keliatan pemaen mana yang suka ngibul dikit2 bilang masuk,,wkwkkw
Quote:Original Posted By east.midland ►
lumayan juga bisa buat rehat sejenak saat sedang diproses chalenge-nya
Quote:Original Posted By thetrion ►
Challenge bukan hal baru kalo di tenis, ya.. ane pertama liat atlet pake Challenge itu tahun 2007 kayaknya..
tapi seinget ane rada beda sama aturannya. walau intinya sama2 protes/minta review ulang.
Quote:Original Posted By NineIsMe ►
agar memberikan rasa keadilan juga yah gan untuk para atlet
btw, kadang sambil nungguin hasil challenge, itu atlet suka sekalian dipake waktu rehat
lumayan beberapa menit buat hela nafas karena pressure permainan
Quote:Original Posted By MarisolCammy ►
Untuk badminton termasuk telat gan, dan menurut ane sepertinya kurang akurat ya mengingat bentuk shuttle cocknya.
Seperti yang kita tahu pada shuttle cock itu yang dianggap in atau out adalah di bagian buletnya doang. which banyak juga yang tertutup oleh bulu bulu shuttle cock. jadi untuk akurasi sepertinya lebih diragukan daripada tennis.
kalau tennis lapangan udah lebih duluan gan, bolanya bulet dan lebih tepat pakai sistem eye hawk, namanya itu gan
kalau di tennis gan, sistem ini ditinggalkan buat lapangan tanah liat karena melihat bekas jatuh bola itu jauh lebih akurat daripada liat tayangan di kamera eye hawk. kalau untuk jenis lapangan hard (termasuk badminton) sama rumput jelas tidak bisa karena nggak ada bekas jatuh bola.
jadi sebenarnya ini salah satu terobosan dan bisa dibilang juga akurat nggak akurat sih gan.
pejwan ya gan
Quote:Original Posted By wellyem ►
Tambahan dikitt gan, sebenernya pembatasan CHALLENGE itu baru beberapa tahun teakhir karna saya inget sekali ketika awal" tehnik ini dipake untuk pertandingan khususnya tunggal putri kita (lupa) melawan India.
Pada saat itu keputusan hakim garis seolah" memihak pemain putri kita karna tuan rumah, kenapa? Karna pemain putri India itu melakukan CHALLENGE hampir 2 poin sekali dan bener kalau yang di-CHALLENGE itu masuk semua.
Nah sejak itu saya baru mulai meyadari bahwa CHALLENGE mulai dibatasi.
Pribadi, sebenernya tehnik ini bagus sekali sih untuk akurasi poin dan keadilan karna teknologi tidak mungkin sesering manusia errornya lalu kenapa dibatasi? Entahlah, saya selalu mengisi pertanyaan tersebut dengan 'apabila meniadakan hakim garis dan menggunakan teknologi ini akan memakan banyak waktu dan mengganggu konsentrasi pemain'.
Sumur: In My Opinion
Quote:Original Posted By osmondmandagi ►
di Olahraga Taekwondo juga gitu sih tapi gak tau dari kapan,
bedanya, coach yg pegang hak ini, jadi kalau merasa tendangan atlitnya masuk poin, namun tidak dihitung, berhak meminta kayak challenge gitu, kalau benar, hak tetap tersimpan, kalau salah, hak dicabut.
penerapannya sudah agak lama sih kalau gak salah, jadi meminimalisir kerugian atlit namu dilihat dari sisi coach nya, jadi mungkin lebih fair.
Bisa protes sekarang
Dulu inget pas pakde topik main, entah itu di Cina, korea ato jepun..
Pakde topik protes sampe berhenti sejenak permainannya
Dulu inget pas pakde topik main, entah itu di Cina, korea ato jepun..
Pakde topik protes sampe berhenti sejenak permainannya
Ane kira bola gan
Quote:Original Posted By anwar04 ►
Selamat Berpuasa, Gans!
Guru kok sekarang jarang bikin trit
Aku menunggu trit guru, kebanyakan trit sekarang isinya iskrim, cinca cinca , ama delusi akut
Selamat Berpuasa, Gans!
Guru kok sekarang jarang bikin trit
Aku menunggu trit guru, kebanyakan trit sekarang isinya iskrim, cinca cinca , ama delusi akut
maksimal cuma bisa 3 kali permintaan challege ya, kek minta sama porunga saja
kyk mata elang dalam tenis
Quote:Original Posted By momodjahat69 ►
Guru kok sekarang jarang bikin trit
Aku menunggu trit guru, kebanyakan trit sekarang isinya iskrim, cinca cinca , ama delusi akut
Biar ada regenerasinya, sis.. Kan katanya Kaksuser gampang bosen kalo yang bikin tret si A lagi, si A lagi.
Guru kok sekarang jarang bikin trit
Aku menunggu trit guru, kebanyakan trit sekarang isinya iskrim, cinca cinca , ama delusi akut
Biar ada regenerasinya, sis.. Kan katanya Kaksuser gampang bosen kalo yang bikin tret si A lagi, si A lagi.
Hmm mejeng dulu di pejwan.. komen belakangan
skarang badminton makin canggih, ada eagle eye nya
baru tau ane gan
Quote:Original Posted By anwar04 ►
Biar ada regenerasinya, sis.. Kan katanya Kaksuser gampang bosen kalo yang bikin tret si A lagi, si A lagi.
Ngomong pake bahasa indonesia gan
Biar ada regenerasinya, sis.. Kan katanya Kaksuser gampang bosen kalo yang bikin tret si A lagi, si A lagi.
Ngomong pake bahasa indonesia gan
Quote:Original Posted By anwar04 ►
Biar ada regenerasinya, sis.. Kan katanya Kaksuser gampang bosen kalo yang bikin tret si A lagi, si A lagi.
Hah SIS
Gak salah nih , jangan jangan guru pelaku JIS aslinya
Biar ada regenerasinya, sis.. Kan katanya Kaksuser gampang bosen kalo yang bikin tret si A lagi, si A lagi.
Hah SIS
Gak salah nih , jangan jangan guru pelaku JIS aslinya
gebukin wasitnya gan
Ane kangen pebulutangkis Indonesia yang tersohor se-antero dunia.
udah tau gans,
kalo gasalah 2 challenge itu per gamenya, bkn per pertandingannya
kalo gasalah 2 challenge itu per gamenya, bkn per pertandingannya
Kirain bola
pantas banyak liat di uber thomas kemaren
Gembok dah
Dan mohon rate 5 serta cendolnya buat TS
Via: Kaskus.co.id
Dan mohon rate 5 serta cendolnya buat TS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar