Pages


Rabu, 04 Mei 2016

Di Balik Sukses Ekonomi Tiongkok dan India

Di Balik Sukses Ekonomi Tiongkok dan India
Di Balik Sukses Ekonomi Tiongkok dan India

Tiongkok dan India telah dikenal luas sebagai negara super power masa depan dalam perekonomian dunia. Dengan memainkan berbagai peran, sebagai konsumen, suppliers, pesaing, pembaharu (innovator) dan penyedia sumber daya manusia yang handal, Tiongkok dan India akan membentuk kembali perekonomian dunia. Kedua negara tersebut menjadi pemain yang tangguh dalam penekanan biaya produksi, peningkatan teknologi dan jasa, serta memiliki pertahanan yang kuat dalam memajukan negara. Bahkan keduanya mendesak para ekonom besar seperti Paul Samuelson untuk memikirkan kembali mengenai perdagangan bebas dan comparative advantage. Tiongkok dan India juga mendorong munculnya kegelisahan dan perdebatan mengenai persaingan global Amerika dan negara negara maju (G8) di masa depan.

Apa rahasia sukses mereka? Adakah kaitan antara keberhasilan Tiongkok dan India dengan etnik dua negara tersebut yang berdiaspora ke berbagai negara termasuk Indonesia? Bagaimana prospek Indonesia dalam konteks keberhasilan Tiongkok dan India?

Spoiler for Neoklasik:
Neoklasik
Spoiler for Pic:
Di Balik Sukses Ekonomi Tiongkok dan India

Teori ekonomi tradisional memberi perhatian utama pada efisiensi, alokasi dan pemanfaatan sumber daya langka dengan cara yang paling hemat serta pertumbuhan optimal dari sumber daya langka tersebut sepanjang waktu guna menghasilkan produk dan jasa yang cakupannya semakin luas (Todaro, 2000). Pandangan yang juga disebut sebagai teori ekonomi klasik atau neo-klasik ini sampai sekarang masih banyak dianut oleh berbagai negara. Semakin banyak negara yang percaya bahwa perekonomian akan menjadi lebih baik, tumbuh pesat bila memiliki beberapa persyaratan seperti: tersedianya kapital yang mencukupi di pasar modal; adanya kedaulatan untuk memilih (adanya persaingan bisnis) bagi konsumen sehingga mengarah pada terbentuknya mekanisme penyesuaian harga secara otomatis; keputusan transaksi ekonomi didasarkan pada analisis marginal (rasio pertambahan input dibanding output, rasio keuntungan dan perhitungan utilitas); dan keseimbangan luaran (outcome) dalam semua produk dan pasar sumber daya ekonomi. Semua persyaratan tersebut mengindikasikan adanya rasionalitas dalam keputusan ekonomi yang sepenuhnya materialistik, individualistik, berorientasi pada kepentingan diri sendiri.

Tiongkok dan India tak luput dari pengaruh neoklasik dan ekonomi politik. Perekonomian Tiongkok berkembang dengan pesat sejak pemerintahan Deng Xiaoping mulai membuka belenggu perekonomian negara pada tahun 1979. Karpet merah digelar bagi investor asing yang membawa masuk modal ke Tiongkok dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI). Tak heran, hingga akhir 1990-an Tiongkok tercatat sebagai negara tujuan FDI terbesar di Asia. Setiap dorongan pertumbuhan ekonomi ditandai dengan gelombang baru Tiongkok fever oleh perusahaan asing. Peningkatan ini didukung dengan munculnya manifestasi baru dari kapitalisme Tiongkok, seperti perusahaan-perusahaan pribadi, kemakmuran konsumen, pabrik-pabrik ekspor, bursa saham, dan kantor partai komunis dalam suatu bisnis.

India di pihak lain, selama kurang lebih 15 tahun yang lalu berada dalam pengawasan negara maju seperti Amerika dan Inggris. Reformasi ekonomi yang diawali tahun 1991 menghasilkan kemajuan dramatis yang membayangi keberhasilan India. Keberhasilan India tidak hanya dapat dilihat dari indikator GDP dan daya saing, namun juga tercermin dari harapan hidup warganya yang semakin panjang (Rajadhyaksha, 2007). Berbeda dengan Tiongkok yang mengundang FDI, pada awalnya, keberhasilan India lebih banyak disokong oleh investasi domestik. Sampai akhir 90-an, meski industrialisasi di India cukup sukses, seperti software, desain semi konduktor, dan back-office call centers, namun sangat sedikit yang terlihat di pasar global.


Spoiler for Model Ekonomi Baru:

Model Ekonomi Baru
Spoiler for Pic:
Di Balik Sukses Ekonomi Tiongkok dan India

Pertengahan dekade 90-an, Tiongkok dan India semakin meneguhkan eksistensi model perekonomiannya yang baru. Model perekonomian Tiongkok ditandai dengan mobilisasi modal dan tenaga kerja secara besar-besaran, investasi asing, industri dalam skala besar, dan campur tangan pemerintah. Kemampuan Tiongkok dalam memobilisasi modal dan tenaga kerja telah meningkatkan pendapatan per kapita hingga tiga kali lipat dalam satu generasi, dan mengurangi lebih dari 300 juta kemiskinan. Sedangkan model perekonomian India ditandai dengan tingginya teknologi dan jasa, modal sendiri, bisnis yang terfokus pada barang dan jasa berkualitas dengan harga rendah, dan sedikit industri manufaktur. India sangat berperan dalam rantai inovasi teknologi global. Banyak perusahaan teknologi besar, seperti Motorola dan Hewlett-Packard, yang mempercayakan ilmuan India untuk merancang software dan multimedia feature pada produk-produk mereka selanjutnya.

Kedua negara tersebut menjadi sangat kuat terutama dikarenakan kemampuan mereka yang saling melengkapi. Tiongkok akan tetap mendominasi barang-barang manufaktur tetapi lemah dalam industri teknologi, sedangkan India sebaliknya. Dalam setiap dimensi perekonomian, seperi konsumen, investor, produsen, dan penggunaan energi dan komoditi, kedua negara termasuk dalam kelas berat. Konsumen dan perusahaan Tiongkok dan India selalu menuntur teknologi dan feature terbaru. Pada dekade selanjutnya, Tiongkok dan India akan dapat menguasai buruh, industri, perusahaan dan pasar di dunia dan menggantikan dominasi Amerika.


Spoiler for Berkah Dalam Keterbatasan:
Berkah Dalam Keterbatasan
Spoiler for Pic:
Di Balik Sukses Ekonomi Tiongkok dan India

Bagi pejuang, keterbatasan bukan merupakan hambatan, namun dianggap sebagai berkah yang harus disyukuri. Semangat mempertahankan kehidupan, mencapai kesejahteraan yang lebih baik dan berkelanjutan, menjadi energi bawah sadar yang mengendap di hampir warga Tiongkok, India yang tinggal di negaranya, atau etnik keduanya yang bermukim tanah rantau (Wang, 1999).

Kondisi geografis yang sangat luas, sebagian besar gurun tandus dan pegunungan, membuat hanya sebagian kecil saja tanah di Tiongkok dan India yang layak dihuni. Kesulitan geografis, diperburuk dengan profil demografis, kemiskinan merupakan permasalahan ekonomi yang lambat laun diserap sebagai kondisi sosial dengan perlakuan kebijakan take it or leave it. Pilihan politik sosialis-komunis di Tiongkok menghalangi rakyat Tiongkok untuk memupuk kekayaan pribadi, bahkan alih-alih menyejahterakan, sistem politik yang berlaku menjadikan rakyat Tiongkok harus rela hidup dalam kemiskinan.

India dengan rejim politik sosialis-liberal, secara politik berada di ujung lain spektrum politik dengan Tiongkok, namun hingga akhir dekade 80-an kinerja ekonominya serupa dengan Tiongkok, kemiskinan mewajahi sudut-sudut banyak kota besar dan pedesaan di India.

Nasib sebagian besar Tiongkok perantauan di berbagai negara tidak banyak berbeda dengan saudara mereka di tanah leluhur. Bedanya, sejak zaman kolonial para perantau berhasil membangun kedekatan dengan penguasa, sehingga memudahkan mereka menguasai dan mengelola sumber daya ekonomi. Hal ini bahkan menjadi kunci penyelamat (safety key) yang memberi jalan kesejahteran ketika Pemerintah Republik Indonesia (orde baru) melarang etnik Tiongkok untuk bergiat di kancah politik, militer dan pemerintahan.
Deng Xiao Ping menyadari semakin terpuruknya perekonomian Tiongkok, namun masih berkeras diri ingin memertahankan komunisme. Hasilnya sebuah kompromi, investasi asing diterima, namun intervensi politik ditolak. Bagi India, demokrasi sudah menjadi tradisi yang tidak mungkin dihapus. Namun disadari demokrasi akan mengalami banyak hambatan ketika ekonomi rakyat selalu dalam kesulitan. Solusinya, menghimpun investasi domestik, meningkatkan kualitas pendidikan, membangun akses ke pasar global, memilih teknologi yang tepat, dan pemerataan hasil pembangunan dengan menyediakan pembiayaan bagi usaha kelas kecil dan menengah. Bagi perantau etnik Tiongkok dan India, ketika akses kepada profesi sosial politik dilarang (di Indonesia), atau ketika pemerintah menerapkan kebijakan proteksi ekonomi bagi pribumi (di Malaysia) maka kedua kelompok etnik ini dengan leluasa memasuki sektor ekonomi, berwira-usaha, yang tidak banyak digeluti oleh pribumi (istilah yang diciptakan untuk membedakan warga asli dan perantau asing).


Spoiler for GuangXi:
GuangXi
Spoiler for Pic:
Di Balik Sukses Ekonomi Tiongkok dan India

Salah satu kunci sukses bisnis etnik Tiongkok baik yang tinggal di negerinya sendiri maupun di perantauan adalah kuatnya eksistensi saling percaya (trust) pada tingkat individu dan adanya guanxi, sebagai pelindung dari lemahnya kelembagaan publik. Dalam sejarah Tiongkok, kepercayaan kepada uang kertas telah mengalami berbagai ujian terkait dengan naik-turunnya kondisi ekonomi dan politik. Dalam hubungan ini, Chan (2000) mengatakan menjadi wajar bila hanya sedikit saja anggota masyarakat yang percaya terhadap birokrasi dan struktur hukum ketika aksi kedua lembaga ini tidak menyiratkan kepercayaan dan perlindungan hak individu serta transaksi bisnis. Akibatnya lembaga formal tidak pernah mendapat kepercayaan masyarakat.

Dalam konteks seperti ini guangxi tidak hanya memberi ruang bagi ekspresi hubungan pribadi antar-pelaku bisnis yang dikombinasikan dengan karakter pribadi (trait) dan kesetiaan (loyalty), namun juga merupakan sebuah bentuk pertukaran sosial berdasarkan sentimen primordial dan emosi budaya yang ditandai dengan saling percaya. Ketika seseorang berhutang kepada sesama pelaku bisnis, pembayarannya tidak semata-mata tepat waktu dan sesuai perhitungan (pokok plus bunga) namun dalam transkasi seperti ini terkandung pula ikatan sosial yang seringkali di luar rasional ekonomi. Selalu ada unsur non-ekonomi (intangible goals) seperti motivasi politik, kekuasaan, meraih status tertentu, dan lain sebagainya dalam transaksi yang bernafaskan guangxi. Sebaliknya, jika seseorang melakukan wan-prestasi atas komitmen yang terbangun dalam semangat guangxi, maka dengan mudah citra negatif akan tersebar dan habislah masa depan bisnisnya.

Jaringan guangxi terwujud karena berbagai latar belakang, ada yang karena memiliki kesamaan asal daerah (qingqi), teman satu alumni (tongxue), sahabat ketika di perguruan tinggi (tongshi), atau karena ada kesamaan minat (tonghao). Melihat latar belakang terbentuknya, perlu dicermati bahwa guangxi tidak identik dengan kekeluargaan (familialism) dan paternalism. Guangxi lebih mentik –beratkan pada adanya tata aturan tidak tertulis (unwritten codes) yang melindungi perilaku oportunistik anggotanya.

Menyusul perubahan kebijakan ekonomi Tiongkok, banyak perantau yang telah sukses di berbagai negara, karena guangxi, mereka kembali dengan membawa investasi untuk membangun tanah leluhur. Meskipun dalam skala yang lebih kecil, hal serupa terjadi pula di India. Pengusaha India yang sukses berbisnis di Amerika, Eropa dan Asia kembali ke negaranya, membangun bisnis untuk mendukung bisnis intinya di luar negeri, dengan mempekerjakan tenaga lokal. Hasilnya, Tiongkok dan India dapat segera masuk ke pasar global, dengan kualitas dan harga yang kompetitif.


Spoiler for Peran Konsumen:
Peran Konsumen
Spoiler for Pic:
Di Balik Sukses Ekonomi Tiongkok dan India

Masyarakat Tiongkok melakukan berbagai perubahan untuk memperbaiki keadaan perekonomiannya. Demikian juga dengan India. Kehidupan para wanita di India mulai mengalami perubahan terutama bagi wanita muda. Saat ini wanita muda dapat menentukan sendiri apa yang diinginkan atau tidak diinginkannya. Bagi masyarakat India, perubahan pandangan terhadap wanita dalam kehidupan merupakan suatu revolusi. Bagi para pengusaha di India, perubahan tersebut merupakan suatu kesempatan untuk melakukan eksploitasi.

Dengan jumlah penduduk sebesar satu miliar dan 70% di antaranya merupakan penduduk miskin, India memerlukan barang dan jasa yang murah namun berkualitas. Kebanyakan produk luar negeri terlalu mahal bagi pasar India. Para teknisi dan professional di India terfokus pada penemuan solusi dari permasalahan tersebut pada berbagai bidang mulai dari manufaktur dan kesehatan hingga keuangan dan pendidikan untuk menghasilkan produk berkualitas yang dapat diperoleh masyarakat India yang miskin dengan memproduksi dengan skala besar dan efisiensi.


Spoiler for Inovasi Bisnis dan Teknologi:
Inovasi Bisnis dan Teknologi
Spoiler for Pic:
Di Balik Sukses Ekonomi Tiongkok dan India

Walaupun tanpa suatu penemuan jenius yang inovatif, para teknisi Tiongkok dapat mengkloning teknologi dunia yang paling maju dalam telecommmunication andcomputer gears. Sebagian besar pengusaha telah menyadari pencapaian Tiongkok dalam industri manufaktur. Selain konsumen gadget dan komponen elektronik, pengaruh Tiongkok dalam teknologi global yang paling utama yaitu dalam persaingan teknologi khususnya peralatan jaringan. Tiongkok berusaha mengimbangi kemajuan teknologi guna menghindari ketergantungan kepada negara maju, dan sekaligus menyediakan produk teknologi bagi negara – negara lain.

Selama bertahun-tahun, Tiongkok memberikan harga murah pada berbagai barang pertokoan seperti sepatu, pakaian, dan microwave oven. Saat ini, Tiongkok sedang mengembangkan industri teknologi intensif, misalnya seperti pada otomotif, baja, kimia, semikonduktor, dan elektronik digital. Akhirnya Tiongkok dengan cepat dapat menyusul ketinggalannya dalam industri teknologi dan teknik mesin dan menjadi pemimpin manufaktur pada bidang tersebut dan mungkin akan menjadi pusat inovasi yang utama.

India pun, saat ini sedang berusaha mengembangkan inovasi dalam teknologi. Salah satunya adalah pengembangan software yang dilakukan oleh para wirausahawan baru yang memiliki kerja sama dengan perusahaan software global. Masyarakat India menyadari keuntungan dari rendahnya biaya akan berakhir mungkin dalam lima belas tahun mendatang, dan persaingan dari Tiongkok, Brazil dan Ukraine akan semakin ketat. Untuk itu, perlu adanya inovasi teknologi, jika tidak maka mereka tidak akan dapat bertahan.


Spoiler for Korupsi:

Korupsi
Spoiler for Pic:
[img]http://harvardpolitics.com/blog/wp-content/uploads/2013/05/corruption.jpg[/img]

Kedua negara sedang berjuang keras untuk menghilangkan korupsi yang banyak terjadi di institusi pemerintah dan partai politik. Korupsi terjadi meluas di kedua negara. Polusi udara dan air yang mengiringi industrialisasi mengancam lingkungan ekologis dan mengganggu kesehatan. Di Tiongkok belum ada ketegasan hukum mengenai perlindungan lingkungan dan hak cipta. Proses pengambilan kebijakan tidak jelas sehingga pemutusan atas kasus-kasus pelanggaran aturan, penggelapan dan pencurian intellectual property,melalui pengadilan sangatlah sulit. Sedangkan India memiliki sistem hukum barat, tetapi bergerak sangat lambat dan investasi jangka panjang dihentikan oleh perlawanan politik dan perubahan kebijakan yang tidak diharapkan.


Spoiler for Pelanggaran Hak Cipta:

Pelanggaran Hak Cipta

Spoiler for Pic:
[img]http://cdn1-a.production.liputan6.static6.com/medias/21304/big/hak-cipta-130925b.jpg[/img]

Besarnya populasi Tiongkok dan India memunculkan pasar besar baru yang paling penting bagi perekonomian dunia untuk setiap produk barang mulai dari mobil hingga ponsel. Tiongkok merupakan salah satu pasar di dunia yang paling berisiko dan paling kompleks. Hak cipta intelektual diabaikan dan banyak perjanjian yang dibatalkan sepihak.

Kegagalan peraturan mengenai lingkungan terus berkembang. Pertumbuhan kapasitas yang berlimpah dan persaingan yang sengit dari perusahaan-perusahaan Tiongkok masih mengutamakan menjaga rendahnya harga-harga. Adanya langkah besar dalam perubahan, membuat Tiongkok perlu melakukan penyesuaian secara konstan agar dapat terus bertahan. Saat ini, agar dapat berhasil berbisnis di Tiongkok, diperlukan lebih dari guanxi dan perbaikan produk lama, yaitu menjaga bakat managerial orang Tiongkok dan memberikan mereka kendali untuk menjalankan kegiatan utama perusahaan. Keberhasilan tersebut juga membutuhkan penguasaan mengenai pasar Tiongkok yang rumit dengan berbagai segmentasi pasar.


Prospek Indonesia?
Di Balik Sukses Ekonomi Tiongkok dan India
Dibandingkan dengan Tiongkok dan India, Indonesia memiliki banyak kesamaan. Populasi, geografi, demografi dan nilai – nilai budaya ketimuran yang saling memengaruhi. Yang menjadi persoalan, dengan titik awal yang relatif sama (di tahun 70-an GDP Indonesia lebih besar dari Tiongkok dan India) mengapa kedua negara tersebut kinerja pertumbuhan ekonominya jauh lebih bagus dibanding Indonesia? Menggunakan konsep Porter tentang Competitiveness of The Nations, maka jawab singkatnya, kekurangan terletak pada birokrasi dan rezim pemerintahan.

Meski jawaban ini tidak seratus persen benar, namun bila birokrat kita berlapang dada, tidak defensif namun instropeksi dan selanjutnya membuat kebijakan perubahan dan sekaligus mengimplementasikanya secara kontinyu dan konsisten dengan dukungan anggaran sebagaimana dilakukan oleh Deng Xiao Ping dan Pemimpin India, prospek Indonesia dalam mengejar ketertinggalan dari kedua negara tersebut sangat besar. Indonesia dapat memilih membuat produk komplemen bagi produk Tiongkok dan India, sehingga upaya sinergi, loby diplomatik perlu dilakukan. Atau menghasilkan produk yang memilki keunggulan komparatif dari produk kedua negara tersebut, seperti kerajinan rumah tangga, teknologi menengah, dan produk intelektual (piranti lunak komputer).

Sumber
komen dulu baru baca
yg paling penting berantas korupsi
reserve
sing penting bar mangan bisa udud
percaya diri aja gan intinya
ane baca dulu ya gan
izin nyimak gan
Quote:Original Posted By oncom.onair
izin nyimak gan


monggo gan
Tiongkok nih emang lagi bener bener dah
Semoga Indonesia Bisa Menyusul bree
Di Tiongkok apapun tersedia
PEJWAN DI TRIT ZOMBIE HT

Harus ditunjukkan juga sisi lain seperti , Pemberian Upah super murah di Tiongkok , kunci banyaknya Investasi dalam bentuk Pabrik di Tiongkok karena Upah Buruh yang sangat tidak manusiawi .
Potret kemiskinan di India masih ada gan , sampe sekarang , semiskin miskinnya orang Indonesia , masih lebih mengenaskan disana. ..
Sistem kasta yang sangat mempengaruhi kehidupan sosial di india .

Bisa dibuktikan dengan banyaknya tenaga Mainland , yang bagian kerjanya remeh temeh di perusahaan2 konstruksi di indonesia .
Quote:Original Posted By tedy.hard
Di Tiongkok apapun tersedia


investasi pun mudah gan..
semoga aja Indonesia bisa nyusul dan melebihi. AAMIIIN


=== MAKK ANE DI PEKIWAN ==
yaelaah kejauhan amir bang ngimpinyee. bebenah dulu lah. indo masih banyak yg korupsi, hukumannya pun gak sebanding. kesejahteraan masyarakatnya pun belum merata. lapangan pekerjaan juga susah.
Quote:Original Posted By achmad74
semoga aja Indonesia bisa nyusul dan melebihi. AAMIIIN


amiininn
Mejeng pekiwan gan

Di Balik Sukses Ekonomi Tiongkok dan India
Quote:Original Posted By daveanasta1
yaelaah kejauhan amir bang ngimpinyee. bebenah dulu lah. indo masih banyak yg korupsi, hukumannya pun gak sebanding. kesejahteraan masyarakatnya pun belum merata. lapangan pekerjaan juga susah.



mimpi yang jauh bukan berarti tidak bisa diwujudkan kan?
Quote:Original Posted By achmad74



mimpi yang jauh bukan berarti tidak bisa diwujudkan kan?


setuju agan ini...
Quote:Original Posted By muhamadbayu11
Harus ditunjukkan juga sisi lain seperti , Pemberian Upah super murah di Tiongkok , kunci banyaknya Investasi dalam bentuk Pabrik di Tiongkok karena Upah Buruh yang sangat tidak manusiawi .
Potret kemiskinan di India masih ada gan , sampe sekarang , semiskin miskinnya orang Indonesia , masih lebih mengenaskan disana. ..
Sistem kasta yang sangat mempengaruhi kehidupan sosial di india .


setuju gan...upah murah, kalo disini jelas bakal didemo hais2an
Via: Kaskus.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar