Pages


Senin, 02 Mei 2016

Negosiator: Tidak Ada Uang Tebusan! Pembebasan 10 WNI Murni Negosiasi

Spoiler for Negosiator: Tidak Ada Uang Tebusan! Pembebasan 10 WNI Murni Negosiasi:
Negosiator: Tidak Ada Uang Tebusan! Pembebasan 10 WNI Murni Negosiasi
Mayjen Purn Kivlan Zen/Foto: Dok detikcom

Jakarta - 10 WNI yang ditahan kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina telah dibebaskan. Pembebasan itu tidak menggunakan uang tebusan yang diminta oleh penyandera sebesar USD 1 juta. Pembebasan murni dilakukan dengan negosiasi.

"Tidak ada pembayaran tebusan. Ini murni negosiasi," ujar salah negosiator pembebasan 10 WNI, Mayjen Purn Kivlan Zen saat dihubungi detikcom, Minggu (1/5/2016) malam.
Negosiator: Tidak Ada Uang Tebusan! Pembebasan 10 WNI Murni Negosiasi
10 WNI di rumah gubernur Sulu/dok Gub Sulu via Inquirer.net

Kivlan mengatakan saat dilakukan negosiasi dengan kelompok Abu Sayyaf, pihak perusahaan kapal Brahma 12 tempat 10 WNI bekerja telah mengutus seseorang bernama Budiman untuk menyerahkan uang tebusan.

"Uang itu dibawa oleh Budiman namun tidak diserahkan. Uang itu akhirnya dibawa pulang kembali," ucapnya.

Saat ini, tim negosiator berupaya membebaskan 4 WNI yang masih disandera oleh kelompok Abu Sayyaf. Mereka adalah ABK kapal Henri yang menarik kapal tongkang Christi.

Kivlan Zein adalah salah satu tokoh militer Indonesia. Dia menghabiskan kariernya di kesatuan-kesatuan tempur TNI AD. Jabatan terakhirnya adalah Kepala Staf Kostrad. Dia pernah terlibat berbagai operasi seperti operasi di Irian Jaya, Timtim dan operasi perdamaian di Filipina pada tahun 1996-1997.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengumumkan pembebasan 10 WNI yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Istana Bogor sekitar pukul 18.15 WIB. 10 WNI tersebut akan diterbangkan ke Indonesia.

"Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya 10 ABK WNI yang disandera kelompok bersenjata sejak 26 Maret lalu saat ini telah dapat dibebaskan," ujar Jokowi. Jokowi didampingi Mensesneg Pratikno, Menlu Retno Marsudi dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat mengumumkan pembebasan 10 sandera ini.


Spoiler for Jokowi Unggah Foto WNI yang Dibebaskan Abu Sayyaf di Instagram:

Ayunda Windyastuti Savitri - detikNews
Jokowi Unggah Foto WNI yang Dibebaskan Abu Sayyaf di Instagram

Negosiator: Tidak Ada Uang Tebusan! Pembebasan 10 WNI Murni Negosiasi
Foto: Screenshot Instagram Jokowi

Jakarta - Presiden Joko Widodo bersyukur 10 ABK WNI yang ditawan kelompok Abu Sayyaf dibebaskan hari ini. Jokowi mengunggah foto 10 WNI itu ke akun Instagram pribadinya lengkap dengan pidato resminya.

Foto tersebut diunggah sekitar pukul 19.10 WIB, Minggu (1/5/2016). Tampak pada foto itu ada 8 dari 10 pria yang mengenakan baju berkerah duduk di kursi. Terlihat ada plastik di bawah kursi para ABK itu.
Negosiator: Tidak Ada Uang Tebusan! Pembebasan 10 WNI Murni Negosiasi
Instagram Jokowi


Jokowi juga menuliskan isi pidato yang sebelumnya sempat dibacakan saat konferensi pers di Istana Bogor, Jawa Barat, sore tadi. Foto diambil oleh Biro Pers Setpres.

"Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya 10 ABK WNI yang disandera oleh kelompok bersenjata sejak tanggal 26 Maret 2016, saat ini telah dapat dibebaskan. 10 WNI tersebut dalam keadaan baik dan akan segera dipulangkan ke Indonesia," tulis Jokowi dalam akunnya.

Saat ini kesepuluh ABK sudah berada di pesawat terbang menuju Indonesia. Diperkirakan mereka akan mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma tengah malam.


Spoiler for Hikmahanto Juwana apresiasi pembebasan 10 WNI sandera:

Hikmahanto Juwana apresiasi pembebasan 10 WNI sandera

Jakarta (ANTARA News) - Guru besar hukum internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, mengapresiasi pembebasan 10 WNI yang disandera kelompok bersenjata di wilayah perairan Filipina.

Namun kata dia dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Minggu, menenggarai ada dugaan perusahaan membayar tebusan yang diminta maka pemerintah perlu bersikap.

Ke-10 WNI yang disandera itu semuanya bekerja di KT Brahma dan KT Anand 12, yang disergap perompak di perairan Tawi-tawi, Filipina selatan, pada 27 Maret lalu. Setelah mereka masih ada lagi empat WNI yang juga anak buah kapal, disergap dan ditawan oleh kelompok yang dikatakan berbeda. Kedua kelompok penyandera menuntut tebusan dalam jumlah besar.

Setelah ke-10 WNI yang disandera itu dibebaskan pada Minggu siang waktu setempat, bermunculan pernyataan dari beberapa kelompok bahwa kelompoknya turut berjasa dalam upaya pembebasan itu, termasuk dari kelompok suatu jaringan media massa ternama nasional.

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, dalam keterangannya kepada pers, di Istana Bogor, Minggu ini, tentang pembebasan WNI sandera itu menyatakan, upaya itu merupakan buah dari diplomasi semua lapisan, baik formal ataupun informal.

Pemerintah kata Juwana, harus menegaskan, pemerintah tidak membayar apapun kepada para penyandera. Kalaupun ada pembayaran, maka itu oleh perusahaan tempat ke-10 WNI yang disandera itu bekerja tanpa sepengetahuan pemerintah.

"Pemerintah perlu melakukan klarifikasi ini agar publik paham bahwa pemerintah tidak kalah ketika berhadapan dengan para penyandera," katanya.

Dikatakan dia, hal yang sama perlu disampaikan ke negara-negara yang warganya turut disandera. Hal ini karena tindakan perusahaan yang membayar tebusan akan mempengaruhi upaya negara tersebut dalam upaya membebaskan para warga yang disandera.

"Pemerintah harus tetap memikirkan empat sandera yang belum dibebaskan. Dalam pembebasan sandera ini pemerintah menghadapi dilema jika perusahaan keempat warga ini tidak mau melakukan pembayaran tebusan," ujarnya.

Menurut dia pemerintah perlu mengumumkan dan menghimbau agar kapal-kapal berbendera Indonesia ataupun ABK WNI yang bekerja di kapal berbendera asing untuk tidak melewati jalur-jalur laut yang masih dikuasai oleh pemberontak Abu Sayyaf.

Hal ini karena pembayaran dari perusahaan menjadikan kapal berbendera Indonesia atau ABK WNI menjadi sasaran empuk bagi para pemberontak Abu Sayyaf untuk mendapatkan uang tebusan.


Spoiler for Pembebasan 10 WNI dari Abu Sayyaf Dilakukan Lewat Negosiasi:

MINGGU, 01 MEI 2016 | 22:24 WIB
Pembebasan 10 WNI dari Abu Sayyaf Dilakukan Lewat Negosiasi
Negosiator: Tidak Ada Uang Tebusan! Pembebasan 10 WNI Murni Negosiasi
Kivlan Zen, saat berkunjung di kantor redaksi Majalah TEMPO, Jln Proklamasi No 72, Jakarta Pusat, 4 Oktober 2006. TEMPO/Cheppy A. Muchlis

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 10 dari 14 sandera yang disekap oleh kelompok separatis Filipina atau dikenal dengan Abu Sayyaf sudah dibebaskan. Mereka adalah awak kapal tugboat Brahma 12 dan tongkang Anand.

Mayor Jenderal (Purnawirawan) Kivlan Zein, salah satu negosiator yang ikut dalam upaya pembebasan sandera tersebut mengatakan proses serah terima dilakukan di sebuah pantai di Selatan Pulau Mindanau. Serah terima itu dilakukan pada pukul 12.00 waktu setempat.

"Dengan juga melibatkan perwakilan dari kedua negara dan satu tokoh yang cukup disegani oleh kelompok Abu Sayyaf," kata Kivlan , saat dihubungi dari Mindanau, Ahad, 1 Mei 2016.

Dia juga mengatakan proses serah terima sandera itu tidak menggunakan uang tebusan. Meski PT Patria Maritime Lines sudah menyiapkan uang yang ditaruh dalam tas saat proses serah terima.

"Buat jaga-jaga kalau tiba-tiba mereka berubah pikiran," kata dia. Dalam proses pembebasan itu, dibantu dengan pihak militer, badan intelijen dan juga pasukan perdamaian Filipina Selatan.

Kivlan mengatakan negosiasi pembebasan sandera menjadi mulus lantaran melibatkan Gubernur Zulu Abdsakur Toto Tan II. Toto ini keponakan dari pimpinan Moro National Liberation Front (MNLF), Nur Misuari. Kelompok Abu Sayyaf merupakan sempalan dari kelompok MNLF yang memilih berdamai dengan pemerintah Filipina.

Kivlan pernah bertugas sebagai pasukan perdamaian Filipina Selatan pada 1995-1996. Pada saat tugas itu, dia mengenal Nur Misuari dengan sangat baik. Keakraban itulah yang kemudian digunakan Kivlan untuk melobi kelompok Abu Sayyaf agar membebaskan WNI yang disandera.

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah Nur Misuari segera menghubungi Toto agar bernegosiasi dengan kelompok militan Abu Sayyaf. Negosiasi pertama dilakukan pada akhir Maret tak lama setelah 10 sandera itu disekap.

Negosiasi itu juga melibatkan petinggi perusahaan Patria Maritime dan juga intelijen Filipina. "Kemudian direspons oleh badan intelijen strategis TNI dan terjadi komunikasi," kata dia.

Seringnya negosiasi yang dibantu oleh pemerintah Filipina, bekas militan MNLF dan juga beberapa organisasi lainnya, akhirnya pada 1 Mei, 10 sandera itu dibebaskan.

"Sekarang kami sedang mencoba negosiasi untuk membebaskan empat sandera yang masih ditahan," kata dia. Empat sandera yang masih ditahan itu adalah awak kapal lain.




Ternyata tim negosiator mantan jenderal nasbung, terima kasih pak Kivlan sudah mendarmabhakti buat negara dan tidak lagi jadi pasukan nyinyir, ditunggu prestasi selanjutnya
Spoiler for Uang Tebusan US$ 1 Juta Dibayar,Sandera WNI Dibebaskan:

Minggu, 01 Mei 2016 | 17:33

Jakarta - Pembebasan 10 sandera warga negara Indonesia oleh kelompok pemberontak Filipina Abu Sayyaf ternyata tidak gratis. Menurut sumber Rappler.com di Sulu dan juga seorang petinggi polisi Filipina, pembebasan tersebut dilakukan melalui negosiasi rahasia dan pembayaran sejumlah uang.

Untuk membebaskan para sandera, perusahaan tempat 10 WNI itu bekerja, yakni Patria Maritime Lines, akhirnya setuju membayar uang tebusan US$ 1 juta atau sekitar Rp 13,2 miliar (kurs Rp 13.200 per dolar AS) kepada pemberontak. Uang tersebut telah dibayar pada Jumat (29/4) dan 10 sandera kemudian dibebaskan pada Minggu (1/5) pukul 12.00 waktu setempat.

Para sandera dibebaskan di depan rumah Gubernur Abdusakur Mahail Tan di Jolo. Mereka akan dibawa ke Indonesia setelah dijemput di Zamboanga City. Pembebasan para sandera itu dilakukan tepat sebulan setelah mereka diculik di perairan Filipina oleh kelompok Abu Sayyaf pada 29 Maret lalu.
http://m.beritasatu.com/dunia/362843...ibebaskan.html


Spoiler for 10 WNI Sandera Abu Sayyaf Bebas KBRI Manila: Ini Kerja Sama Diplomat, TNI, Intel dan Lembaga Internasional:

Muhammad Taufiqqurahman - detikNews
KBRI Manila: Ini Kerja Sama Diplomat, TNI, Intel dan Lembaga Internasional
Negosiator: Tidak Ada Uang Tebusan! Pembebasan 10 WNI Murni Negosiasi
10 WNI ketika tiba di Tanah Air (Foto: Rachman Haryanto/detikcom)

Jakarta -
Banyak pihak yang terlibat dalam negosiasi pembebasan 10 WNI yang disandera kelompok bersenjata di Filipina. Salah satunya yang disebut Tim Badoewi, siapa mereka?

"Awalnya, kita semua terlibat. Ini kerja tim. Tapi kemudian mengerucut, jadi tim Pak Badoewi," ujar Koordinator Fungsi Politik KBRI Manila Eddy Mulya di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (2/5/2016).

Eddy Mulya juga merupakan salah seorang negosiator dalam proses pembebasan 10 sandera Indonesia. Dia menekankan proses pembebasan dilakukan dengan proses negosiasi.

Dirinya masuk ke dalam Tim Badoewi saat proses negosiasi sudah berjalan. Eddy terlibat negosiasi dengan kelompok Abu Sayyaf sejak semingu yang lalu.

"Jadi itu ada sahabat saya Pak Badoewi sama teman-teman. Mereka yang atur. Jadi kita cuma tindak lanjut," terangnya.

Perkenalan Eddy dan Badoewi terjadi pada tahun 2012 saat keduanya bekerja sama dalam sebuah riset tentang terorisme.

Setelah terjadi penyanderaan, seluruh staf KBRI di Manila berupaya melakukan kontak dengan pihak penyandera. Di dalam KBRI Manila tim dibentuk yang terdiri dari unsur diplomat, TNI dan intelijen, serta lembaga internasional lainnya.

Tim Badoewi yang berada dalam bagian negosiator kemudian membuat sebuah proposal. Proposal pembebasan itu yang dijalankan untuk melakukan negosiasi pembebasan.

Proposal pembebasan sandera yang disebut Eddy berkaitan dengan riset yang dilakukannya bersama Badoewi. Riset itu salah satunya menyinggung soal pendidikan dan beasiswa.

"Tahunya matching saja," kata Eddy.

"Kita enggak ada hutang budi, jangan pikiran negatif. Kita kerja sama sesama umat Islam," sambungnya.

Lalu siapa Badoewi? Eddy menutup rapat-ratap soal identitas koleganya itu, termasuk asal Badoewi.

"Itu teman saya. Kita peneliti kok. Saya tidak bisa cerita banyak. (Namanya) Badoewi Rizal," terangnya.

Sementara itu, Ketua Fraksi Partai NasDem Viktor Laiskodat mengaku ikut pula berperan dalam proses pembebasan 10 WNI itu. Dia menyebut ada tim kemanusiaan bernama Yayasan Sukma yang didirikan Surya Paloh. Di dalam tim itu, Viktor menyebut ada nama Ahmad Baedowim tapi belum diketahui pasti apakah Baedowi yang disebut Eddy adalah orang yang sama.

Terlepas dari itu, tim kemanusiaan yang disebut Viktor yaitu terdiri dari misi gabungan Yayasan Sukma, Media Group, dan Partai NasDem. Dalam proses itu, Yayasan Sukma diwakili Ahmad Baedowi dan Dr. Samsu Rizal Panggabean. Sementara Media Grup diwaikili CEO Rerie L. Moerdijat, dan Partai NasDem sendiri diwakili oleh Viktor Bungtilu Laiskodat.

Yayasan Sukma adalah lembaga kemanusiaan di bidang pendidikan, yang didirikan Februari 2005 atau sekitar dua bulan setelah tragedi tsunami Aceh. Yayasan tersebut fokus di bidang pendidikan. Dalam perkembangannya, yayasan ini terlibat berbagai kerja sama pendidikan, termasuk dengan pesantren-pesantren di Moro Selatan, Filipina.

http://m.detik.com/news/berita/32011...-internasional
g tau yg bener mana. berita sebelah bilangnyabperusahaan dh bayar. d sn klaim negoisasi
anak buah wowok kuda
Ya iyalah di bilang gak pake tebusan...kalai bilang pake tebusan jelas hancurlah krEdebilitas jokowi
Wong jelas kronologinya mirip sama bule yg udah dibebasin pake tebusan
damai itu indah....


seriusan nih gan..
Quote:Original Posted By AmandaMio
Ya iyalah di bilang gak pake tebusan...kalai bilang pake tebusan jelas hancurlah krEdebilitas jokowi
Wong jelas kronologinya mirip sama bule yg udah dibebasin pake tebusan


Itu yg ngomong mantan jenderal nasbung yg jadi tim negosiator loh gan, pemerintah secara resmi belum bicara itu
Quote:Original Posted By aghilfath


Itu yg ngomong mantan jenderal nasbung yg jadi tim negosiator loh gan, pemerintah secara resmi belum bicara itu


Mau yg ngomong jendral kek..kopral kek.. Kalau dibayar emang ente bakal tau...emang tuh jendral bakal omong kalau itu dibayar...
Pake logika aja...AS dah capek nyulik...dah kehilangan anggota...dah keluar biaya..masak iy dibebasin cuma cuma
Rugilah...apa lg mrk dah di kejar jor joran sama tentara
gak munkin kalo gak ditebusss


emang abu sayyaf makan rumputtt.....
AS itu teroris yg motifnya tak lagi soal agama...tp soal uang ..preet lah kalau cuma cuma
terserah deh..
mau bilang cuma negosiasi tak pakai tebusan,
mau bilang surya paloh berjasa
mau bilang tim negosiasi tni yang bernegosiasi
mau bilang tni melakukan operasi rahasia..
mau bilang kivlan zen yang negosiasi
silahkan saja...

owaku percoyo tanpa tumbal duiiiit
Makasih pak kivlan
Tanpa tebusan?
Oi 50juta peso ditebus
Bbrp kali penyanderaan AS ya motifnya uang
Sudah jelas dinegosiasikan dgn ditebus

Rezim sialan diisi orang sialan
Yang membebaskan Media group Surya paloh loh
http://m.detik.com/news/berita/3201039/10-wni-yang-dibebaskan-abu-sayyaf-diterbangkan-dengan-pesawat-surya-paloh

baguslah bisa bersihin reputasi dia yg dulu suka jadi provokator
Quote:Original Posted By AmandaMio


Mau yg ngomong jendral kek..kopral kek.. Kalau dibayar emang ente bakal tau...emang tuh jendral bakal omong kalau itu dibayar...
Pake logika aja...AS dah capek nyulik...dah kehilangan anggota...dah keluar biaya..masak iy dibebasin cuma cuma
Rugilah...apa lg mrk dah di kejar jor joran sama tentara


Ada yg logis dari penjelasan diatas,
1. selama ini kelompok Islam moro/philipine selatan (non pemberontak) banyak terima bantuan dari muslim/NGO muslim Indonesia baik itu berupa pendidikan dan finansial, makanya tidak heran ada kedekatan psikologis dg tokoh2 setempat
2. Kelompok pemberontak philipine juga dekat dengan kelompok garis keras Indonesia, makanya salah satu terpidana teroris (umar patek) menawarkan diri menjadi negosiator
3. Menahan dan mengeksekusi sandera Indonesia bisa jadi kerugian besar bagi mereka karena akan semakin membuka peluang pasukan elit Indonesia intercept dan lakukan operasi senyap terhadap mereka

Btw lebih jelas dilihat aja beberapa hari kedepan berdasarkan kesaksian korban, negosiator maupun media
Quote:Original Posted By aghilfath


Ada yg logis dari penjelasan diatas,
1. selama ini kelompok Islam moro/philipine selatan (non pemberontak) banyak terima bantuan dari muslim/NGO muslim Indonesia baik itu berupa pendidikan dan finansial, makanya tidak heran ada kedekatan psikologis dg tokoh2 setempat
2. Kelompok pemberontak philipine juga dekat dengan kelompok garis keras Indonesia, makanya salah satu terpidana teroris (umar patek) menawarkan diri menjadi negosiator
3. Menahan dan mengeksekusi sandera Indonesia bisa jadi kerugian besar bagi mereka karena akan semakin membuka peluang pasukan elit Indonesia intercept dan lakukan operasi senyap terhadap mereka

Btw lebih jelas dilihat aja beberapa hari kedepan berdasarkan kesaksian korban, negosiator maupun media


Faill
Itu kan MILF...bukan AS
AS tuh sempalan...dan bahkan MILF aja musuhan sama mereka
Emang kurang ap tentara pilipina dan amerika menggempur mereka...nyatanya mrk gak kapok kapok ...apa lagi takut
Emang sandera tau kalau mrk ditebus atau tidak
Btw...operasi senyap yg bilang bilang media ya
mantep bener nih pak Kivlan.
pernah tugas di sana nih beliau.
syukurlah semua selamat, masih ada yg 4 lagi.
Dopost
Via: Kaskus.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar