Buset! Makan di emperan Malioboro bisa habis hampir Rp 500.000
Jika kamu merupakan orang baru atau pelancong luar kota bisa jadi kamu menjadi korban 'harga semena-mena' dari pedagang.
06 Februari 2016 09:39
illustrasi
Brilio.net - Banyak orang yang menganggap bahwa makanan di kaki lima atau emperan harganya miring. Tapi jangan salah, jika kamu merupakan orang baru atau pelancong luar kota bisa jadi kamu menjadi korban 'harga semena-mena' dari pedagang.
Nasib inilah yang terjadi kepada temannya Lukman Juliantoro, sebagaimana dikutip brilio.net dari akun Twitternya, Sabtu (6/2). Dalam cuitannya Kamis (4/2), dia menuliskan, "Hati2 dab makan di Malioboro. Temenku baru pertama ke Jogja dan dia disambut dengan baik."
Status tersebut juga disertai dengan foto nota pesannya dengan total Rp 460.000, dengan rincian sebagai berikut:
Tentu saja postingan ini mengundang komentar dari netizen seperti berikut ini:
Jadi, biar kamu tidak mengalami hal yang sama, tidak ada salahnya untuk bertanya tentang harganya dulu sebelum kamu memutuskan untuk memesan. Happy Weekend guys!
https://www.brilio.net//duh/buset-ma...0-1602065.html
Wisatawan Malioboro Keluhkan Harga Makanan PKL
Kamis, 23 Juli 2015 10:20 WIB
Jalan Malioboro (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)Jalan Malioboro (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)
Harianjogja.com, JOGJA-Personel Dinas Ketertiban (Dintib) Jogja yang terlibat dalam operasi Jogobaran mengaku sulit menindak pelanggaran yang dilakukan pedagang kaki lima (PKL) makanan di Malioboro. Pasalnya, tidak semua korban mau bersaksi di pengadilan.
Kasi Operasional Dintib Jogja Bayu Laksmono mengatakan, selama ini hanya menerima laporan dan aduan dari masyarakat dan sebatas menegur PKL yang dianggap melakukan pelanggaran.
“Banyak yang mengeluh kalau harga di Malioboro nuthuk,” ujarnya, Senin (20/7/2015).
Setelah Lebaran, setidaknya Pos Jogobaran yang berada di kawasan kantor UPT Malioboro menerima 10 aduan per hari dari masyarakat yang merasa harga makanan di Malioboro tidak wajar. Diterangkannya, ukuran tidak wajar adalah harga yang terlalu mahal ketimbang di tempat lain, maupun penjual yang tidak menempelkan harga di daftar menu makanannya.
Bayu mengungkapkan, setelah dilakukan pelaporan dan akan ditindak lebih lanjut justru si pelapor dalam hal ini wisatawan yang memilih untuk tidak membawa persoalan ini ke ranah penegakan perda. Mereka beralasan, apabila diperiksa dan menjadi saksi akan membuang-buang waktu, sementara tujuan ke Jogja untuk berlibur.
“Ini yang sulit kalau dibawa ke pengadilan, tidak ada saksi, jadi sejauh ini penindakan berupa teguran,” kata Bayu.
Kepala UPT Malioboro Teguh Syarif mengatakan, harus ada batasan jelas antara harga nuthuk dan mahal. “Nuthuk itu kalau tidak mencantumkan nominalnya dalam daftar menu, kalau mahal ya memang dia lebih tinggi daripada di tempat lain,” jabarnya.
Ia menilai, makanan mahal di Malioboro wajar selama mencantumkan harga di daftar menu. Terlebih, momentum Lebaran kerap dimanfaatkan pedagang untuk mengeruk keuntungan lebih mengingat banyak wisatawan yang bertandang ke Jogja
Teguh menyarankan masyarakat yang ingin membeli makanan untuk memastikan harga terlebih dulu. “Sesuai tidak dengan kemampuan kantong, kalau misalnya terlalu mahal bisa cari tempat lain,” tandasnya.
http://www.harianjogja.com/baca/2015...nan-pkl-626459
Jajan Makanan Di PKL Malioboro, Pastikan Dulu Harganya
Kamis, 23/07/2015 09:11 WIB
Bisnis.com, JOGJA-Personel Dinas Ketertiban (Dintib) Jogja yang terlibat dalam operasi Jogobaran mengaku sulit menindak pelanggaran yang dilakukan pedagang kaki lima (PKL) makanan di Malioboro. Pasalnya, tidak semua korban mau bersaksi di pengadilan.
Kasi Operasional Dintib Jogja Bayu Laksmono mengatakan, selama ini hanya menerima laporan dan aduan dari masyarakat dan sebatas menegur PKL yang dianggap melakukan pelanggaran.
“Banyak yang mengeluh kalau harga di Malioboro nuthuk,” ujarnya, Senin (20/7/2015).
Setelah Lebaran, setidaknya Pos Jogobaran yang berada di kawasan kantor UPT Malioboro menerima 10 aduan per hari dari masyarakat yang merasa harga makanan di Malioboro tidak wajar. Diterangkannya, ukuran tidak wajar adalah harga yang terlalu mahal ketimbang di tempat lain, maupun penjual yang tidak menempelkan harga di daftar menu makanannya.
Bayu mengungkapkan, setelah dilakukan pelaporan dan akan ditindak lebih lanjut justru si pelapor dalam hal ini wisatawan yang memilih untuk tidak membawa persoalan ini ke ranah penegakan perda. Mereka beralasan, apabila diperiksa dan menjadi saksi akan membuang-buang waktu, sementara tujuan ke Jogja untuk berlibur.
“Ini yang sulit kalau dibawa ke pengadilan, tidak ada saksi, jadi sejauh ini penindakan berupa teguran,” kata Bayu.
Kepala UPT Malioboro Teguh Syarif mengatakan, harus ada batasan jelas antara harga nuthuk dan mahal. “Nuthuk itu kalau tidak mencantumkan nominalnya dalam daftar menu, kalau mahal ya memang dia lebih tinggi daripada di tempat lain,” jabarnya.
Ia menilai, makanan mahal di Malioboro wajar selama mencantumkan harga di daftar menu. Terlebih, momentum Lebaran kerap dimanfaatkan pedagang untuk mengeruk keuntungan lebih mengingat banyak wisatawan yang bertandang ke Jogja
Teguh menyarankan masyarakat yang ingin membeli makanan untuk memastikan harga terlebih dulu. “Sesuai tidak dengan kemampuan kantong, kalau misalnya terlalu mahal bisa cari tempat lain,” tandasnya.
http://harianjogja.bisnis.com/read/2...-dulu-harganya
-----------------------------
Harusnya Pemda setempat dan Paguyuban PKL Makanan di kawasan kaki lima Malioboro itu bisa mencari solusi yang baik, agar turis nggak merasa "dikadali" setiap beli makanan disana. Minimal, harga makanan "WAJIB" ditempelkan di dinding atau di daftar menu. Tapi kabarnya, kebanyakan para pedagang PKL di Malioboro itu bukan warga asli Jogya yang dikenal sopan dan beradab di dalam menerima tamu-tamunya selama ini. Kebanyakan pedagang PKL makanan di Malioboro itu adalah penduduk pendatang dan pedagang musiman. Seharusnya warga Jogya dan Pemdanya bisa lebih tegas lagi kalau berita itu benar!
Jika kamu merupakan orang baru atau pelancong luar kota bisa jadi kamu menjadi korban 'harga semena-mena' dari pedagang.
06 Februari 2016 09:39
illustrasi
Brilio.net - Banyak orang yang menganggap bahwa makanan di kaki lima atau emperan harganya miring. Tapi jangan salah, jika kamu merupakan orang baru atau pelancong luar kota bisa jadi kamu menjadi korban 'harga semena-mena' dari pedagang.
Nasib inilah yang terjadi kepada temannya Lukman Juliantoro, sebagaimana dikutip brilio.net dari akun Twitternya, Sabtu (6/2). Dalam cuitannya Kamis (4/2), dia menuliskan, "Hati2 dab makan di Malioboro. Temenku baru pertama ke Jogja dan dia disambut dengan baik."
Status tersebut juga disertai dengan foto nota pesannya dengan total Rp 460.000, dengan rincian sebagai berikut:
- 6 gudeg ayam Rp 240.000
- 3 ayam penyet Rp 120.000
- 3 bakso Rp 30.000
- 6 teh anget Rp 30.000
- 1 es jeruk Rp 5.000
- 4 es teh Rp 20.000
- 3 nasi putih Rp 15.000
Tentu saja postingan ini mengundang komentar dari netizen seperti berikut ini:
- @rabkalasirhaf: "bulan lalu kakak sepupuku main ke Jogja & sempat ngeluh juga dengan harga makanan yang tidak masuk akal. Jogjaku kenapa begini?"
- @jacky_Stpl: "kadang banyak orang yang bilang makanan di Jogja murah jadi main pesan aja eh malah totalnya bikin jantungan"
- @ramadanarsya: "Malu bertanya apes jadinya. Budayakan tanya, baca, tanggap. Jangan waton ngemplok #jogja"
- @denimuhammed: "habis makan bisa jadi laper lagi lihat harganya. Buat pengalaman lain kali"
Jadi, biar kamu tidak mengalami hal yang sama, tidak ada salahnya untuk bertanya tentang harganya dulu sebelum kamu memutuskan untuk memesan. Happy Weekend guys!
https://www.brilio.net//duh/buset-ma...0-1602065.html
Wisatawan Malioboro Keluhkan Harga Makanan PKL
Kamis, 23 Juli 2015 10:20 WIB
Jalan Malioboro (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)Jalan Malioboro (JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto)
Harianjogja.com, JOGJA-Personel Dinas Ketertiban (Dintib) Jogja yang terlibat dalam operasi Jogobaran mengaku sulit menindak pelanggaran yang dilakukan pedagang kaki lima (PKL) makanan di Malioboro. Pasalnya, tidak semua korban mau bersaksi di pengadilan.
Kasi Operasional Dintib Jogja Bayu Laksmono mengatakan, selama ini hanya menerima laporan dan aduan dari masyarakat dan sebatas menegur PKL yang dianggap melakukan pelanggaran.
“Banyak yang mengeluh kalau harga di Malioboro nuthuk,” ujarnya, Senin (20/7/2015).
Setelah Lebaran, setidaknya Pos Jogobaran yang berada di kawasan kantor UPT Malioboro menerima 10 aduan per hari dari masyarakat yang merasa harga makanan di Malioboro tidak wajar. Diterangkannya, ukuran tidak wajar adalah harga yang terlalu mahal ketimbang di tempat lain, maupun penjual yang tidak menempelkan harga di daftar menu makanannya.
Bayu mengungkapkan, setelah dilakukan pelaporan dan akan ditindak lebih lanjut justru si pelapor dalam hal ini wisatawan yang memilih untuk tidak membawa persoalan ini ke ranah penegakan perda. Mereka beralasan, apabila diperiksa dan menjadi saksi akan membuang-buang waktu, sementara tujuan ke Jogja untuk berlibur.
“Ini yang sulit kalau dibawa ke pengadilan, tidak ada saksi, jadi sejauh ini penindakan berupa teguran,” kata Bayu.
Kepala UPT Malioboro Teguh Syarif mengatakan, harus ada batasan jelas antara harga nuthuk dan mahal. “Nuthuk itu kalau tidak mencantumkan nominalnya dalam daftar menu, kalau mahal ya memang dia lebih tinggi daripada di tempat lain,” jabarnya.
Ia menilai, makanan mahal di Malioboro wajar selama mencantumkan harga di daftar menu. Terlebih, momentum Lebaran kerap dimanfaatkan pedagang untuk mengeruk keuntungan lebih mengingat banyak wisatawan yang bertandang ke Jogja
Teguh menyarankan masyarakat yang ingin membeli makanan untuk memastikan harga terlebih dulu. “Sesuai tidak dengan kemampuan kantong, kalau misalnya terlalu mahal bisa cari tempat lain,” tandasnya.
http://www.harianjogja.com/baca/2015...nan-pkl-626459
Jajan Makanan Di PKL Malioboro, Pastikan Dulu Harganya
Kamis, 23/07/2015 09:11 WIB
Bisnis.com, JOGJA-Personel Dinas Ketertiban (Dintib) Jogja yang terlibat dalam operasi Jogobaran mengaku sulit menindak pelanggaran yang dilakukan pedagang kaki lima (PKL) makanan di Malioboro. Pasalnya, tidak semua korban mau bersaksi di pengadilan.
Kasi Operasional Dintib Jogja Bayu Laksmono mengatakan, selama ini hanya menerima laporan dan aduan dari masyarakat dan sebatas menegur PKL yang dianggap melakukan pelanggaran.
“Banyak yang mengeluh kalau harga di Malioboro nuthuk,” ujarnya, Senin (20/7/2015).
Setelah Lebaran, setidaknya Pos Jogobaran yang berada di kawasan kantor UPT Malioboro menerima 10 aduan per hari dari masyarakat yang merasa harga makanan di Malioboro tidak wajar. Diterangkannya, ukuran tidak wajar adalah harga yang terlalu mahal ketimbang di tempat lain, maupun penjual yang tidak menempelkan harga di daftar menu makanannya.
Bayu mengungkapkan, setelah dilakukan pelaporan dan akan ditindak lebih lanjut justru si pelapor dalam hal ini wisatawan yang memilih untuk tidak membawa persoalan ini ke ranah penegakan perda. Mereka beralasan, apabila diperiksa dan menjadi saksi akan membuang-buang waktu, sementara tujuan ke Jogja untuk berlibur.
“Ini yang sulit kalau dibawa ke pengadilan, tidak ada saksi, jadi sejauh ini penindakan berupa teguran,” kata Bayu.
Kepala UPT Malioboro Teguh Syarif mengatakan, harus ada batasan jelas antara harga nuthuk dan mahal. “Nuthuk itu kalau tidak mencantumkan nominalnya dalam daftar menu, kalau mahal ya memang dia lebih tinggi daripada di tempat lain,” jabarnya.
Ia menilai, makanan mahal di Malioboro wajar selama mencantumkan harga di daftar menu. Terlebih, momentum Lebaran kerap dimanfaatkan pedagang untuk mengeruk keuntungan lebih mengingat banyak wisatawan yang bertandang ke Jogja
Teguh menyarankan masyarakat yang ingin membeli makanan untuk memastikan harga terlebih dulu. “Sesuai tidak dengan kemampuan kantong, kalau misalnya terlalu mahal bisa cari tempat lain,” tandasnya.
http://harianjogja.bisnis.com/read/2...-dulu-harganya
-----------------------------
Harusnya Pemda setempat dan Paguyuban PKL Makanan di kawasan kaki lima Malioboro itu bisa mencari solusi yang baik, agar turis nggak merasa "dikadali" setiap beli makanan disana. Minimal, harga makanan "WAJIB" ditempelkan di dinding atau di daftar menu. Tapi kabarnya, kebanyakan para pedagang PKL di Malioboro itu bukan warga asli Jogya yang dikenal sopan dan beradab di dalam menerima tamu-tamunya selama ini. Kebanyakan pedagang PKL makanan di Malioboro itu adalah penduduk pendatang dan pedagang musiman. Seharusnya warga Jogya dan Pemdanya bisa lebih tegas lagi kalau berita itu benar!
nyari warung yang majang daftar menu dan daftar harga.. atau gak,gak ada salahnya nanya2 dulu harganya sebelum beli daripada nyesel krn harganya kemahalan
Ilmu Blangkon " Alus di depan, Benjol di belakang "
Kan bisa tanya dulu harganya sebelum makan..? Jadilah konsumen yg pandai
Wah.. bisa bahaya nh,. Pemerasan tanpa di sadarin..
Klo makan d malioboro mending pilih kr mallnya.. Klo g cari diluar sana...
pedagang bkn warga jogja tp dr luar jogja?maksudnya luar jogja itu sleman bantul westprog n GK gitukah atau bagaimana.klo musiman kok tiap minggu pasti ada.pdhl jogja itu terkenal murah dan nyamanya serta wisatanya
Kan uda terkenal dari dulu, mbendol mburi, manis di depan aja.
Makanya ga minat jalan2 kesana
Makanya ga minat jalan2 kesana
Yang mahal Gudek sama Ayam Penyet sisanya masih wajar
Media mainstream nyari traffic, beberapa tahun lalu udah ada kok berita serupa dan sudah ditindaklanjuti sri sultan. Pedagangnya aja yang bandel dan nekad, ditambah pengunjung yang sungkan buat bertanya dulu. Kenapa gak tanya dulu? Malu, kalo duitnya gak cukup?
Karena malu tanya, digetok harga. Meweknya di Sosmed
Karena malu tanya, digetok harga. Meweknya di Sosmed
Baru tau ya?
es jeruk 5rbu?
bukan cuma PKL nys aja, tukang becaknya juga, dari dulu terkenal suka nyasar2in penumpang
Jadi banyak korban nih
Tiongkok hold bumn railways
Puasa aje udeh kalo mao kejogja
Puasa aje udeh kalo mao kejogja
sempet ngetop kan beberapa tahun yg lalu ???
masih aje ada yg kena
masih aje ada yg kena
6 gudeg ayam Rp 240.000 @40.000
3 ayam penyet Rp 120.000 @40.000
3 bakso Rp 30.000 @10.000
6 teh anget Rp 30.000 @5.000
1 es jeruk Rp 5.000
4 es teh Rp 20.000 @5.000
3 nasi putih Rp 15.000 @5.000
** memang si yg overprice cuma ayam penyet, ngepruk e pollll... klo gudheg emang mahal coy. Palagi yg komplit, tapi tetep agak overprice sedikit...
** nasi yo ngepruk iki... kampret sing dodolan
** es teh, teh anget, jeruk sing dodol nggapleki. Males ngitung wes ngepruk pukul rata lagi...
** bakso. Rodo overprice... dodolan neng jowo harga jakarta.. mantablah
Lain kali budayakan bertanya, klo gengsi mending ga usah makan ditempat yg ga ada daftar harganya. Biasanya wisatawan.. suka gengsi klo tanya masalah harga, sementara penjualnya dah punya jurus mustajab klo smpe liat wisatawan ngeperr setelah tanya harga..
3 ayam penyet Rp 120.000 @40.000
3 bakso Rp 30.000 @10.000
6 teh anget Rp 30.000 @5.000
1 es jeruk Rp 5.000
4 es teh Rp 20.000 @5.000
3 nasi putih Rp 15.000 @5.000
** memang si yg overprice cuma ayam penyet, ngepruk e pollll... klo gudheg emang mahal coy. Palagi yg komplit, tapi tetep agak overprice sedikit...
** nasi yo ngepruk iki... kampret sing dodolan
** es teh, teh anget, jeruk sing dodol nggapleki. Males ngitung wes ngepruk pukul rata lagi...
** bakso. Rodo overprice... dodolan neng jowo harga jakarta.. mantablah
Lain kali budayakan bertanya, klo gengsi mending ga usah makan ditempat yg ga ada daftar harganya. Biasanya wisatawan.. suka gengsi klo tanya masalah harga, sementara penjualnya dah punya jurus mustajab klo smpe liat wisatawan ngeperr setelah tanya harga..
Bener tuh, tanya harganya. Mending cari di luar Malioboro. Deretan Jl KH Ahmad Dahlan tuhkan berderet juga yang jualan makanan, ato kebarat lagi di Wirobrajan, JL Piere Tendean (keselatan), jl Hos cokroaminoto (keutara) itu banyak banget yang jualan harga terjangkau
Quote:Original Posted By kenthussed ►
pedagang bkn warga jogja tp dr luar jogja?
maksudnya luar jogja itu sleman bantul westprog
n GK gitukah atau bagaimana.klo musiman kok
tiap minggu pasti ada.pdhl jogja itu terkenal
murah dan nyamanya serta wisatanya
Jogja terkenal dengan murah itu emang bener gan, tapi kan "Kebanyakan para wisatawan menganggap jogja itu cuma seputar Malioboro, Keraton, Prambanan". Padahal masih banyak tempat2 menarik, serta makanan murah dan enak.
Via: Kaskus.co.id
pedagang bkn warga jogja tp dr luar jogja?
maksudnya luar jogja itu sleman bantul westprog
n GK gitukah atau bagaimana.klo musiman kok
tiap minggu pasti ada.pdhl jogja itu terkenal
murah dan nyamanya serta wisatanya
Jogja terkenal dengan murah itu emang bener gan, tapi kan "Kebanyakan para wisatawan menganggap jogja itu cuma seputar Malioboro, Keraton, Prambanan". Padahal masih banyak tempat2 menarik, serta makanan murah dan enak.
visit our site
BalasHapus