Halo agan dan sistah, apa kabar? Semoga selalu dalam lindungan Yang Maha Pencipta Allah SWT. Ini Thread kedua ane di Kaskus. Sebagai nubi dengan status silent reader setahun lebih untuk belajar banyak bikin thread di Kaskus, ane tercengang thread perdana ane kemarin yang berjudul 7 Mega Konstruksi Pembangunan dan Ikon Indonesia di Panggung Dunia langsung diganjar HT. Makasih agan dan sista yang sudah negeramein thread ane. Salam hormat buat momod yang kece.
Quote:Quote:AWAS BUTA
Di thread kedua ini, ane mau bahas sedikit tentang Pilkada Jakarta yang makin mendidih meskipun pilkadanya setahun lagi.
Quote:Quote:Siapa @Kurawa?
Nah, di Twitter nih lagi ramai perseteruan antara akun @Kurawa dan beberapa petinggi Tempo. @Kurawa yang bernama asli Rudi adalah pendukung garis keras dan die hard Ahok. Dia sih bilang relawan. Tapi, di Jakarta mana ada sih makan siang gratis.
@Kurawa kemungkinan besar dibayar untuk mati-matian membela Ahok. Ya, seperti buzzer yang lain. Jumlah resminya 20 orang, yaitu mereka yang pernah diundang makan malam di rumah Ahok. Dimana dalam jamuan makan malam tersebut, buzzer ketahuan minum bir. Foto-foto mereka beredar luas dan masif di sosial media.
Sebagai buzzer, @Kurawa tentu disuplai data-data dan informasi oleh Ahok dan timnya. Termasuk dibekali informasi untuk mencitrakan Ahok dan menghajar yang kontra Ahok. Karena itu, ane percaya data-data dan informasi soal bos Tempo yang mengajukan mengajukan 'proposal proyek riset' tapi ditolak Ahok dan akhirnya meledak menjadi sumber sakit hati.
Ini foto para buzzer Ahok
Quote:Quote:Dililit Utang Rp 100 Miliar, Tempo Terancam Bangkrut?
Semakin hari, kecurigaan politisasi dan eksploitasi reklamasi semakin mencuat. Banyak pihak yang, meminjam bahasa majalah Tempo, TERENDUS ikut bermain. Antara lain pengusaha yang merasa terancam oleh kompetitor, politisi dan bahkan media.
Terakhir, yang jadi pergunjingan adalah Majalah Tempo yang dulu adalah pemuja fanatik Ahok, secara mengherankan tiba-tiba berbalik menyerang. Seorang selebtwit, @Kurawa dalam kicauannya di twitter menuding Tempo berkomplot menyerang Ahok terkait reklamasi karena proposal-proposalnya ditolak.
Kurang jelas, apa yang dimaksud adalah proposal iklan untuk media-media milik Tempo. Belakangan, media ini memang disinyalir merugi dan didera masalah keuangan. Dan Pilkada DKI adalah momentum untuk meraup laba sebesar-besar untuk kemakmuran pemiliknya.
Di salah satu media nasional, Bisnis Indonesia memberitakan, per Maret 2016 laba bersih Tempo diberitakan anjlok (Bisnis Indonesia : Laba Bersih Tempo Inti Media Anjlok 79% . Hanya Rp 6,8 miliar. Dengan keuntungan sekecil itu, darimana kira-kira Tempo bisa menggaji wartawan dan karyawan serta menjaga kelangsungan operasional bisnis jika tidak kreatif menjadi pendanaan.
Quote:Sebetulnya, sudah lama Tempo hampir gulung tikar. Ibaratnya, sudah megap-megap.
Laporan keuangan PT. Tempo Inti Media Tbk yang dipublikasikan EMIS (Emerging Markets Information Service) tahun 2012 menyebutkan perusahaan mengalami kerugian. Pada bisnis kuartal 1 (Jan-Mar 2012), PT. Tempo Inti Media Tbk mengalami kerugian bersih Rp. 1,4 Milyar. Secara kumulatif pada kuartal 2 (Jan-Juni 2012), total kerugian bersih PT. Tempo Inti Media Tbk menjadi Rp. 8,5 Milyar. Ini kondisi tahun 2012. Saat ini? Sama saja.
Sebetulnya, waktu itu Tempo sudah kelimpungan dan hampir tutup. Namun karena sesepuh Tempo, Goenawan Muhamad mendukung pemerintahan SBY-Boediono, maka Tempo selamat. Tempo banyak mendapat orderan iklan dari kementrian. Coba saja cek kliping koran Tempo tahun-tahun ketika SBY-Boediono masih berkuasa, setiap hari Koran Tempo dihiasi iklan dari kementrian.Terutama iklan lelang atau tender proyek. Ini fakta! Sekarang, sepertinya lagi gersang. Tempo memutar otak mencari dana segar untuk menjaga keberlajutan hayat mereka. Maka, yang paling mungin adalah ikut "bermain" di Pilkada Jakarta.
Quote:
Saat ini Tempo masih dililit utang sebesar Rp 100 Miliar. Karenanya, Tempo berencana melakukan right issue pada tahun 2016 ini. Jadi saat ini, kondisi keuangan Tempo memang tidak sehat. Itu diakui oleh Toriq Hadad, Direktur PT Tempo Inti Media Tbk.
Quote:"Paling tidak, dana rights issue bisa digunakan untuk membayar utang. Utang kami sekarang Rp100 miliar untuk bangun gedung. Ditambah ekspansi usaha, jadi harus lebih dari itu," kata Toriq kepada Harian Bisnis Indonesia. Link berita selengkapnya Bisnis Indonesia (1/Juni/2016) Tempo Bakal Right Issue Untuk Bayar Utang Rp 100 Miliar
Quote:
Memburu Triliunan Dana Pilkada
Pilkada DKI adalah momentum emas untuk meraup untung. Harus ada yang terjaring dari triliunan uang yang beredar dalam percaturan politik lima tahunan di Ibu Kota ini.
Ditambah dengan reklamasi yang dikerjakan oleh sejumlah developer raksasa Indonesia, maka siapa yang tak tergiur. Singkatnya, pilkada dan reklamasi adalah proyek ribuan triliun. Harus kreatif dimainkan agar menghasilkan.
Payahnya, reklamasi yang bertujuan untuk pembangunan malah diseret-seret ke ranah politik dan hukum. Masyarakat yang tidak tau apa-apa dipanas-panasin, diprovokasi untuk menolak reklamasi dengan berbagai dalih yang dibuat-buat dan dangkal. Reklamasi diasosiasikan secara kuat ke dalam person politikus tertentu. Tapi, masyarakat tak tinggal diam. Gelagat kotor politisisasi dan perburuan rente dalam kasus reklamasi terendus.
Dari penelusuran berbagai pihak, sederet fakta terkuak ihwal politisasi reklamasi.
Salah satunya terkait penggusuran Pasar Ikan Luar Batang. Penggusuran pemukiman liar di kawasan Pasar Ikan Luar Batang di Penjaringan, Jakarta Utara, ramai dikait-kaitkan dengan proyek pembangunan apartemen dan megaproyek reklamasi Blok G (Pluit City) yang dikembangkan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN). Pluit City adalah proyek kota baru yang rencananya akan dikembangkan di atas lahan reklamasi.
Diketahui, bahwa saat ini reklamasi menjadi bola panas jelang Pilkada. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, tidak dipermasalahkan. Bahkan ketika reklamasi tersebut mulai berjalan. Baru belakangan, reklamasi dikait-kaitkan dengan suksesi kepemimpinan di DKI.
Benarkah Luar Batang digusur supaya lahannya bisa dipakai proyek Podomoro? Atau ini cuma komoditas politik belaka untuk menjegal langkah Ahok di arena pemilihan Gubernur Jakarta 2017 mendatang?
Berikut ini, kutipan analisa salah satu media, bareksa.com membeberkan data dan faktanya pada kita.
Quote:
Sebagaimana terlihat di peta, lokasi Pluit City ternyata terpaut jauh dengan Luar Batang, berjarak sekitar 10 kilometer. Hal ini terang dinyatakan dalam materi presentasi Agung Podomoro Land pada tahun 2015 lalu.
Quote:Selain itu, juga berseliweran kabar bahwa pasar ikan tersebut digusur karena lahannya kelak akan digunakan untuk proyek apartemen milik Agung Podomoro. Faktanya, setelah ditelusuri, di areal Luar Batang itu Agung Podomoro tidak memiliki land bank.
Dalam laporan keuangan tahun 2015, tercatat cadangan lahan milik Agung Podomoro hanya berlokasi di Tanjung Duren 6.775 meter persegi, Klender 95.000 meter persegi, dan Kelapa Gading 4.000 meter persegi. Pejabat Investor Relations APLN, Wibisono, menyatakan kepada Bareksa bahwa hingga kini apartemen milik Agung Podomoro di kawasan Pluit hanyalah Green Bay Pluit.
Quote:
Adapun apartemen terdekat dari kawasan Luar Batang adalah Pluit Sea View--terpaut jarak 2 kilometer. Dan kompleks apartemen tersebut bukan milik Podomoro, tapi dibangun oleh PT Binakarya Propertindo Group, induk PT Binakarya Jaya Abadi Tbk (BIKA).
Manajemen Agung Podomoro Land telah membantah tudingan yang mengaitkan penggusuran Luar Batang dengan dua proyek perusahaannya itu. "Enggak lah. Luar Batang kan baru saja dibongkar. Lagi kondisi begini, bisa lebih parah. Kami belum ada cerita apa pun di internal mengenai hal itu. Sekarang ini kami sedang konsolidasi proyek yang ada," kata Alvin Andronicus, General Manager Marketing.
Quote:
Selain itu, jika diperiksa di peta zonasi tata ruang Jakarta, lokasi Pasar Ikan Luar Batang terang dinyatakan merupakan lahan milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta, yang diperuntukkan bagi lahan ruang terbuka hijau, bukan untuk pemukiman.
Quote:Fakta-fakta yang tersaji di sini bukanlah data eksklusif. Sudah banyak beredar luas di luar sana. Thread ini hanya membantu memintal menjadi satu tenun cerita yang utuh sembari menuntun kita menemukan apa yang sesungguhnya terjadi.
Di sini, kita membuka dengan terang benderang bahwa reklamasi yang mestinya menjadi agenda pembangunan ekonomi, ternyata dikorbankan. Dipolitisasi sedemikian rupa. Mereka yang berburu rupiah, tau bahwa ada uang triliunan yang berputar untuk proyek reklamasi dan pilkada DKI. Berbagai cara pun dilakukan, termasuk mengorbankan kepentingan rakyat.
Sebetulnya, dalam beberapa hal berita-berita Tempo sangat bagus. gaya menulisnya juga khas. Tapi entah kenapa jika berita berkaitan dengan politik, Tempo sangat tendensius. Jangan membenci media, jika ia jujur mengungkap kebenaran.
Juga jangan mau dicekoki dengan provokasi murahan, untuk kepentingan perut segelintir pihak yang tidak mau melihat Indonesia maju.
Dan ingat, media memiliki tugas suci menyampaikan kebenaran. Bukan memutar balik kenyataan demi meraup keuntungan. Jika media sudah main serong, maka saatnya kita eliminasi agar terjungkal dari gelanggang. Toh, sekarang informasi sudah melimpah dan mudah kita dapatkan.
Demikian thread sederhana ane. Bila sekiranya ada yang kurang berkenan dan salah-salah kata, mohon dimaafkan. Manusia adalah tempatnya cela, tapi saling mencela bukanlah budaya kita.
Referensi dan data-data ane ambil dari media berbasis ekonomi, agar lebih jernih dan tidak tercemar aroma politis.
Quote:http://market.bisnis.com/read/201603...tmpo-anjlok-79
http://koran.bisnis.com/read/2016060...l-rights-issue
http://www.bareksa.com/id/text/2016/...13114/analysis
Quote:Quote:AWAS BUTA
Di thread kedua ini, ane mau bahas sedikit tentang Pilkada Jakarta yang makin mendidih meskipun pilkadanya setahun lagi.
Quote:Quote:Siapa @Kurawa?
Nah, di Twitter nih lagi ramai perseteruan antara akun @Kurawa dan beberapa petinggi Tempo. @Kurawa yang bernama asli Rudi adalah pendukung garis keras dan die hard Ahok. Dia sih bilang relawan. Tapi, di Jakarta mana ada sih makan siang gratis.
@Kurawa kemungkinan besar dibayar untuk mati-matian membela Ahok. Ya, seperti buzzer yang lain. Jumlah resminya 20 orang, yaitu mereka yang pernah diundang makan malam di rumah Ahok. Dimana dalam jamuan makan malam tersebut, buzzer ketahuan minum bir. Foto-foto mereka beredar luas dan masif di sosial media.
Sebagai buzzer, @Kurawa tentu disuplai data-data dan informasi oleh Ahok dan timnya. Termasuk dibekali informasi untuk mencitrakan Ahok dan menghajar yang kontra Ahok. Karena itu, ane percaya data-data dan informasi soal bos Tempo yang mengajukan mengajukan 'proposal proyek riset' tapi ditolak Ahok dan akhirnya meledak menjadi sumber sakit hati.
Ini foto para buzzer Ahok
Quote:Quote:Dililit Utang Rp 100 Miliar, Tempo Terancam Bangkrut?
Semakin hari, kecurigaan politisasi dan eksploitasi reklamasi semakin mencuat. Banyak pihak yang, meminjam bahasa majalah Tempo, TERENDUS ikut bermain. Antara lain pengusaha yang merasa terancam oleh kompetitor, politisi dan bahkan media.
Terakhir, yang jadi pergunjingan adalah Majalah Tempo yang dulu adalah pemuja fanatik Ahok, secara mengherankan tiba-tiba berbalik menyerang. Seorang selebtwit, @Kurawa dalam kicauannya di twitter menuding Tempo berkomplot menyerang Ahok terkait reklamasi karena proposal-proposalnya ditolak.
Kurang jelas, apa yang dimaksud adalah proposal iklan untuk media-media milik Tempo. Belakangan, media ini memang disinyalir merugi dan didera masalah keuangan. Dan Pilkada DKI adalah momentum untuk meraup laba sebesar-besar untuk kemakmuran pemiliknya.
Di salah satu media nasional, Bisnis Indonesia memberitakan, per Maret 2016 laba bersih Tempo diberitakan anjlok (Bisnis Indonesia : Laba Bersih Tempo Inti Media Anjlok 79% . Hanya Rp 6,8 miliar. Dengan keuntungan sekecil itu, darimana kira-kira Tempo bisa menggaji wartawan dan karyawan serta menjaga kelangsungan operasional bisnis jika tidak kreatif menjadi pendanaan.
Quote:Sebetulnya, sudah lama Tempo hampir gulung tikar. Ibaratnya, sudah megap-megap.
Laporan keuangan PT. Tempo Inti Media Tbk yang dipublikasikan EMIS (Emerging Markets Information Service) tahun 2012 menyebutkan perusahaan mengalami kerugian. Pada bisnis kuartal 1 (Jan-Mar 2012), PT. Tempo Inti Media Tbk mengalami kerugian bersih Rp. 1,4 Milyar. Secara kumulatif pada kuartal 2 (Jan-Juni 2012), total kerugian bersih PT. Tempo Inti Media Tbk menjadi Rp. 8,5 Milyar. Ini kondisi tahun 2012. Saat ini? Sama saja.
Sebetulnya, waktu itu Tempo sudah kelimpungan dan hampir tutup. Namun karena sesepuh Tempo, Goenawan Muhamad mendukung pemerintahan SBY-Boediono, maka Tempo selamat. Tempo banyak mendapat orderan iklan dari kementrian. Coba saja cek kliping koran Tempo tahun-tahun ketika SBY-Boediono masih berkuasa, setiap hari Koran Tempo dihiasi iklan dari kementrian.Terutama iklan lelang atau tender proyek. Ini fakta! Sekarang, sepertinya lagi gersang. Tempo memutar otak mencari dana segar untuk menjaga keberlajutan hayat mereka. Maka, yang paling mungin adalah ikut "bermain" di Pilkada Jakarta.
Quote:
Saat ini Tempo masih dililit utang sebesar Rp 100 Miliar. Karenanya, Tempo berencana melakukan right issue pada tahun 2016 ini. Jadi saat ini, kondisi keuangan Tempo memang tidak sehat. Itu diakui oleh Toriq Hadad, Direktur PT Tempo Inti Media Tbk.
Quote:"Paling tidak, dana rights issue bisa digunakan untuk membayar utang. Utang kami sekarang Rp100 miliar untuk bangun gedung. Ditambah ekspansi usaha, jadi harus lebih dari itu," kata Toriq kepada Harian Bisnis Indonesia. Link berita selengkapnya Bisnis Indonesia (1/Juni/2016) Tempo Bakal Right Issue Untuk Bayar Utang Rp 100 Miliar
Quote:
Memburu Triliunan Dana Pilkada
Pilkada DKI adalah momentum emas untuk meraup untung. Harus ada yang terjaring dari triliunan uang yang beredar dalam percaturan politik lima tahunan di Ibu Kota ini.
Ditambah dengan reklamasi yang dikerjakan oleh sejumlah developer raksasa Indonesia, maka siapa yang tak tergiur. Singkatnya, pilkada dan reklamasi adalah proyek ribuan triliun. Harus kreatif dimainkan agar menghasilkan.
Payahnya, reklamasi yang bertujuan untuk pembangunan malah diseret-seret ke ranah politik dan hukum. Masyarakat yang tidak tau apa-apa dipanas-panasin, diprovokasi untuk menolak reklamasi dengan berbagai dalih yang dibuat-buat dan dangkal. Reklamasi diasosiasikan secara kuat ke dalam person politikus tertentu. Tapi, masyarakat tak tinggal diam. Gelagat kotor politisisasi dan perburuan rente dalam kasus reklamasi terendus.
Dari penelusuran berbagai pihak, sederet fakta terkuak ihwal politisasi reklamasi.
Salah satunya terkait penggusuran Pasar Ikan Luar Batang. Penggusuran pemukiman liar di kawasan Pasar Ikan Luar Batang di Penjaringan, Jakarta Utara, ramai dikait-kaitkan dengan proyek pembangunan apartemen dan megaproyek reklamasi Blok G (Pluit City) yang dikembangkan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN). Pluit City adalah proyek kota baru yang rencananya akan dikembangkan di atas lahan reklamasi.
Diketahui, bahwa saat ini reklamasi menjadi bola panas jelang Pilkada. Padahal di tahun-tahun sebelumnya, tidak dipermasalahkan. Bahkan ketika reklamasi tersebut mulai berjalan. Baru belakangan, reklamasi dikait-kaitkan dengan suksesi kepemimpinan di DKI.
Benarkah Luar Batang digusur supaya lahannya bisa dipakai proyek Podomoro? Atau ini cuma komoditas politik belaka untuk menjegal langkah Ahok di arena pemilihan Gubernur Jakarta 2017 mendatang?
Berikut ini, kutipan analisa salah satu media, bareksa.com membeberkan data dan faktanya pada kita.
Quote:
Sebagaimana terlihat di peta, lokasi Pluit City ternyata terpaut jauh dengan Luar Batang, berjarak sekitar 10 kilometer. Hal ini terang dinyatakan dalam materi presentasi Agung Podomoro Land pada tahun 2015 lalu.
Quote:Selain itu, juga berseliweran kabar bahwa pasar ikan tersebut digusur karena lahannya kelak akan digunakan untuk proyek apartemen milik Agung Podomoro. Faktanya, setelah ditelusuri, di areal Luar Batang itu Agung Podomoro tidak memiliki land bank.
Dalam laporan keuangan tahun 2015, tercatat cadangan lahan milik Agung Podomoro hanya berlokasi di Tanjung Duren 6.775 meter persegi, Klender 95.000 meter persegi, dan Kelapa Gading 4.000 meter persegi. Pejabat Investor Relations APLN, Wibisono, menyatakan kepada Bareksa bahwa hingga kini apartemen milik Agung Podomoro di kawasan Pluit hanyalah Green Bay Pluit.
Quote:
Adapun apartemen terdekat dari kawasan Luar Batang adalah Pluit Sea View--terpaut jarak 2 kilometer. Dan kompleks apartemen tersebut bukan milik Podomoro, tapi dibangun oleh PT Binakarya Propertindo Group, induk PT Binakarya Jaya Abadi Tbk (BIKA).
Manajemen Agung Podomoro Land telah membantah tudingan yang mengaitkan penggusuran Luar Batang dengan dua proyek perusahaannya itu. "Enggak lah. Luar Batang kan baru saja dibongkar. Lagi kondisi begini, bisa lebih parah. Kami belum ada cerita apa pun di internal mengenai hal itu. Sekarang ini kami sedang konsolidasi proyek yang ada," kata Alvin Andronicus, General Manager Marketing.
Quote:
Selain itu, jika diperiksa di peta zonasi tata ruang Jakarta, lokasi Pasar Ikan Luar Batang terang dinyatakan merupakan lahan milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta, yang diperuntukkan bagi lahan ruang terbuka hijau, bukan untuk pemukiman.
Quote:Fakta-fakta yang tersaji di sini bukanlah data eksklusif. Sudah banyak beredar luas di luar sana. Thread ini hanya membantu memintal menjadi satu tenun cerita yang utuh sembari menuntun kita menemukan apa yang sesungguhnya terjadi.
Di sini, kita membuka dengan terang benderang bahwa reklamasi yang mestinya menjadi agenda pembangunan ekonomi, ternyata dikorbankan. Dipolitisasi sedemikian rupa. Mereka yang berburu rupiah, tau bahwa ada uang triliunan yang berputar untuk proyek reklamasi dan pilkada DKI. Berbagai cara pun dilakukan, termasuk mengorbankan kepentingan rakyat.
Sebetulnya, dalam beberapa hal berita-berita Tempo sangat bagus. gaya menulisnya juga khas. Tapi entah kenapa jika berita berkaitan dengan politik, Tempo sangat tendensius. Jangan membenci media, jika ia jujur mengungkap kebenaran.
Juga jangan mau dicekoki dengan provokasi murahan, untuk kepentingan perut segelintir pihak yang tidak mau melihat Indonesia maju.
Dan ingat, media memiliki tugas suci menyampaikan kebenaran. Bukan memutar balik kenyataan demi meraup keuntungan. Jika media sudah main serong, maka saatnya kita eliminasi agar terjungkal dari gelanggang. Toh, sekarang informasi sudah melimpah dan mudah kita dapatkan.
Demikian thread sederhana ane. Bila sekiranya ada yang kurang berkenan dan salah-salah kata, mohon dimaafkan. Manusia adalah tempatnya cela, tapi saling mencela bukanlah budaya kita.
Referensi dan data-data ane ambil dari media berbasis ekonomi, agar lebih jernih dan tidak tercemar aroma politis.
Quote:http://market.bisnis.com/read/201603...tmpo-anjlok-79
http://koran.bisnis.com/read/2016060...l-rights-issue
http://www.bareksa.com/id/text/2016/...13114/analysis
Reserved untuk komentar berbobot dari agan dan sistah
Terima kasih buat momod yang sudah naruh thread ini di HT. Juga terima kasih atas respon agan-sista semua. Ane lagi sortir komentar terpilih untuk ditaruh di pertamax ini. Banyak banget komentar berbobot.
Quote:Original Posted By okajeve108 ►
Quote:Original Posted By eyefirst2 ►
kadang uang membutakan mata...yang tadinya pro menjadi kontra...teman menjadi musuh...apalagi kalo sudah masuk ranah politik...belakangan ini politik dinegara kita semakin kotor saja...loby - loby tak mempan,provokasi sampai menghalalkan berbagai cara...dari saling serang dimedia...berlagak seperti salesman door to door...rusun to rusun...kampung to kampung...sampai demo anarkis...yang kalah tidak bisa legowo,malah cenderung menjatuhkan...kapan DKI Jakarta akan maju seperti kota - kota metropolitan lainnya didunia ini...kapan Indonesia mau bangkit dan mengejar ketinggalannya dibanding negara tetangga...damai lah DKI Jakarta ku dan damailah Indonesia ku...
.
Quote:Original Posted By semutpedes ►
Biarlah mereka berkelahi, saling membuka aib masing-masing, maka sama saja mereka menelanjangi dirinya sendiri dihadapan umum..
Menjadi ruwet kalau kedua belah pihak memiliki pendukung.
Padahal bisa jadi Tempe dan Kurawa kerjasama dibawah kendali 'GodMother' (pinjam istilah Kurawa) Tempe.
Segala kemungkinan yang terjadi menurut gw:
1. kalau mau membuat tontonan dan memiliki alur cerita yang seru, maka 'dalang' wajib membagi peran para pelakon. Dalam hal ini, Tempe diberi lakon sebagai Media yang lagi BU *Butuh Uang, sedangkan Kurawa memiliki peran sebagai Pendekar yang membela orang no 1 di DKI.
2. Dalang membagi skenario kepada dua pelakon ini. Tempe bertugas membuat kabar bombasme soal orang no 1 di DKI, sedangkan Kurawa berperan sebagai pendekar pembela orang no 1 di DKI. Sementara sang dalang duduk di depan layar komputer sambil membakar cerutu ditemani segelas wine.
3. Peperangan Tempe dan Kurawa jelas menguntungkan keduabelah pihak. Terutama si dalang.
4. Tempe akan mendapatkan pasokan dana dari para pembenci orang no 1 di DKI, sedangkan Kurawa akan mendapatkan dukungan dari pendukung orang no 1 di DKI. Coba kalau seandainya Kurawa ga muncul, maka berita2 bombasme Tempe ga bakal laku dan ga dilirik.
5. Justeru karena kehadiran kurawa lah yang membuat posisi tawar Tempe jadi naik. Yang tadinya ga laku tiba2 jadi laku, para pembeci orang no 1 di DKI datang dan memberikan support dana segar sedangkan Kurawa memang berperan sebagai kompor yang bikin panas para pendukung orang no 1 di DKI, tujuannya agar menyerang Tempe dan partisannya.
6. Dari cerita yang dibikin dalang inilah pada akhirnya Tempe selamat dari kehancurannya. Siapa sang penyelamat Tempe, jawabnya Kurawa..krn peran Kurawa memang dipersiapkan sang dalang untuk membuat para pembenci orang no 1 DKI menggelontorkan danya ke Tempe demi melawan orang no 1 di DKI.
7. Karena sang dalang pengen lebih terkenal, celakanya sang dalang ikut dalam pementasan sandiwara yang dia ciptakan sendiri.
Kenapa gw punya analisa kemungkinan kerjasama di balik cerita TEMPE VS KURAWA. Karena, fakta yang gw temukan :
1. TEMPE tidak pernah atau memiliki niat untuk menggugat KURAWA
2. Dalam waktu dekat TEMPE akan lakukan right issue untuk melunasi utang Rp 100 milyar ++ lihat http://koran.bisnis.com/read/2016060...-rights-issue.
Artinya right issue belum tentu dapat melunasi hutang, karena jumlah utangnya lbh dari 100 milyar.
3. Maka itu harus ada pundi-pundi pendapatan. Dari mana pendapatannya dari lakon peperangan antara TEMPE dan KURAWA..
Ini sekedar analisa yaa..belum tentu benar apa yang gw tulis disini. Kalau salah silahkan di kritik, kalau berbeda pendapat atau analisa silahkan dibantah. Gw terbuka untuk dikritik dan dibantah...hehehe
Quote:Original Posted By rhaul ►
Ane mau komen netral aja *lalu lewatlah eno netral* :
Media saat ini mulai kebablasan. Tapi sayangnya selalu berlindung dibawah naungan "Kebebasan Pers".
Kalau tujuannya baik sih gpp, tapi sekarang kan banyak juga yang demi tujuan kelompok dan pembiayanya.
Masalah reklamasi memang kentara banget aroma Pilkada DKInya. Logika aja itu reklamasi udah ada bentukannya, berarti udah lama toh gak mungkin "bim salabim jadi apa prok prok prok" kemudian jadi dalam waktu semalam.
Jujur ane udh males sama media jaman sekarang.
Quote:Original Posted By inininiss ►
"Bad news is good news" mungkin dari kalimat itu bisa dipahami kenapa media jarang memberitakan hal baik, karena yang kontroversi lebih diminati banyak orang cmiiw.
Media itu mengambil keuntungan dari para pengiklan dan cara agar pengiklan mau beriklan dimedia dengan besarnya "share" atau banyaknya orang yang membaca/menonton/mendengar media tersebut.
Threadnya bagus gan, kesimpulannya jangan langsung percaya dengan apa yang media beritakan. Lebih kritis dengan pemberitaan di media sekarang.
Sorry gw bahas dari segi media doang..sisi politiknya masih gw pelajari hehehe
Quote:Original Posted By gibran.m ►
Ane ngikutin berita2 di berbagai media (cetak sm internet). Kok ane justru liatnya tempo yang paling ngawal isu ini ya gan? Soalnya yg ane tau ini kasus emang udah dari dulu banget. Tapi bertaun-taun proyek ini berenti. Baru di era belakangan dimulai lagi. Nah coba agan2 cek arsip majalah tempo 2-3 taun terakhir. Seinget ane tempo yg pling awal ngawal isu ini sejak proyek dimulai lagi. Koreksi ane kalo salah gan.
Ane sering ngbrol sama wartawan2. Dan emang bener, Tempo sama Kompas itu dua media yg paling peduli sm kesejahteraan wartawan gan. Apalagi kalo bukan buat jaga independensi berita.
Ada beberapa temen ane di tempo. Ada yg baru 2-3 tahun. Ada yg udah belasan taun. Dari cerita mereka ane dapet kesan kalo rapat redaksi di Tempo itu yang paling ketat dibanding media2 lain. Dosen2, org2 ahli, smpe buku2 didatengin cuma demi akurasi berita. Itu sebabnya bnyak mantan wartawan tempo yg pinter2 dan jadi tokoh di Indonesia. Mereka bukan sembarang wartawan.
Kompas juga gitu sih. Tapi mungkin karena itu perusahaan saking gedenya jadi gak seketat tempo.
Ane bukan bela2in tempo gan. Tapi ane udah bandingin medianya. Dan kebetulan beberapa kali ngobrol sm orang2 media. Dan agan juga perlu pelajari sejarah tempo sejak orde baru sebelum menyamakan tempo sm media2 lain. Emang bener sekarang makin banyak media yang kualitasnya kayak sampah. Tapi menurut ane, di majalah tempo kita harusnya berharap kualitas media terbaik.
Soal tuduhan tempo "dibayar" sama pemda. Coba agan cari di berita. Tempo pernah balikin duit 1 miliar dari pemasang iklan (seinget ane pemasangnya org pemerintahan) gara2 iklannya dinilai merusak independensi Tempo. Media lain mana ada yg berani balikin 1 miliar gan?
Quote:Original Posted By inininiss ►
"Bad news is good news" mungkin dari kalimat itu bisa dipahami kenapa media jarang memberitakan hal baik, karena yang kontroversi lebih diminati banyak orang cmiiw.
Media itu mengambil keuntungan dari para pengiklan dan cara agar pengiklan mau beriklan dimedia dengan besarnya "share" atau banyaknya orang yang membaca/menonton/mendengar media tersebut.
Threadnya bagus gan, kesimpulannya jangan langsung percaya dengan apa yang media beritakan. Lebih kritis dengan pemberitaan di media sekarang.
Sorry gw bahas dari segi media doang..sisi politiknya masih gw pelajari hehehe
Quote:Original Posted By Chen21 ►
benarkah pembela ahok, jokowi dan prabowo dibayar? kemungkinan, sebagian kecil iya oleh orang2 partai pendukung mereka. tapi sebagian besar tidak. ada yang merasa tokoh yang didukungnya akan membawa perubahan dan ada yang mendukung karena membenci lawannya. saya dan sebagian teman2 saya mendukung jokowi dan membela jokowi di medsos dan forum, tapi tidak pernah dibayar dan tidak pernah mendapat balasan apapun. saya juga dukung ahok meskipun bukan warga DKI dan tidak bisa merasakan perubahan positif di jakarta. teman2 saya ada yang mendukung prabowo lewat medsos, tapi juga tidak dibayar apa2.
Quote:Original Posted By TheJacobson ►
Dari dulu udah suka baca tempo
Tapi hilang respect gw semenjak baca tempo di era pilpres 2014
Jadi inget dulu waktu pilpres tempo kan bela mati2an ngedukung no 2
Pas udah jadi presiden malah ngebalik nyerang presiden dan pemerintahan
Mungkin agenda terselubungnya gak diapprove sama mr presiden
Kontras banget
Quote:Original Posted By anazone ►
Alhamdulillah skrg ane udah gak bisa percaya media manapun 100%, sekarang ane baca berita hanya untuk mengisi waktu luang dan untuk hiburan semata. Yg paling sering ane baca yaitu dari kompas.com dan kaskus.co.id bisa tiap hari pasti ane kunjungi situs tersebut, ane baca tp tdk ane percaya 100%. Percayanya besok klo udah terbukti konkrit dan nyata, alhamdulillah yak.
Uang bukan segalanya, tp segalanya butuh uang. Uang bisa dg mudah merubah sifat dan akhlaq kebanyakan manusia. Sungguh ironi memang, tp itu lah kenyataan.
Quote:Original Posted By si.cumi ►
rencana reklamasi ini emang dah rame sejak era si bapake soeharto dulu gan
tepat nya sejak 1980-an, dulu yang mulai si PT Harapan Indah, ga lama 10 tahun kemudian giliran hutan bakau kapuk yang di reklamasi sekarang namanya pantai indah kapuk. sebetulnya dah banyak hasil reklamasi ini gan, karena era soeharto dulu tujuan dan transparansi dana nya jelas gan.
buat yg sekarang rame karena pilkada khususnya jakarta menurut ane ini cuma arus mediasi aja sih gan. jaman sekarang anak muda dah pada melek politik juga, sejarah biarlah berlalu
kalo ada yang coba untuk memberikan suatu persepsi lewat media jatuh nya memang jadi politik, dimana politik itu adalah mengemas suatu kepentingan dengan alih2 mementingkan rakyat.
Quote:Original Posted By dhazoue ►
thx ya gan, agan uda bantu saya jadi melek akan kasus reklamasi tersebut,,, saya hanya mau jadi rakyat yang melek politik, bukan yang uda gak tau, gak ngerti, dan gk mau tau secara membabi buta membela tokoh politik tertentu dan menjatuhkan yang lainnya, dan bisa saja yang saya jatuhkan adalah orang benar...
apakah berdosa jika ada seseorang yang memfitnah orang lain, dan kita ikut membully orang yang difitnah tersebut, seolah2 yang kita lakukan adalah benar? pasti berdosa, karena kita tidak tidak mencari tahu dulu sebelum berkata2,,,
Quote:Original Posted By namakusinta ►
yaah si agan mah hobi kait-mengkaitkan.., terlepas dr soal reklamasi, Bisnis Media di Indonesia memang lg menurun gaan.., gk hny Tempo dan Koran Tempo saja, bahkan ada yg sudah gulung tikar, apalagi tuk Koran2 di daerah (pasti megap2).
Dan tuk soal iklan Lelang di Kementerian itu, yg dapat pas jaman SBY_BOED itu gk hny Koran Tempo tp Media Indonesia dan beberapa media lain jg kebagian, dan juga skrng terjadi Simbiosis Mutualisme antara MEDIA (Koran) dengan Pemilik USaha, si pemilik Usaha gk mau begitu aja pasang iklan, begitu jg dengan pihak PEMDA/Pemerintahan, dlm arti hrs ada benefit tuk mereka ktika kucuran iklan ditaruh di suatu Media Nasional/Daerah
So yg agan katakan FAKTA ditulisan agan itu sptnya kq berbau OPINI ya.., sering2lah membaca tidak hny dr satu sumber
SOAL Reklamasi dan Sumber Waras, mari kt tunggu aparat penegak hukum menyelesaikannya, kan sudah ada Jaksa, Kepolisian, KPK dan Pengadilan, krn ini negara hukum yg ber-azaskan PANCASILA bukan Negara Politik, apalagi negara public opinion
Thanks, dan salam DAMAI selalu
Terima kasih buat momod yang sudah naruh thread ini di HT. Juga terima kasih atas respon agan-sista semua. Ane lagi sortir komentar terpilih untuk ditaruh di pertamax ini. Banyak banget komentar berbobot.
Quote:Original Posted By okajeve108 ►
Quote:Original Posted By eyefirst2 ►
kadang uang membutakan mata...yang tadinya pro menjadi kontra...teman menjadi musuh...apalagi kalo sudah masuk ranah politik...belakangan ini politik dinegara kita semakin kotor saja...loby - loby tak mempan,provokasi sampai menghalalkan berbagai cara...dari saling serang dimedia...berlagak seperti salesman door to door...rusun to rusun...kampung to kampung...sampai demo anarkis...yang kalah tidak bisa legowo,malah cenderung menjatuhkan...kapan DKI Jakarta akan maju seperti kota - kota metropolitan lainnya didunia ini...kapan Indonesia mau bangkit dan mengejar ketinggalannya dibanding negara tetangga...damai lah DKI Jakarta ku dan damailah Indonesia ku...
.
Quote:Original Posted By semutpedes ►
Biarlah mereka berkelahi, saling membuka aib masing-masing, maka sama saja mereka menelanjangi dirinya sendiri dihadapan umum..
Menjadi ruwet kalau kedua belah pihak memiliki pendukung.
Padahal bisa jadi Tempe dan Kurawa kerjasama dibawah kendali 'GodMother' (pinjam istilah Kurawa) Tempe.
Segala kemungkinan yang terjadi menurut gw:
1. kalau mau membuat tontonan dan memiliki alur cerita yang seru, maka 'dalang' wajib membagi peran para pelakon. Dalam hal ini, Tempe diberi lakon sebagai Media yang lagi BU *Butuh Uang, sedangkan Kurawa memiliki peran sebagai Pendekar yang membela orang no 1 di DKI.
2. Dalang membagi skenario kepada dua pelakon ini. Tempe bertugas membuat kabar bombasme soal orang no 1 di DKI, sedangkan Kurawa berperan sebagai pendekar pembela orang no 1 di DKI. Sementara sang dalang duduk di depan layar komputer sambil membakar cerutu ditemani segelas wine.
3. Peperangan Tempe dan Kurawa jelas menguntungkan keduabelah pihak. Terutama si dalang.
4. Tempe akan mendapatkan pasokan dana dari para pembenci orang no 1 di DKI, sedangkan Kurawa akan mendapatkan dukungan dari pendukung orang no 1 di DKI. Coba kalau seandainya Kurawa ga muncul, maka berita2 bombasme Tempe ga bakal laku dan ga dilirik.
5. Justeru karena kehadiran kurawa lah yang membuat posisi tawar Tempe jadi naik. Yang tadinya ga laku tiba2 jadi laku, para pembeci orang no 1 di DKI datang dan memberikan support dana segar sedangkan Kurawa memang berperan sebagai kompor yang bikin panas para pendukung orang no 1 di DKI, tujuannya agar menyerang Tempe dan partisannya.
6. Dari cerita yang dibikin dalang inilah pada akhirnya Tempe selamat dari kehancurannya. Siapa sang penyelamat Tempe, jawabnya Kurawa..krn peran Kurawa memang dipersiapkan sang dalang untuk membuat para pembenci orang no 1 DKI menggelontorkan danya ke Tempe demi melawan orang no 1 di DKI.
7. Karena sang dalang pengen lebih terkenal, celakanya sang dalang ikut dalam pementasan sandiwara yang dia ciptakan sendiri.
Kenapa gw punya analisa kemungkinan kerjasama di balik cerita TEMPE VS KURAWA. Karena, fakta yang gw temukan :
1. TEMPE tidak pernah atau memiliki niat untuk menggugat KURAWA
2. Dalam waktu dekat TEMPE akan lakukan right issue untuk melunasi utang Rp 100 milyar ++ lihat http://koran.bisnis.com/read/2016060...-rights-issue.
Artinya right issue belum tentu dapat melunasi hutang, karena jumlah utangnya lbh dari 100 milyar.
3. Maka itu harus ada pundi-pundi pendapatan. Dari mana pendapatannya dari lakon peperangan antara TEMPE dan KURAWA..
Ini sekedar analisa yaa..belum tentu benar apa yang gw tulis disini. Kalau salah silahkan di kritik, kalau berbeda pendapat atau analisa silahkan dibantah. Gw terbuka untuk dikritik dan dibantah...hehehe
Quote:Original Posted By rhaul ►
Ane mau komen netral aja *lalu lewatlah eno netral* :
Media saat ini mulai kebablasan. Tapi sayangnya selalu berlindung dibawah naungan "Kebebasan Pers".
Kalau tujuannya baik sih gpp, tapi sekarang kan banyak juga yang demi tujuan kelompok dan pembiayanya.
Masalah reklamasi memang kentara banget aroma Pilkada DKInya. Logika aja itu reklamasi udah ada bentukannya, berarti udah lama toh gak mungkin "bim salabim jadi apa prok prok prok" kemudian jadi dalam waktu semalam.
Jujur ane udh males sama media jaman sekarang.
Quote:Original Posted By inininiss ►
"Bad news is good news" mungkin dari kalimat itu bisa dipahami kenapa media jarang memberitakan hal baik, karena yang kontroversi lebih diminati banyak orang cmiiw.
Media itu mengambil keuntungan dari para pengiklan dan cara agar pengiklan mau beriklan dimedia dengan besarnya "share" atau banyaknya orang yang membaca/menonton/mendengar media tersebut.
Threadnya bagus gan, kesimpulannya jangan langsung percaya dengan apa yang media beritakan. Lebih kritis dengan pemberitaan di media sekarang.
Sorry gw bahas dari segi media doang..sisi politiknya masih gw pelajari hehehe
Quote:Original Posted By gibran.m ►
Ane ngikutin berita2 di berbagai media (cetak sm internet). Kok ane justru liatnya tempo yang paling ngawal isu ini ya gan? Soalnya yg ane tau ini kasus emang udah dari dulu banget. Tapi bertaun-taun proyek ini berenti. Baru di era belakangan dimulai lagi. Nah coba agan2 cek arsip majalah tempo 2-3 taun terakhir. Seinget ane tempo yg pling awal ngawal isu ini sejak proyek dimulai lagi. Koreksi ane kalo salah gan.
Ane sering ngbrol sama wartawan2. Dan emang bener, Tempo sama Kompas itu dua media yg paling peduli sm kesejahteraan wartawan gan. Apalagi kalo bukan buat jaga independensi berita.
Ada beberapa temen ane di tempo. Ada yg baru 2-3 tahun. Ada yg udah belasan taun. Dari cerita mereka ane dapet kesan kalo rapat redaksi di Tempo itu yang paling ketat dibanding media2 lain. Dosen2, org2 ahli, smpe buku2 didatengin cuma demi akurasi berita. Itu sebabnya bnyak mantan wartawan tempo yg pinter2 dan jadi tokoh di Indonesia. Mereka bukan sembarang wartawan.
Kompas juga gitu sih. Tapi mungkin karena itu perusahaan saking gedenya jadi gak seketat tempo.
Ane bukan bela2in tempo gan. Tapi ane udah bandingin medianya. Dan kebetulan beberapa kali ngobrol sm orang2 media. Dan agan juga perlu pelajari sejarah tempo sejak orde baru sebelum menyamakan tempo sm media2 lain. Emang bener sekarang makin banyak media yang kualitasnya kayak sampah. Tapi menurut ane, di majalah tempo kita harusnya berharap kualitas media terbaik.
Soal tuduhan tempo "dibayar" sama pemda. Coba agan cari di berita. Tempo pernah balikin duit 1 miliar dari pemasang iklan (seinget ane pemasangnya org pemerintahan) gara2 iklannya dinilai merusak independensi Tempo. Media lain mana ada yg berani balikin 1 miliar gan?
Quote:Original Posted By inininiss ►
"Bad news is good news" mungkin dari kalimat itu bisa dipahami kenapa media jarang memberitakan hal baik, karena yang kontroversi lebih diminati banyak orang cmiiw.
Media itu mengambil keuntungan dari para pengiklan dan cara agar pengiklan mau beriklan dimedia dengan besarnya "share" atau banyaknya orang yang membaca/menonton/mendengar media tersebut.
Threadnya bagus gan, kesimpulannya jangan langsung percaya dengan apa yang media beritakan. Lebih kritis dengan pemberitaan di media sekarang.
Sorry gw bahas dari segi media doang..sisi politiknya masih gw pelajari hehehe
Quote:Original Posted By Chen21 ►
benarkah pembela ahok, jokowi dan prabowo dibayar? kemungkinan, sebagian kecil iya oleh orang2 partai pendukung mereka. tapi sebagian besar tidak. ada yang merasa tokoh yang didukungnya akan membawa perubahan dan ada yang mendukung karena membenci lawannya. saya dan sebagian teman2 saya mendukung jokowi dan membela jokowi di medsos dan forum, tapi tidak pernah dibayar dan tidak pernah mendapat balasan apapun. saya juga dukung ahok meskipun bukan warga DKI dan tidak bisa merasakan perubahan positif di jakarta. teman2 saya ada yang mendukung prabowo lewat medsos, tapi juga tidak dibayar apa2.
Quote:Original Posted By TheJacobson ►
Dari dulu udah suka baca tempo
Tapi hilang respect gw semenjak baca tempo di era pilpres 2014
Jadi inget dulu waktu pilpres tempo kan bela mati2an ngedukung no 2
Pas udah jadi presiden malah ngebalik nyerang presiden dan pemerintahan
Mungkin agenda terselubungnya gak diapprove sama mr presiden
Kontras banget
Quote:Original Posted By anazone ►
Alhamdulillah skrg ane udah gak bisa percaya media manapun 100%, sekarang ane baca berita hanya untuk mengisi waktu luang dan untuk hiburan semata. Yg paling sering ane baca yaitu dari kompas.com dan kaskus.co.id bisa tiap hari pasti ane kunjungi situs tersebut, ane baca tp tdk ane percaya 100%. Percayanya besok klo udah terbukti konkrit dan nyata, alhamdulillah yak.
Uang bukan segalanya, tp segalanya butuh uang. Uang bisa dg mudah merubah sifat dan akhlaq kebanyakan manusia. Sungguh ironi memang, tp itu lah kenyataan.
Quote:Original Posted By si.cumi ►
rencana reklamasi ini emang dah rame sejak era si bapake soeharto dulu gan
tepat nya sejak 1980-an, dulu yang mulai si PT Harapan Indah, ga lama 10 tahun kemudian giliran hutan bakau kapuk yang di reklamasi sekarang namanya pantai indah kapuk. sebetulnya dah banyak hasil reklamasi ini gan, karena era soeharto dulu tujuan dan transparansi dana nya jelas gan.
buat yg sekarang rame karena pilkada khususnya jakarta menurut ane ini cuma arus mediasi aja sih gan. jaman sekarang anak muda dah pada melek politik juga, sejarah biarlah berlalu
kalo ada yang coba untuk memberikan suatu persepsi lewat media jatuh nya memang jadi politik, dimana politik itu adalah mengemas suatu kepentingan dengan alih2 mementingkan rakyat.
Quote:Original Posted By dhazoue ►
thx ya gan, agan uda bantu saya jadi melek akan kasus reklamasi tersebut,,, saya hanya mau jadi rakyat yang melek politik, bukan yang uda gak tau, gak ngerti, dan gk mau tau secara membabi buta membela tokoh politik tertentu dan menjatuhkan yang lainnya, dan bisa saja yang saya jatuhkan adalah orang benar...
apakah berdosa jika ada seseorang yang memfitnah orang lain, dan kita ikut membully orang yang difitnah tersebut, seolah2 yang kita lakukan adalah benar? pasti berdosa, karena kita tidak tidak mencari tahu dulu sebelum berkata2,,,
Quote:Original Posted By namakusinta ►
yaah si agan mah hobi kait-mengkaitkan.., terlepas dr soal reklamasi, Bisnis Media di Indonesia memang lg menurun gaan.., gk hny Tempo dan Koran Tempo saja, bahkan ada yg sudah gulung tikar, apalagi tuk Koran2 di daerah (pasti megap2).
Dan tuk soal iklan Lelang di Kementerian itu, yg dapat pas jaman SBY_BOED itu gk hny Koran Tempo tp Media Indonesia dan beberapa media lain jg kebagian, dan juga skrng terjadi Simbiosis Mutualisme antara MEDIA (Koran) dengan Pemilik USaha, si pemilik Usaha gk mau begitu aja pasang iklan, begitu jg dengan pihak PEMDA/Pemerintahan, dlm arti hrs ada benefit tuk mereka ktika kucuran iklan ditaruh di suatu Media Nasional/Daerah
So yg agan katakan FAKTA ditulisan agan itu sptnya kq berbau OPINI ya.., sering2lah membaca tidak hny dr satu sumber
SOAL Reklamasi dan Sumber Waras, mari kt tunggu aparat penegak hukum menyelesaikannya, kan sudah ada Jaksa, Kepolisian, KPK dan Pengadilan, krn ini negara hukum yg ber-azaskan PANCASILA bukan Negara Politik, apalagi negara public opinion
Thanks, dan salam DAMAI selalu
hadegh politik lagi di kaskus
Ga faham gan...
Gatau kenapa gw udah susah percaya sama media model kayak gini
Wowww.. Sekelas tempo bisa gini juga toh..
Quote:Original Posted By sang_maestro ►
hadegh politik lagi di kaskus
Maaf, politik itu penting gan
Quote:
hadegh politik lagi di kaskus
Maaf, politik itu penting gan
Quote:
Quote:Original Posted By limolimo ►
Gatau kenapa gw udah susah percaya sama media model kayak gini
Sama gan, Tempo itu mirip infotainment. Berita bombastis tapi tidak penting.
Gatau kenapa gw udah susah percaya sama media model kayak gini
Sama gan, Tempo itu mirip infotainment. Berita bombastis tapi tidak penting.
Perlu di tindak keras itu media2 yg bikin kata2 se enak cocot gt ..
Biar bangkrut kalo ga bangkrut ga ada jera nya media2 macam itu
Biar bangkrut kalo ga bangkrut ga ada jera nya media2 macam itu
Quote:Original Posted By alfaglos ►
Perlu di tindak keras itu media2 yg bikin kata2 se enak cocot gt ..
Biar bangkrut kalo ga bangkrut ga ada jera nya media2 macam itu
Wah, agan juga tidak suka Tempo ya. Yang bermasalah, mereka merugikan kepentingan publik dengan berbagai berita provokatif demi meraup rupiah.
Perlu di tindak keras itu media2 yg bikin kata2 se enak cocot gt ..
Biar bangkrut kalo ga bangkrut ga ada jera nya media2 macam itu
Wah, agan juga tidak suka Tempo ya. Yang bermasalah, mereka merugikan kepentingan publik dengan berbagai berita provokatif demi meraup rupiah.
Selama ini sih tempo masih ngasih berita yang baek gan,gatau dah
Quote:Original Posted By jimmyalmanac ►
Selama ini sih tempo masih ngasih berita yang baek gan,gatau dah
tergantung perspektif kita yang baca gan. alau berita-berita ttg raisa sih, pasti bagus gan
Selama ini sih tempo masih ngasih berita yang baek gan,gatau dah
tergantung perspektif kita yang baca gan. alau berita-berita ttg raisa sih, pasti bagus gan
Ga ikutan ane gan,,, numpang nonton ajah. siapa last man standing nya,,,,
Quote:Original Posted By uchin46 ►
Ga ikutan ane gan,,, numpang nonton ajah. siapa last man standing nya,,,,
Hehe, iya gan. MAri jadi penonton yang gembira
Ga ikutan ane gan,,, numpang nonton ajah. siapa last man standing nya,,,,
Hehe, iya gan. MAri jadi penonton yang gembira
Politik yak ? Yg kuat memangsa yg lemah .. Sejarah akan di tulis oleh pihak pemenang ..
Semoga Allah merahmati kita semua 😇
Semoga Allah merahmati kita semua 😇
maju terus @kurawa
biar jadi ht
gembok dulu
gembok dulu
Nah untung ada agan yang rangkum. Ane penasaran sama ribut2 @kurawa vs tempo tapi ga punya twitter, jadi ga bisa up to date. Ternyata ini to masalahnya.
Thanks gan ts.
Via: Kaskus.co.id
Thanks gan ts.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar