Spoiler for Intro:
Sebelum membaca tulisan ini, ada baiknya kalian semua gue peringatkan. Konten tulisan ini sangat amat sensitif, menyinggung keyakinan. Ada kemungkinan keyakinan kalian akan goyah setelah membaca tulisan ini. Jadi berhati-hatilah.
Spoiler for Contents:
Pagi itu, tepatnya Sabtu pukul 06.00 WIB, berlokasi di sebuah kompleks perumahan di daerah Pekayon – Bekasi, terlihatlah dua orang pemuda yang sedang duduk. Selanjutnya kita sebut saja mereka Sdan M.
Eit, ini bukan inisial perusahaan rekaman korea loh ya... Jadi jangan girang dulu kalian wahai kaum hawa.
Pada umumnya kegiatan pagi hari seorang manusia seusai bangun tidur adalah mencari 3 hal berikut ini: toilet, handphone, dan sarapan. Kebetulan kedua orang tersebut sedang mencari sarapan. Namun karena terlalu malas bergerak dari sofa di ruang tamu, akhirnya mereka memutuskan untuk duduk dan menanti keajaiban. Woilaa, tak lama kemudian sang tukang bubur ayam keliling lewat dengan manisnya.
Kedua pemuda tersebut akhirnya membeli masing-masing semangkok buryam alias bubur ayam tadi dan segera duduk di teras untuk makan. Semuanya senang hingga akhirnya tragedi itu pun datang.
M: “Bubur lo gak diaduk, Bray?”
S: “Hah? Buat apaan diaduk? Emangnya semen…”
M: “Loh, haruslah. Biar semuanya kecampur rata!”
S: “Ah, jadinya gak enak dilihat tauk. Gak karu-karuan bentuknya!”
Dari percakapan yang hampir berujung ke acara gelut mulut di atas, kita bisa memahami bahwa di dunia ini perbedaan konsep itu nyata, bahkan di perkara-perkara kecil. Yin dan Yang. Hitam dan Putih. Diaduk dan Tidak Diaduk.
Well, gue pribadi termasuk dalam faksi bubur tidak diaduk. YA, BUBUR AYAM TIDAK PERLU DIADUK. Perlu gue tekankan di sini bahwa ini adalah keyakinan yang gue pegang sejak bertemu makanan yang bernama bubur ayam. Tanpa paksaan dan sadar secara utuh.
Kenapa BUBUR AYAM TIDAK DIADUK?
Simpel. Kalo lo perhatiin proses ketika bubur ayam diracik, lo akan sadar semua itu sudah ada tatanannya. Ibarat kata anak sosiologi, sudah ada strata sosialnya.
Lo perhatiin stratanya, itu udah sempurna banget. Ketika lo menyendok itu bubur, yang lo dapet adalah rasa dari susunan yang hakiki. Buat apaan lagi diaduk? Bubur ayam bukan ketoprak, apalagi kopi. Diaduk hanya akan menghilangkan keindahan si bubur. Lo ngerusak seni!!!
Kalo kita tengok dengan kacamata sosial, bubur yang ada di bagian bawah dan berjumlah banyak merupakan gambaran kaum proletar; kelihatannya sepele tapi mereka adalah dasar kekuatan yang sesungguhnya. Selanjutnya ada suwiran ayam, seledri, dan taburan kacang yang termasuk dalam middle class: mereka memberikan pengaruh cita rasa ke atas dan ke bawah. Akan tetapi walaupun penting, perlu dicatat bahwa keberadaan mereka bukanlah yang utama, bahkan bisa ditiadakan sama sekali kalau alam (baca: sang penikmat buryam) menghendakinya. Terakhir pada bagian atas ada curahan kecap manis yang disambut oleh kerupuk, mereka adalah upper class, kaum fancy dalam hidup ini. Namun ingat, tidak akan ada kenikmatan yang tercipta jika kecap dan kerupuk ditaruh terlalu banyak. Jadi, secukupnya saja.
Paham dengan penjelasan di atas?
Jika iya, kita lanjutkan dengan hubungan penjabaran di atas dengan alasan kenapa bubur ayam tidak perlu diaduk. Susunan strata yang sudah sempurna itu jika kita aduk akan menimbulkan kegamangan bahkan chaos. Bayangkan kerupuk yang kodratnya berbunyi kriuk ketika dimakan akan hilang esensinya ketika bercampur dengan bubur yang diaduk. Melempem. Tidak berdaya. Tampilan bubur ayam yang awalnya indah dan instagram-able mendadak tampak seperti seonggok gumpalan yang porak poranda. Sungguh tak sedap dipandang. Semua sudah ada takarannya, semua sudah ada posisinya, untuk apa lagi diaduk-aduk?
Ingat, BUBUR AYAM TIDAK DIADUK.
Buat semua orang yang meyakini bubur ayam itu diaduk, bersyukurlah bahwasanya Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Pengampun. Segeralah tobat sebelum terlambat.
Eit, ini bukan inisial perusahaan rekaman korea loh ya... Jadi jangan girang dulu kalian wahai kaum hawa.
Pada umumnya kegiatan pagi hari seorang manusia seusai bangun tidur adalah mencari 3 hal berikut ini: toilet, handphone, dan sarapan. Kebetulan kedua orang tersebut sedang mencari sarapan. Namun karena terlalu malas bergerak dari sofa di ruang tamu, akhirnya mereka memutuskan untuk duduk dan menanti keajaiban. Woilaa, tak lama kemudian sang tukang bubur ayam keliling lewat dengan manisnya.
Kedua pemuda tersebut akhirnya membeli masing-masing semangkok buryam alias bubur ayam tadi dan segera duduk di teras untuk makan. Semuanya senang hingga akhirnya tragedi itu pun datang.
M: “Bubur lo gak diaduk, Bray?”
S: “Hah? Buat apaan diaduk? Emangnya semen…”
M: “Loh, haruslah. Biar semuanya kecampur rata!”
S: “Ah, jadinya gak enak dilihat tauk. Gak karu-karuan bentuknya!”
Dari percakapan yang hampir berujung ke acara gelut mulut di atas, kita bisa memahami bahwa di dunia ini perbedaan konsep itu nyata, bahkan di perkara-perkara kecil. Yin dan Yang. Hitam dan Putih. Diaduk dan Tidak Diaduk.
Well, gue pribadi termasuk dalam faksi bubur tidak diaduk. YA, BUBUR AYAM TIDAK PERLU DIADUK. Perlu gue tekankan di sini bahwa ini adalah keyakinan yang gue pegang sejak bertemu makanan yang bernama bubur ayam. Tanpa paksaan dan sadar secara utuh.
Kenapa BUBUR AYAM TIDAK DIADUK?
Simpel. Kalo lo perhatiin proses ketika bubur ayam diracik, lo akan sadar semua itu sudah ada tatanannya. Ibarat kata anak sosiologi, sudah ada strata sosialnya.
Buburnya dulu;
Dikecrot kuah kaldu;
Dikasih suwiran ayam, seledri, dan kacang;
Diselimuti kecap manis;
Diakhiri kerupuk.
Dikecrot kuah kaldu;
Dikasih suwiran ayam, seledri, dan kacang;
Diselimuti kecap manis;
Diakhiri kerupuk.
Lo perhatiin stratanya, itu udah sempurna banget. Ketika lo menyendok itu bubur, yang lo dapet adalah rasa dari susunan yang hakiki. Buat apaan lagi diaduk? Bubur ayam bukan ketoprak, apalagi kopi. Diaduk hanya akan menghilangkan keindahan si bubur. Lo ngerusak seni!!!
Kalo kita tengok dengan kacamata sosial, bubur yang ada di bagian bawah dan berjumlah banyak merupakan gambaran kaum proletar; kelihatannya sepele tapi mereka adalah dasar kekuatan yang sesungguhnya. Selanjutnya ada suwiran ayam, seledri, dan taburan kacang yang termasuk dalam middle class: mereka memberikan pengaruh cita rasa ke atas dan ke bawah. Akan tetapi walaupun penting, perlu dicatat bahwa keberadaan mereka bukanlah yang utama, bahkan bisa ditiadakan sama sekali kalau alam (baca: sang penikmat buryam) menghendakinya. Terakhir pada bagian atas ada curahan kecap manis yang disambut oleh kerupuk, mereka adalah upper class, kaum fancy dalam hidup ini. Namun ingat, tidak akan ada kenikmatan yang tercipta jika kecap dan kerupuk ditaruh terlalu banyak. Jadi, secukupnya saja.
Paham dengan penjelasan di atas?
Jika iya, kita lanjutkan dengan hubungan penjabaran di atas dengan alasan kenapa bubur ayam tidak perlu diaduk. Susunan strata yang sudah sempurna itu jika kita aduk akan menimbulkan kegamangan bahkan chaos. Bayangkan kerupuk yang kodratnya berbunyi kriuk ketika dimakan akan hilang esensinya ketika bercampur dengan bubur yang diaduk. Melempem. Tidak berdaya. Tampilan bubur ayam yang awalnya indah dan instagram-able mendadak tampak seperti seonggok gumpalan yang porak poranda. Sungguh tak sedap dipandang. Semua sudah ada takarannya, semua sudah ada posisinya, untuk apa lagi diaduk-aduk?
Ingat, BUBUR AYAM TIDAK DIADUK.
Buat semua orang yang meyakini bubur ayam itu diaduk, bersyukurlah bahwasanya Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Pengampun. Segeralah tobat sebelum terlambat.
Jika berkenan mohon klik gambar dibawah. Terima Kasih
(docs.google.com)
(apaan.co)
Beberapa Tanggapan Dari Kaskuser yang Mampir di Thread ini Gan...
Spoiler for Kaskuser punya tanggapan...:
Quote:Original Posted By penjualsandal►
tapi dengan bubur diaduk menggambarkan kesetaraan kasta dan kebersamaan tanpa memandang jabatan ataupun status sosial
Quote:Original Posted By mboh28 ►
ane setuju dengan TS. ane termasuk faksi bubur tidak diaduk. HIDUP BUBUR TIDAK PERLU DIADUK
Quote:Original Posted By poopose ►
Ane penganut struktural fungsionalis Gan
Jadi menurut ane bubur ayam harus diaduk
Kaldu ayam dan ayam dan buburnya bukan berdiri sendiri, tapi komplementer satu sama lain
Kalau kata Parsons struktur sosial itu analog dengan fungsi tubuh, begitu pun dengan bubur
Sensasi mixture gurih kaldu ayam dan manisnya kedelai hitam ga bisa dinikmati masing-masing dalam lidah
Tapi harus jadi satu mbrojol dalam mulut
Quote:Original Posted By MR6221 ►
Bubur ayam yang hakiki...
Greget banget nih thread...
Quote:Original Posted By poopose ►
Singkatnya mahzab yang memandang suatu struktur sebagai sesuatu yang saling berhubungan dan membutuhkan
Komplementer, mengarah pada kecenderungan resiprokal
Kalau tulisan thread ini memandang bubur sebagai kelas-kelas ala Marx dalam konsepsi konflik, atau proletar-middle class-capitalist
Ane memandang bubur bukan sebagai kelas yang berbeda
Tapi satu kelas utopia yang bisa menghasilkan kenikmatan luar biasa
Quote:Original Posted By manuslav ►
bubur ayam harus lah diaduk , walau agan memakai jenis strata , saya gunakan teori persamaan , (semua itu sama ) yang membedakan adalah cita rasa. tidak ada yang berbeda dari sendokan awal hingga akhir . maka perlunya diaduk agar persamaan itu ada . kebayang kan kalau yang dimakan hanya bagian awal saja, lalu pada bagian akhir kita mengeluhkan rasa.
kalau nggak habis jelas menyesakkakn hati penjual.
ntar ane tambahin .
Quote:Original Posted By banksymonkey ►
JIka tanpa diaduk maka cita rasa seasoning oil dan chicken suwir hanya bisa dimiliki oleh lapisan bubur kelas atas, katakanlah 30% maksimalnya. padahal potensi perpaduan rasa khas dari sang peracik terletak pada takaran/perbandingan proporsional antara kuatnya bumbu : rasa & tekstur ayam : bubur itu sendiri. adapun kerupuk renyah sebagai penyeimbang tekstur lembek dari bubur, sebagai variasi untuk menghindari monotonnya tekstur bubur. Akhir kata sejatinya bubur bukan untuk dinikmati mata, tetapi oleh lidah. Seperti halnya cinta, berawal dari rasa, tertambat dihati.
Quote:Original Posted By khi7mg ►
ane kalo makan bubur ayam gak pernah ane aduk, kalo diaduk malah jijay, bikin mual ngeliatnya, bentuknya ntah kek apa
btw, ini artikel buryam disangkutin ke ilmu sosiologi seh?
Quote:Original Posted By hani_ahni ►
ane termasuk penganut paham anti fungsional struktural...dimana masing2 bahan dalam bubur memiliki tugas berdasarkan susunan yang telah ditetapkan abang tukang bubur....jadi tanpa aduk mengaduk pun, bubur terasa sudah nikmat, apalgi jika ditambah sambalnya,
pengadukan bubur hanya akan mengurangi estetika bubur yang telah tersusun begitu indahnya...dan tentu cacing diperut akan memberikan respon penolakan terhadap bubur yang telah melalui proses pengadukan...
so, apapun makanannya minumnya tetaapp
teh asoy geboy buatan neneng maya
Quote:Original Posted By ainovo ►
tapi hilang unsur estetika dan strata juga ga bagus gan, harus ada penyelarasan dan penyesuaian agar rasa bubur dinikmati dengan khidmat. kalau enak dipandang juga kan berselera makannya soal rasa... semua ada tingkatannya yang akan tercampur sendirinya tanpa harus merusaknya saat dimangkuk, karena ketika sendok mulai bergerak dari atas menuju dasar dan mulai memasukannya ke mulut... biarkan itu teraduk dengan sendirinya dimulut dan rasakan sensasinya.
Quote:Original Posted By Zheett ►
ane pun termaksud yg gak suka diaduk aduk. jadi keliatan bikin gak nafsu.
ane setuju dengan agan, hal simple aja bisa diceritakan sangat menarik.
Quote:Original Posted By yzklobits ►
ane juga klo beli bubur g pernah diaduk gan
selain warnanya jadi kayak tai.. rasa panas dari bubur itu jd cepet ilang
filosofi ts yg dibaratkan semangkok bubur itu juga tepat
tatanan sosial jangan diaduk maka nannti hakiki dari sosial itu sendiri akan musnah
tidak ada ketraturan....
padahal tatanan itu sebetulnya sudah terbentuk dan melekat dengan lapisan lapisan kehidupan
Quote:Original Posted By denmassastro ►
"diaduk? emang semen"
ane gak diaduk gan,, ngeri liatnya
Quote:Original Posted By bassdrum1 ►
Ane penganut faham labilisme gan, jdi menganut dua2nya tergantung kondisi dan toleransi,,
Bubur tersebut akan ane aduk kalo pake mangkok plus tambah sambel yang agak cair agar sambel plus semua golongan bubur akan mendapatkan kesetaraan yang sama. Dan sebaliknya
Bubur ga ane aduk klo disajikan dalam piring sehingga susunan sajian dari cheff sudah lumayan merata dan susunan ini cocok dikasi sambel yang agak kental enak di colek2
Sekian wasalam
Quote:Original Posted By syaifulmizan ►
berat hari ini,
sepertinya bakal jadi fenomenal nih tread,
saya termasuk penganut makanan yg d aduk gan
kalo g di aduk rasanya malah aneh
mengedepankan rasa daripada pola
tapi dengan bubur diaduk menggambarkan kesetaraan kasta dan kebersamaan tanpa memandang jabatan ataupun status sosial
Quote:Original Posted By mboh28 ►
ane setuju dengan TS. ane termasuk faksi bubur tidak diaduk. HIDUP BUBUR TIDAK PERLU DIADUK
Quote:Original Posted By poopose ►
Ane penganut struktural fungsionalis Gan
Jadi menurut ane bubur ayam harus diaduk
Kaldu ayam dan ayam dan buburnya bukan berdiri sendiri, tapi komplementer satu sama lain
Kalau kata Parsons struktur sosial itu analog dengan fungsi tubuh, begitu pun dengan bubur
Sensasi mixture gurih kaldu ayam dan manisnya kedelai hitam ga bisa dinikmati masing-masing dalam lidah
Tapi harus jadi satu mbrojol dalam mulut
Quote:Original Posted By MR6221 ►
Bubur ayam yang hakiki...
Greget banget nih thread...
Quote:Original Posted By poopose ►
Singkatnya mahzab yang memandang suatu struktur sebagai sesuatu yang saling berhubungan dan membutuhkan
Komplementer, mengarah pada kecenderungan resiprokal
Kalau tulisan thread ini memandang bubur sebagai kelas-kelas ala Marx dalam konsepsi konflik, atau proletar-middle class-capitalist
Ane memandang bubur bukan sebagai kelas yang berbeda
Tapi satu kelas utopia yang bisa menghasilkan kenikmatan luar biasa
Quote:Original Posted By manuslav ►
bubur ayam harus lah diaduk , walau agan memakai jenis strata , saya gunakan teori persamaan , (semua itu sama ) yang membedakan adalah cita rasa. tidak ada yang berbeda dari sendokan awal hingga akhir . maka perlunya diaduk agar persamaan itu ada . kebayang kan kalau yang dimakan hanya bagian awal saja, lalu pada bagian akhir kita mengeluhkan rasa.
kalau nggak habis jelas menyesakkakn hati penjual.
ntar ane tambahin .
Quote:Original Posted By banksymonkey ►
JIka tanpa diaduk maka cita rasa seasoning oil dan chicken suwir hanya bisa dimiliki oleh lapisan bubur kelas atas, katakanlah 30% maksimalnya. padahal potensi perpaduan rasa khas dari sang peracik terletak pada takaran/perbandingan proporsional antara kuatnya bumbu : rasa & tekstur ayam : bubur itu sendiri. adapun kerupuk renyah sebagai penyeimbang tekstur lembek dari bubur, sebagai variasi untuk menghindari monotonnya tekstur bubur. Akhir kata sejatinya bubur bukan untuk dinikmati mata, tetapi oleh lidah. Seperti halnya cinta, berawal dari rasa, tertambat dihati.
Quote:Original Posted By khi7mg ►
ane kalo makan bubur ayam gak pernah ane aduk, kalo diaduk malah jijay, bikin mual ngeliatnya, bentuknya ntah kek apa
btw, ini artikel buryam disangkutin ke ilmu sosiologi seh?
Quote:Original Posted By hani_ahni ►
ane termasuk penganut paham anti fungsional struktural...dimana masing2 bahan dalam bubur memiliki tugas berdasarkan susunan yang telah ditetapkan abang tukang bubur....jadi tanpa aduk mengaduk pun, bubur terasa sudah nikmat, apalgi jika ditambah sambalnya,
pengadukan bubur hanya akan mengurangi estetika bubur yang telah tersusun begitu indahnya...dan tentu cacing diperut akan memberikan respon penolakan terhadap bubur yang telah melalui proses pengadukan...
so, apapun makanannya minumnya tetaapp
teh asoy geboy buatan neneng maya
Quote:Original Posted By ainovo ►
tapi hilang unsur estetika dan strata juga ga bagus gan, harus ada penyelarasan dan penyesuaian agar rasa bubur dinikmati dengan khidmat. kalau enak dipandang juga kan berselera makannya soal rasa... semua ada tingkatannya yang akan tercampur sendirinya tanpa harus merusaknya saat dimangkuk, karena ketika sendok mulai bergerak dari atas menuju dasar dan mulai memasukannya ke mulut... biarkan itu teraduk dengan sendirinya dimulut dan rasakan sensasinya.
Quote:Original Posted By Zheett ►
ane pun termaksud yg gak suka diaduk aduk. jadi keliatan bikin gak nafsu.
ane setuju dengan agan, hal simple aja bisa diceritakan sangat menarik.
Quote:Original Posted By yzklobits ►
ane juga klo beli bubur g pernah diaduk gan
selain warnanya jadi kayak tai.. rasa panas dari bubur itu jd cepet ilang
filosofi ts yg dibaratkan semangkok bubur itu juga tepat
tatanan sosial jangan diaduk maka nannti hakiki dari sosial itu sendiri akan musnah
tidak ada ketraturan....
padahal tatanan itu sebetulnya sudah terbentuk dan melekat dengan lapisan lapisan kehidupan
Quote:Original Posted By denmassastro ►
"diaduk? emang semen"
ane gak diaduk gan,, ngeri liatnya
Quote:Original Posted By bassdrum1 ►
Ane penganut faham labilisme gan, jdi menganut dua2nya tergantung kondisi dan toleransi,,
Bubur tersebut akan ane aduk kalo pake mangkok plus tambah sambel yang agak cair agar sambel plus semua golongan bubur akan mendapatkan kesetaraan yang sama. Dan sebaliknya
Bubur ga ane aduk klo disajikan dalam piring sehingga susunan sajian dari cheff sudah lumayan merata dan susunan ini cocok dikasi sambel yang agak kental enak di colek2
Sekian wasalam
Quote:Original Posted By syaifulmizan ►
berat hari ini,
sepertinya bakal jadi fenomenal nih tread,
saya termasuk penganut makanan yg d aduk gan
kalo g di aduk rasanya malah aneh
mengedepankan rasa daripada pola
ane termasuk penikmat bubur tidak diaduk gan
Dulu ane ga suka makan bubur dan pasti ga habis kalau makan bubur
Kenapa ? Karena pas udah bagian tengah kebawah itu jadi polos gan hambar bubur doank kaga ada bumbunya
Tapi sekarang kalau makan bubur pasti diaduk biar bumbu kecap dllnya ikut juga ke bubur yang bawah jadi semuanya rasanya sama
Jadi ketagihan deh makan bubur apalagi bubur kompit pake telor dan ati ampela
Sayang tukang bubur lewatnya jam 6 kurang ane masih ngantuk jam segitu
Kenapa ? Karena pas udah bagian tengah kebawah itu jadi polos gan hambar bubur doank kaga ada bumbunya
Tapi sekarang kalau makan bubur pasti diaduk biar bumbu kecap dllnya ikut juga ke bubur yang bawah jadi semuanya rasanya sama
Jadi ketagihan deh makan bubur apalagi bubur kompit pake telor dan ati ampela
Sayang tukang bubur lewatnya jam 6 kurang ane masih ngantuk jam segitu
tapi dengan bubur diaduk menggambarkan kesetaraan kasta dan kebersamaan tanpa memandang jabatan ataupun status sosial
Gw engga terlalu suka suka bubur ayam yang diaduk... Cukup perasaan aja yang dicampur aduk...
ane setuju dengan TS. ane termasuk faksi bubur tidak diaduk. HIDUP BUBUR TIDAK PERLU DIADUK
Quote:Original Posted By penjualsandal ►
tapi dengan bubur diaduk menggambarkan kesetaraan kasta dan kebersamaan tanpa memandang jabatan ataupun status sosial
Dan sepertinya komen agan ini jga masuk akal
tapi dengan bubur diaduk menggambarkan kesetaraan kasta dan kebersamaan tanpa memandang jabatan ataupun status sosial
Dan sepertinya komen agan ini jga masuk akal
gak penting diaduk apa nggak
yang penting enak dan...
pejwan
yang penting enak dan...
pejwan
Ane sabodo amat gan mau aduk apa kagak, masuk ke perut juga ancur ini gan
Ane penganut struktural fungsionalis Gan
Jadi menurut ane bubur ayam harus diaduk
Kaldu ayam dan ayam dan buburnya bukan berdiri sendiri, tapi komplementer satu sama lain
Kalau kata Parsons struktur sosial itu analog dengan fungsi tubuh, begitu pun dengan bubur
Sensasi mixture gurih kaldu ayam dan manisnya kedelai hitam ga bisa dinikmati masing-masing dalam lidah
Tapi harus jadi satu mbrojol dalam mulut
Jadi menurut ane bubur ayam harus diaduk
Kaldu ayam dan ayam dan buburnya bukan berdiri sendiri, tapi komplementer satu sama lain
Kalau kata Parsons struktur sosial itu analog dengan fungsi tubuh, begitu pun dengan bubur
Sensasi mixture gurih kaldu ayam dan manisnya kedelai hitam ga bisa dinikmati masing-masing dalam lidah
Tapi harus jadi satu mbrojol dalam mulut
diaduk semen
Bubur ayam yang hakiki...
Greget banget nih thread...
Greget banget nih thread...
Quote:Original Posted By penjualsandal ►
tapi dengan bubur diaduk menggambarkan kesetaraan kasta dan kebersamaan tanpa memandang jabatan ataupun status sosial
Ane menangkap adanya esensi filosofis soal bubur dari postingan ente yang kecerahannya mendekati matahari nun jauh di sana gan
tapi dengan bubur diaduk menggambarkan kesetaraan kasta dan kebersamaan tanpa memandang jabatan ataupun status sosial
Ane menangkap adanya esensi filosofis soal bubur dari postingan ente yang kecerahannya mendekati matahari nun jauh di sana gan
ane ga diaduk gan, jadi ga karuan bentuknya abis diaduk, terutama kalo pake kecap
kalo ga diaduk rasa kecapny ga rata dan jadi kurang enak
maka itu ane makan bubur ga pake kecap dan ga diaduk
kalo ga diaduk rasa kecapny ga rata dan jadi kurang enak
maka itu ane makan bubur ga pake kecap dan ga diaduk
Quote:Original Posted By poopose ►
Ane penganut struktural fungsionalis Gan
Jadi menurut ane bubur ayam harus diaduk
Kaldu ayam dan ayam dan buburnya bukan berdiri sendiri, tapi komplementer satu sama lain
Kalau kata Parsons struktur sosial itu analog dengan fungsi tubuh, begitu pun dengan bubur
Sensasi mixture gurih kaldu ayam dan manisnya kedelai hitam ga bisa dinikmati masing-masing dalam lidah
Tapi harus jadi satu mbrojol dalam mulut
Bisa dijelaskan kah gan apa itu penganut struktural fungsionalis gan
Ane penganut struktural fungsionalis Gan
Jadi menurut ane bubur ayam harus diaduk
Kaldu ayam dan ayam dan buburnya bukan berdiri sendiri, tapi komplementer satu sama lain
Kalau kata Parsons struktur sosial itu analog dengan fungsi tubuh, begitu pun dengan bubur
Sensasi mixture gurih kaldu ayam dan manisnya kedelai hitam ga bisa dinikmati masing-masing dalam lidah
Tapi harus jadi satu mbrojol dalam mulut
Bisa dijelaskan kah gan apa itu penganut struktural fungsionalis gan
SETUJU GAN ! ane kalo bubur tidak pernah diaduk
karena jijik gan ane liatnya, serasa makan bubur comberan, gak karuan rasa dan penampilannya
malah kalo ane makan bubur sendoknya itu ya KERUPUK gan ! kerupuk yg warna oren / kuning itu
karena jijik gan ane liatnya, serasa makan bubur comberan, gak karuan rasa dan penampilannya
malah kalo ane makan bubur sendoknya itu ya KERUPUK gan ! kerupuk yg warna oren / kuning itu
Ngak diaduk
ane setuju sama ente gan
udah ad seni tatanya dari si abang
bahkan kalo di bungkus bawa pulang gw slalu minta kerupuk di pisah di luar biar ga benyek
ane setuju sama ente gan
udah ad seni tatanya dari si abang
bahkan kalo di bungkus bawa pulang gw slalu minta kerupuk di pisah di luar biar ga benyek
enak gan DUBUR AYAM
Quote:Original Posted By surgaduniawi99 ►
Bisa dijelaskan kah gan apa itu penganut struktural fungsionalis gan
Singkatnya mahzab yang memandang suatu struktur sebagai sesuatu yang saling berhubungan dan membutuhkan
Komplementer, mengarah pada kecenderungan resiprokal
Kalau tulisan thread ini memandang bubur sebagai kelas-kelas ala Marx dalam konsepsi konflik, atau proletar-middle class-capitalist
Ane memandang bubur bukan sebagai kelas yang berbeda
Tapi satu kelas utopia yang bisa menghasilkan kenikmatan luar biasa
Bisa dijelaskan kah gan apa itu penganut struktural fungsionalis gan
Singkatnya mahzab yang memandang suatu struktur sebagai sesuatu yang saling berhubungan dan membutuhkan
Komplementer, mengarah pada kecenderungan resiprokal
Kalau tulisan thread ini memandang bubur sebagai kelas-kelas ala Marx dalam konsepsi konflik, atau proletar-middle class-capitalist
Ane memandang bubur bukan sebagai kelas yang berbeda
Tapi satu kelas utopia yang bisa menghasilkan kenikmatan luar biasa
Kalo ane makan apapun itu harus diaduk rata, kalo ga diaduk dulu malah ga usah dimakan aja sekalian
Via: Kaskus.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar