Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh ,
salam sejahtera untuk kita semua
Sebagaimana yang kita ketahui bersama serta dialami oleh saudara, teman, kerabat, sahabat dan sebagian kaskuser alami saat ini dan telah berminggu-minggu lamanya yaitu bencana kabut asap yang melanda di Sumatera, Kalimantan, Papua dan pulau2 lainnya. Telah banyak pula berbagai upaya dan bantuan baik dari segi moral dan material dari berbagai pihak dan masih terus berdatangan, maka dengan segenap kerendahan hati kami warga Forum Spiritual Kaskus menghimbau pada diri kami sendiri dan mengajak segenap warga Kaskus untuk melakukan do'a bersama agar kiranya Tuhan mengampuni segala kekhilafan kita serta mencurahkan ampunan serta rejeki yaitu berupa hujan agar daerah2 yang terdampak bencana asap ini dikarenakan terbakarnya lahan ataupun gambut segera berhenti dan padam apinya.
Oleh karenannya kami menghimbau dan mengajak teman2 kaskuser dan seluruh masyarakat untuk kiranya dapat bersama2 berdo'a menurut agama dan kepercayaannya masing2 memohon kepada Tuhan YME agar diturunkannya hujan. Dan kiranya bagi kaskuser yang muslim dimanapun berada untuk melaksanakan sholat istisqo' bersama2 didaerahnya masing2 dengan permohonan seperti yang disampaikan sebelumnya pada tanggal 1 November 2015, pukul 10:00 WIB secara serentak dikoordinir oleh kaskuser masing2 serta masyarakat luas dimanapun berada.
Firman Allah SWT : “Wahai kaumku, mohon ampunlah kepada Tuhan kalian, kemudian taubatlah kalian kepada-Nya, pasti Dia akan menurunkan hujan yang sangat lebat atas kalian, dan Dia akan menambahkan kekuatan pada kekuatan kalian. Dan janganlah kalian berpaling dengan berbuat dosa”. (QS. Hud : 52).
Dengan demikian, maka jelaslah bahwa shalat Istisqo’ sangat dianjurkan untuk mengerjakannya, dengan memperbanyak istighfar dan bertaubat agar segera dikabulkan permohonannya.
Kami warga Forum Spiritual Jabodetabek dengan segenap kerendahan hati mengundang kaskuser jabodetabek pada khusunya untuk hadir dalam rangkaian kegiatan :
Shalat Istisqo' berjama'ah
1 November 2015
10:00 WIB
di
MASJID JAMI AL KHAIRAAT
Jl. Masjid Condet No.9, RT 15 RW 03 Kramatjati, Kota Jakarta Timur,
Spoiler for FOTO MASJID:
Spoiler for PETA:
dilanjutkan dengan rangkaian shodaqoh InsyaAlloh kepada 100 Anak Yatim Piatu yang berasal dan dikoordinir oleh sahabat2 kaskuser dari REGIONAL JAKARTA, BEKASI, DEPOK & BOGOR serta Anak Yatim sekitar masjid yang dikoordinir sahabat2 kaskuser Forum Spiritual.
dan pengumpulan dana sumbangan secara spontan yang akan diserahkan kepada Kaskus untuk disalurkan kedaerah2 terdampak asap.
Spoiler for SUSUNAN ACARA LENGKAP:
SUSUNAN ACARA LENGKAP KASKUSER BERDO'A
08:00 - 09:00PANITIA DATANG DILOKASI. PERSIAPAN AKHIR ACARA.
09:00 - 09:30PESERTA & ANAK YATIM HADIR DI LOKASI.
09:30 - 09:45PEMBUKAAN ACARA ( MC ??? )
09:45 - 10:00SAMBUTAN KETUA PANITIA ( ALIJATI )
10:00 - 11:00SHOLAT ISTISQO' BERJAMAAH
11:00 - 11:30PERSIAPAN SHOLAT DZUHUR.
PANITIA & PERWAKILAN REGIONAL MEMPERSIAPKAN KONSUMSI BAGI ANAK YATIM.
11:30 - 12:00SHOLAT DZUHUR BERJAMAAH
12:00 - 13:00PEMBAGIAN BOX MAKAN SIANG KEPADA ANAK YATIM. DILANJUTKAN MAKAN SIANG BERSAMA.
13:00 - 13:15SAMBUTAN MODERATOR FORUM SPIRITUAL, SUPRANATURAL & BUDAYA ( DVCTOZ / HATEISWORTHLESS / ??? )
13:15 - 13:30PENYERAHAN INFAQ DARI MODERATOR & KETUA PANITIA KEPADA TA'MIR MASJID AL KHOIROT
13:30 - 14:15MODERATORS, PERWAKILAN REGIONAL2, PANITIA, KASKUS OFFICER MAJU KEDEPAN TEMPAT ACARA
[*] PERWAKILAN PANITIA, MODERATOR & KASKUS OFFICER
MENDATANGI & MEMBERIKAN SANTUNAN KEPADA ANAK2 YATIM DARI SEKITAR MASJID
[*] PERWAKILAN PANITIA, MODERATOR & RL DKI JAKARTA
MENDATANGI & MEMBERIKAN SANTUNAN KEPADA ANAK2 YATIM DARI REGIONAL BOGOR
[*] PERWAKILAN PANITIA, MODERATOR & RL BOGOR
MENDATANGI & MEMBERIKAN SANTUNAN KEPADA ANAK2 YATIM DARI REGIONAL DEPOK
[*] PERWAKILAN PANITIA, MODERATOR & RL DEPOK
MENDATANGI & MEMBERIKAN SANTUNAN KEPADA ANAK2 YATIM DARI REGIONAL BEKASI
[*] PERWAKILAN PANITIA, MODERATOR & RL BEKASI
MENDATANGI & MEMBERIKAN SANTUNAN KEPADA ANAK2 YATIM DARI REGIONAL DKI JAKARTA
14:15 - 14:30DO'A PENUTUP
14:30SELESAI
* BAGI SAUDARA2 DAN KASKUSER YANG BERKENAN UNTUK HADIR DAN INGIN TURUT SERTA MELAKSANAKAN SHOLAT ISTISQO' DIHARAPKAN MEMBAWA PERALATAN SHOLAT SENDIRI2.
** MOHON MAAF SEBELUMNYA DAN MOHON PENGERTIAN, KERJASAMA SERTA KESADARANNYA BAGI SAUDARA2 DAN KASKUSER YANG AKAN HADIR NANTI. PANITIA AKAN MENYIAPKAN KONSUMSI ( AIR MINUM KEMASAN, KUE2, MAKAN SIANG ) YANG AKAN KAMI PRIORITASKAN KEPADA ADIK2 YATIM PIATU YANG AKAN HADIR DIACARA TSB.
.
Berikut tata cara dan informasi mengenai Shalat Sunnah Istisqo'
Spoiler for Ringkasan Informasi & Tata Cara Shalat Sunnah Istisqo’ (Mohon Hujan):
Yang dimaksud dengan shalat Istisqo’ adalah shalat sunnah yang dikerjakan karena ada keperluan untuk mohon turunnya hujan. Mengenai hukumnya shalat Istisqo’ adalah sunnah Mu’akkad sebagaimana telah diketahui bahwa shalat selain shalat fardhu lima waktu adalah hukumnya sunnah. Adapun mengenai waktu mengerjakan shalat Istisqo’ adalah sewaktu-waktu dimana sangat membutuhkan air dan saat itu sudah lama sekali tidak turun hujan.
Cara mengerjakan Shalat Istisqo’ adalah sebagai berikut :
[*]Sebelum mengerjakan shalat Istisqo’, kurang tiga hari supaya ada orang yang memerintahkan kepada para penduduk untuk berpuasa tiga hari, selama berpuasa dianjurkan supaya memperbanyak amal kebajikan dan memperbanyak bertaubat serta mohon ampun dengan membaca istighfar dan memperbanyak sedekah dan menjauhi segala kemaksiatan.
[*]Setelah pelaksanaan berpuasa selesai, pada hari keempat, supaya semua penduduk dianjurkan keluar menuju tanah lapang dengan menggiring semua binatang ternaknya, dan hendaklah berpakaian sederhana dan tidak memakai wangi-wangian, kemudian mengerjakan shalat Istisqo’ secara berjamaah.
[*]Setelah salam, kemudian khotib berkhutbah dengan dua khutbah. Pada khutbah awal khotib membaca istighfar Sembilan kali, dan membaca istighfar tujuh kali pada khutbah yang kedua.
Khutbah Shalat Sunnah Istisqo’
Cara berkhutbah istisqo’ itu ada perbedaan dengan khutbah Jumat atau lainnya, yaitu dalam khutbahnya banyak menganjurkan istighfar, merendahkan diri serta penuh keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan permohonannya yakni akan mencurahkan hujan.
Ketika berdoa pada khutbah yang kedua untuk memohon agar segera turun hujan, maka khotib menghadap kiblat membelakangi ma’mum sambil berdoa bersama-sama dengan suara yang nyaring dan mengangkat tangan yang setinggi-tingginya. Disamping itu khotib disunnahkan memakai selendang dan sewaktu berdoa supaya memindahkan selendangnya, yang semula di sebelah kanan dipindahkan ke sebelah kiri, dan yang sebelah kiri di pindan ke sebelah kanan dan mengangkat tangan setinggi-tinggi sampai jauh berpisah dari badan.
Membaca Istighfar
ASTAGHFIRULLAAHAL ‘ADHIIMAL LADZII LAA ILAAHA ILLAA HUWAL HAYYUL QOYYUMU WA ATUUBU ILAIHI. Artinya : “Saya mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung. Tidak ada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri dan saya bertaubat kepada-Nya”.
Dalam pelaksanaan untuk meminta hujan ini ada tiga cara yaitu :
[*]Berdoa pada sembarang waktu atau tempat dengan menadahkan tangan setinggi-tingginya.
[*]Pada hari Jumat Khotib berdoa mohon diturunkan hujan ketika berkhutbah yang kedua pada saat membaca doa.
[*]Dengan melaksanakan shalat Istisqo’ sebagaimana telah diuraikan di atas beserta khutbahnya.
Lafazd Niat Shalat Istisqo’ :
USHOLLII SUNNATAL ISTISQOO’I ROK’ATAINI IMAAMAN/MA’MUUMAN LILLAAHI TA’AALAA ALLAAHU AKBARU. Artinya : “Saya berniat shalat sunnah istisqo’ dua rakaat jadi Imam/Ma’mum karena Allah Ta’ala. Allaahu Akbar”.
Bilangan Rakaat Shalat Sunnah Hajat :
Bilangan rakaat shalat sunnah Istisqo’ hanya dua rakaat.
Doa Sesudah Mengerjakan Shalat Sunnah Istisqo'
Di bawah ini beberapa doa untuk minta hujan terutama setelah mengerjakan shalat istisqo’ atau pada waktu khotib berdoa bersama-sama jamaah :
ALLAAHUMMAJ’AL SUQYAA ROHMATIN WA LAA TAJ’ ALHAA SUQYAA ‘ADZAABIN WA LAA MUHQIN WA LAA BALAA’IN WA LAA HADAMIN WA LAA GHOROQIN.
Artinya : “Wahai Allah, Jadikanlah hujan ini sebagai siraman rahmat, janganlah Engkau jadikan sebagai siraman siksa, memusnahkan harta, bencana, menghancurkan dan menenggelamkan”.
ALLLAAHUMMA BIL ‘IBAADI WAL BILAADI MINAL JUHDI WAL JUU’I WADLONKI WA LAA NASYKUU ILLAA ILAIKA.
Artinya : “Wahai Allah, hamba dan negeri sedang dilanda kemalaratan, kelaparan, kesempitan hidup dan kami tidak bisa mengadukan kecuali kepada-Mu”.
ALLAHUMMA ‘ALATH THIROOBI WAL AKAAMI WA MANAABITISY SYAJARI WA BUTHUUNIL AUDIYATI ALLAAHUMMA HAWAALAINAA WA LAA ‘ALAINAA. ALLAAHUMMA ASQINAL GHOITSA WA LAA TAJ’ ALNAA MINAL QOONITHIINA.
Artinya : “Ya Allah, curahkanlah hujan di atas gundukan tanah, bukit-bukit, tempat tumbuh-tumbuhan pohon, dan pada waduk-waduk lembah. Ya Allah curahkanlah hujan di sekitar kami dan jangan di atas kami. Ya Allah, curahkanlah hujan pada kami dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang putus asa”.
Demikian himbauan dan undangan yang dapat kami sampaikan semoga menjadikan bagian dari menyempurnakan ikhtiar, bertawakkal dan bersabar dalam menghadapi bencana asap ini sebagaimana Firman Allah SWT :
Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, "Aku pasti melakukan itu besok pagi,” Kecuali (dengan mengatakan), "Insya Allah." Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberi petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.” [Al Kahfi Ayat 23-24]
Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh ,
salam sejahtera untuk kita semua
#KASKUSERBERDO'A
#MAR16ERAK
#KASKUSERMELAWANASAP
TAMBAHAN INFORMASI MENGENAI FIQH, TUNTUNAN SHOLAT, KUMPULAN DOA SHOLAT ISTISQO & MOHON TURUN HUJAN
Istisqa artinya meminta hujan. Dalam kamus Lisaanul ‘Arab disebutkan:
ذكر الاستسقاء في الحديث، وهو استفعال من طلب السقيا: أي إنزال الغيث على البلاد والعباد
“Istisqa disebutkan dalam hadits. Arti istisqa adalah permohonan meminta as saqa, yaitu diturunkannya hujan kepada sebuah negeri atau kepada orang-orang”1
Namun di kalangan ahli fiqih, sudah dipahami jika disebut shalat istisqa, yang dimaksud adalah permohonan diturunkannya hujan kepada Allah, bukan kepada makhluk2.
Hukum Shalat Istisqa
Shalat istisqa hukumnya sunnah muakkadah (sangat ditekankan) ketika terjadi musim kering, karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan hal tersebut, sebagaimana dalam hadits ‘Aisyah Radhiallahu’anha:
شكا الناس إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم قحوط المطر فأمر بمنبر فوضع له في المصلى ووعد الناس يوما يخرجون فيه قالت عائشة فخرج رسول الله صلى الله عليه وسلم حين بدا حاجب الشمس فقعد على المنبر فكبر صلى الله عليه وسلم وحمد الله عز وجل ثم قال إنكم شكوتم جدب دياركم واستئخار المطر عن إبان زمانه عنكم وقد أمركم الله عز وجل أن تدعوه ووعدكم أن يستجيب لكم ثم قال ( الحمد لله رب العالمين الرحمن الرحيم ملك يوم الدين ) لا إله إلا الله يفعل ما يريد اللهم أنت الله لا إله إلا أنت الغني ونحن الفقراء أنزل علينا الغيث واجعل ما أنزلت لنا قوة وبلاغا إلى حين ثم رفع يديه فلم يزل في الرفع حتى بدا بياض إبطيه ثم حول إلى الناس ظهره وقلب أو حول رداءه وهو رافع يديه ثم أقبل على الناس ونزل فصلى ركعتين فأنشأ الله سحابة فرعدت وبرقت ثم أمطرت بإذن الله فلم يأت مسجده حتى سالت السيول فلما رأى سرعتهم إلى الكن ضحك صلى الله عليه وسلم حتى بدت نواجذه فقال أشهد أن الله على كل شيء قدير وأني عبد الله ورسوله
“Orang-orang mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang musim kemarau yang panjang. Lalu beliau memerintahkan untuk meletakkan mimbar di tempat tanah lapang, lalu beliau membuat kesepakatan dengan orang-orang untuk berkumpul pada suatu hari yang telah ditentukan”. Aisyah lalu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar ketika matahari mulai terlihat, lalu beliau duduk di mimbar. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir dan memuji Allah Azza wa Jalla, lalu bersabda, “Sesungguhnya kalian mengadu kepadaku tentang kegersangan negeri kalian dan hujan yang tidak kunjung turun, padahal Allah Azza Wa Jalla telah memerintahkan kalian untuk berdoa kepada-Nya dan Ia berjanji akan mengabulkan doa kalian” Kemudian beliau mengucapkan: “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari Pembalasan. (QS. Al-Fatihah: 2-4). laa ilaha illallahu yaf’alu maa yuriid. allahumma antallahu laa ilaha illa antal ghaniyyu wa nahnul fuqara`. anzil alainal ghaitsa waj’al maa anzalta lanaa quwwatan wa balaghan ilaa hiin (Tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Dia, Dia melakukan apa saja yang dikehendaki. Ya Allah, Engkau adalah Allah, tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Engkau Yang Maha kaya sementara kami yang membutuhkan. Maka turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang telah Engkau turunkan sebagai kekuatan bagi kami dan sebagai bekal di hari yang di tetapkan).” Kemudian beliau terus mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putihnya ketiak beliau. Kemudian beliau membalikkan punggungnya, membelakangi orang-orang dan membalik posisi selendangnya, ketika itu beliau masih mengangkat kedua tangannya. Kemudian beliau menghadap ke orang-orang, lalu beliau turun dari mimbar dan shalat dua raka’at. Lalu Allah mendatangkan awan yang disertai guruh dan petir. Turunlah hujan dengan izin Allah. Beliau tidak kembali menuju masjid sampai air bah mengalir di sekitarnya. Ketika beliau melihat orang-orang berdesak-desakan mencari tempat berteduh, beliau tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya, lalu bersabda: “Aku bersaksi bahwa Allah adalah Maha kuasa atas segala sesuatu dan aku adalah hamba dan Rasul-Nya” (HR. Abu Daud no.1173, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)
Ibnu Qudamah berkata: “Shalat istisqa hukumnya sunnah muakkadah, ditetapkan oleh sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan Khulafa Ar Rasyidin“3
Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Para ulama telah ber-‘ijma bahwa keluar beramai-ramai untuk shalat istisqa di luar daerah dengan doa dan memohon kepada Allah untuk menurunkan hujan ketika musim kemaran dan kekeringan melanda hukumnya adalah sunnah, yang telah disunnahkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tanpa ada perbedaan pendapat diantara para ulama dalam hal ini”4
Penyebab Terjadinya Kekeringan
Sebab terjadinya kekeringan yang berkepanjangan, bencana alam serta musibah-musibah lain secara umum adalah maksiat. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy Syuraa: 30)
Selain merebaknya maksiat secara umum, banyaknya orang yang enggan membayar zakat serta banyak kecurangan dalam jual beli, menjadi penyebab khusus atas terjadinya kekeringan dan masa-masa sulit. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
يا معشر المهاجرين: خمس إذا ابتليتم بهن وأعوذ بالله أن تدركوهن: لم تظهر الفاحشة في قوم قطُّ حتى يعلنوا بها إلاَّ فشا فيهم الطاعونُ والأوجاعُ التي لم تكن مضت في أسلافهم الذين مَضَوا.ولم ينقصوا المكيال والميزان إلا أُخذوا بالسنين وشدة المؤونة وجَوْر السلطان عليهم. ولم يَمْنعوا زكاة أموالهم إلا مُنعوا القطرَ من السماء، ولولا البهائمُ لم يُمطروا. ولم ينقضوا عهد الله وعهد رسوله إلا سلّط الله عليهم عدوًّا من غيرهم فأخذوا بعض ما في أيديهم. وما لم تحكم أئمتهم بكتاب الله ويتخيروا مما أنزل الله إلا جعل الله بأسهم بينهم
“Wahai sekalian kaum muhajirin, kalian akan diuji dengan lima perkara dan aku memohon perlindungan Allah agar kalian tidak ditimpa hal-hal tersebut.
Ketika perbuatan keji merajalela di tengah-tengah kaum hingga mereka berani terang-terangan melakukannya, akan menyebar penyakit menular dan kelaparan yang belum pernah mereka alami sebelumnya.
Ketika orang-orang gemar mencurangi timbangan, akan ada tahun-tahun yang menjadi masa sulit bagi kaum muslimin dan penguasa berbuat jahat kepada mereka
Ketika orang-orang enggan membayar zakat, air hujan akan ditahan dari langit. Andaikata bukan karena hewan-hewan ternak, niscaya hujan tidak akan pernah turun.
Ketika orang-orang mengingkari janji terhadap Allah dan Rasul-Nya, Allah akan menjadikan musuh dari selain mereka berkuasa atas mereka, kemudian mengambil sebagian apa yang ada di tangan mereka,
Ketika para penguasa tidak berhukum dengan Kitab Allah dan mereka memilih selain dari apa yang diturunkan oleh Allah, Allah akan menjadikan kehancuran mereka dari diri mereka sendiri”
(HR. Ibnu Maajah no.3262. Dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Ibni Maajah)
Sebagai perenungan akan masalah ini, silakan simak artikel Akibat Perbuatan Maksiat.
Beberapa Jenis Istisqa Kepada Allah
Memohon kepada Allah agar diturunkan hujan berdasarkan apa yang ditetapkan oleh syari’at, dapat dilakukan dengan beberapa cara:
Pertama, shalat istisqa secara berjama’ah ataupun sendirian5.
Kedua, imam shalat Jum’at memohon kepada Allah agar diturunkan hujan dalam khutbahnya. Para ulama ber-ijma’ bahwa hal ini disunnahkan senantiasa diamalkan oleh kaum muslimin sejak dahulu6. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, sebagaimana diceritakan sahabat Anas Bin Malik Radhiallahu’anhu:
أن رجلا دخل المسجد يوم الجمعة ، من باب كان نحو دار القضاء ، ورسول الله صلى الله عليه وسلم قائم يخطب ، فاستقبل رسول الله صلى الله عليه وسلم قائما ، ثم قال : يا رسول الله ، هلكت الأموال وانقطعت السبل ، فادع الله يغثنا . فرفع رسول الله صلى الله عليه وسلم يديه ، ثم قال :اللهم أغثنا، اللهم أغثنا، اللهم أغثنا . قال أنس : ولا والله ، ما نرى في السماء من سحاب ، ولا قزعة ، وما بيننا وبين سلع من بيت ولا دار . قال : فطلعت من ورائه سحابة مثل الترس ، فلما توسطت السماء انتشرت ثم أمطرت . فلا والله ما رأينا الشمس ستا
“Seorang lelaku memasuki masjid pada hari jum’at melalui pintu yang searah dengan daarul qadha. Ketika itu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sedang berkhutbah dengan posisi berdiri. Lelaki tadi berkata: ‘Wahai Rasulullah, harta-harta telah binasa dan jalan-jalan terputus (banyak orang kelaparan dan kehausan). Mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan!’. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan: Allahumma aghitsna (3x). Anas berkata: ‘Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat sedikitpun awan tebal maupun yang tipis. Awan-awan juga tidak ada di antara tempat kami, di bukit, rumah-rumah atau satu bangunan pun”. Anas berkata, “Tapi tiba-tiba dari bukit tampaklah awan bagaikan perisai. Ketika sudah membumbung sampai ke tengah langit, awan pun menyebar dan hujan pun turun”. Anas melanjutkan, “Demi Allah, sungguh kami tidak melihat matahari selama enam hari’” (HR. Bukhari no.1014, Muslim no.897)
Ketiga, berdoa setelah shalat atau berdoa sendirian tanpa didahului shalat. Para ulama ber-‘ijma akan bolehnya hal ini7.
Tempat Shalat Istisqa
Shalat istisqa lebih utama dilakukan di lapangan, sebagaimana dalam hadits ‘Aisyah Radhiallahu’anha disebutkan:
فأمر بمنبر فوضع له في المصلى
“Lalu beliau memerintahkan untuk meletakkan mimbar di tempat tanah lapang”
Juga dalam hadits Abdullah bin Zaid Al Mazini:
أن النبي صلى الله عليه وسلم خرج إلى المصلى ، فاستسقى فاستقبل القبلة ، وقلب رداءه ، وصلى ركعتين
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam keluar menuju lapangan. Beliau meminta hujan kepada Allah dengan menghadap kiblat, kemudian membalikan posisi selendangnya, lalu shalat 2 rakaat” (HR. Bukhari no. 1024)
Namun boleh melakukannya di masjid, sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani8 :
قوله : ( باب الاستسقاء في المسجد الجامع ) أشار بهذه الترجمة إلى أن الخروج إلى المصلى ليس بشرط في الاستسقاء
“Perkataan Imam Al Bukhari: ‘Bab Shalat Istisqa di Masjid Jami‘, menunjukkan tafsiran beliau bahwa keluar menuju lapangan bukanlah syarat sah shalat istisqa”
Waktu Pelaksanaan Shalat Istisqa
Shalat istisqa tidak memiliki waktu khusus namun terlarang dikerjakan di waktu-waktu terlarang untuk shalat9. Akan tetapi yang lebih utama adalah sebagaimana waktu pelaksanaan shalat ‘Id, yaitu ketika matahari mulai terlihat. Sebagaimana dalam hadits ‘Aisyah Radhiallahu’anha disebutkan:
فخرج رسول الله صلى الله عليه وسلم حين بدا حاجب الشمس
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar ketika matahari mulai terlihat”
Tata Cara Shalat Istisqa
Para ulama berbeda pendapat mengenai tata cara shalat istisqa. Ada dua pendapat dalam masalah ini:
Pendapat pertama, tata cara shalat istisqa adalah sebagaimana shalat ‘Id. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhu:
إن رسول الله صلى الله عليه وسلم خرج متبذلا متواضعا متضرعا حتى أتى المصلى فلم يخطب خطبتكم هذه ، ولكن لم يزل في الدعاء ، والتضرع ، والتكبير ، وصلى ركعتين كما كان يصلي في العيد
“Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam berjalan menuju tempat shalat dengan penuh ketundukan, tawadhu’, dan kerendahan hati hingga tiba di tempat shalat. Lalu beliau berkhutbah tidak sebagaimana biasanya, melainkan beliau tidak henti-hentinya berdoa, merendah, bertakbir dan melaksanakan shalat dua raka’at sebagaimana beliau melakukan shalat ‘Id” (HR. Tirmidzi no.558, ia berkata: “Hadits hasan shahih”)
Tata caranya sama dengan shalat ‘Id dalam jumlah rakaat, tempat pelaksanaan, jumlah takbir, jahr dalam bacaan dan bolehnya khutbah setelah shalat10. Ini adalah pendapat mayoritas ulama diantaranya Sa’id bin Musayyab, ‘Umar bin Abdil Aziz, Ibnu Hazm, dan Imam Asy Syafi’i.
Hanya saja berbeda dengan shalat ‘Id dalam beberapa hal:
Hukum. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Namun shalat istisqa berbeda dengan shalat ‘Id dalam hal hukum shalat Istisqa adalah sunnah, sedangkan shalat ‘Id adalah fardhu kifayah”. Sebagian ulama muhaqqiqin juga menguatkan hukum shalat ‘Id adalah fardhu ‘ain11.
Waktu pelaksanaan. Sebagaimana telah dijelaskan.
Mengenai tata cara shalat ‘Id secara rinci silakan baca kembali artikel: Panduan Shalat Idul Fithri dan Idul Adha
Pendapat kedua, tata cara shalat istisqa adalah sebagaimana shalat sunnah biasa, yaitu sebanyak dua rakaat tanpa ada tambahan takbir. Hal ini didasari hadits dari Abdullah bin Zaid:
خرج النبي – صلى الله عليه وسلم – إلى المصلى فاستقبل القبلة وحول رداءه، وصلى ركعتين
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam keluar menuju lapangan. Beliau meminta hujan kepada Allah dengan menghadap kiblat, kemudian membalikan posisi selendangnya, lalu shalat 2 rakaat” (HR. Bukhari no.1024, Muslim no.894).
Zhahir hadits ini menunjukkan shalat istisqa sebagaimana shalat sunnah biasa, tidak adanya takbir tambahan. Ini adalah pendapat Imam Malik, Al Auza’i, Abu Tsaur, dan Ishaq bin Rahawaih.
Ibnu Qudamah Al Maqdisi setelah menjelaskan dua tata cara ini beliau mengatakan12 : “Mengerjakan yang mana saja dari dua cara ini adalah boleh dan baik”.
[Bersambung, insya Allah]
—
1 Lisaanul ‘Arab, 14/393
2 Syarhul Mumthi’, 5/361
3 Al Mughni, 3/334
4 At Tamhid, 17/172
5 Al Ihkam Syarh Ushulil Ahkam, Ibnul Qasim, 1/504
6 Al Ihkam Syarh Ushulil Ahkam, Ibnul Qasim, 1/504
7 Lihat Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi 6/439, Al Inshaf 5/436, Al Mughni 3/348
8 Fathul Baari, 1/582
9 Al Mughni, 3/327 – 328
10 Al Mughni 3/335, Hasyiah Ibnu Qasim Ala Ar Radhil Murbi’ 2/541, Asy Syarhul Kabir Lil Inshaf 5/411
11 Majmu Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 24/183
12 Al Mughni, 3/335 – 337
Diringkas dari kitab Shalatul Istisqa Fii Dhau-i Al Kitab Was Sunnah, karya Syaikh DR. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qahthani, dengan beberapa tambahan.
—
Penyusun: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id
Spoiler for FIQH SHOLAT ISTISQO':
Istisqa artinya meminta hujan. Dalam kamus Lisaanul ‘Arab disebutkan:
ذكر الاستسقاء في الحديث، وهو استفعال من طلب السقيا: أي إنزال الغيث على البلاد والعباد
“Istisqa disebutkan dalam hadits. Arti istisqa adalah permohonan meminta as saqa, yaitu diturunkannya hujan kepada sebuah negeri atau kepada orang-orang”1
Namun di kalangan ahli fiqih, sudah dipahami jika disebut shalat istisqa, yang dimaksud adalah permohonan diturunkannya hujan kepada Allah, bukan kepada makhluk2.
Hukum Shalat Istisqa
Shalat istisqa hukumnya sunnah muakkadah (sangat ditekankan) ketika terjadi musim kering, karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan hal tersebut, sebagaimana dalam hadits ‘Aisyah Radhiallahu’anha:
شكا الناس إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم قحوط المطر فأمر بمنبر فوضع له في المصلى ووعد الناس يوما يخرجون فيه قالت عائشة فخرج رسول الله صلى الله عليه وسلم حين بدا حاجب الشمس فقعد على المنبر فكبر صلى الله عليه وسلم وحمد الله عز وجل ثم قال إنكم شكوتم جدب دياركم واستئخار المطر عن إبان زمانه عنكم وقد أمركم الله عز وجل أن تدعوه ووعدكم أن يستجيب لكم ثم قال ( الحمد لله رب العالمين الرحمن الرحيم ملك يوم الدين ) لا إله إلا الله يفعل ما يريد اللهم أنت الله لا إله إلا أنت الغني ونحن الفقراء أنزل علينا الغيث واجعل ما أنزلت لنا قوة وبلاغا إلى حين ثم رفع يديه فلم يزل في الرفع حتى بدا بياض إبطيه ثم حول إلى الناس ظهره وقلب أو حول رداءه وهو رافع يديه ثم أقبل على الناس ونزل فصلى ركعتين فأنشأ الله سحابة فرعدت وبرقت ثم أمطرت بإذن الله فلم يأت مسجده حتى سالت السيول فلما رأى سرعتهم إلى الكن ضحك صلى الله عليه وسلم حتى بدت نواجذه فقال أشهد أن الله على كل شيء قدير وأني عبد الله ورسوله
“Orang-orang mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang musim kemarau yang panjang. Lalu beliau memerintahkan untuk meletakkan mimbar di tempat tanah lapang, lalu beliau membuat kesepakatan dengan orang-orang untuk berkumpul pada suatu hari yang telah ditentukan”. Aisyah lalu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar ketika matahari mulai terlihat, lalu beliau duduk di mimbar. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir dan memuji Allah Azza wa Jalla, lalu bersabda, “Sesungguhnya kalian mengadu kepadaku tentang kegersangan negeri kalian dan hujan yang tidak kunjung turun, padahal Allah Azza Wa Jalla telah memerintahkan kalian untuk berdoa kepada-Nya dan Ia berjanji akan mengabulkan doa kalian” Kemudian beliau mengucapkan: “Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari Pembalasan. (QS. Al-Fatihah: 2-4). laa ilaha illallahu yaf’alu maa yuriid. allahumma antallahu laa ilaha illa antal ghaniyyu wa nahnul fuqara`. anzil alainal ghaitsa waj’al maa anzalta lanaa quwwatan wa balaghan ilaa hiin (Tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Dia, Dia melakukan apa saja yang dikehendaki. Ya Allah, Engkau adalah Allah, tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Engkau Yang Maha kaya sementara kami yang membutuhkan. Maka turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang telah Engkau turunkan sebagai kekuatan bagi kami dan sebagai bekal di hari yang di tetapkan).” Kemudian beliau terus mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putihnya ketiak beliau. Kemudian beliau membalikkan punggungnya, membelakangi orang-orang dan membalik posisi selendangnya, ketika itu beliau masih mengangkat kedua tangannya. Kemudian beliau menghadap ke orang-orang, lalu beliau turun dari mimbar dan shalat dua raka’at. Lalu Allah mendatangkan awan yang disertai guruh dan petir. Turunlah hujan dengan izin Allah. Beliau tidak kembali menuju masjid sampai air bah mengalir di sekitarnya. Ketika beliau melihat orang-orang berdesak-desakan mencari tempat berteduh, beliau tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya, lalu bersabda: “Aku bersaksi bahwa Allah adalah Maha kuasa atas segala sesuatu dan aku adalah hamba dan Rasul-Nya” (HR. Abu Daud no.1173, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)
Ibnu Qudamah berkata: “Shalat istisqa hukumnya sunnah muakkadah, ditetapkan oleh sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan Khulafa Ar Rasyidin“3
Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Para ulama telah ber-‘ijma bahwa keluar beramai-ramai untuk shalat istisqa di luar daerah dengan doa dan memohon kepada Allah untuk menurunkan hujan ketika musim kemaran dan kekeringan melanda hukumnya adalah sunnah, yang telah disunnahkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tanpa ada perbedaan pendapat diantara para ulama dalam hal ini”4
Penyebab Terjadinya Kekeringan
Sebab terjadinya kekeringan yang berkepanjangan, bencana alam serta musibah-musibah lain secara umum adalah maksiat. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (QS. Asy Syuraa: 30)
Selain merebaknya maksiat secara umum, banyaknya orang yang enggan membayar zakat serta banyak kecurangan dalam jual beli, menjadi penyebab khusus atas terjadinya kekeringan dan masa-masa sulit. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
يا معشر المهاجرين: خمس إذا ابتليتم بهن وأعوذ بالله أن تدركوهن: لم تظهر الفاحشة في قوم قطُّ حتى يعلنوا بها إلاَّ فشا فيهم الطاعونُ والأوجاعُ التي لم تكن مضت في أسلافهم الذين مَضَوا.ولم ينقصوا المكيال والميزان إلا أُخذوا بالسنين وشدة المؤونة وجَوْر السلطان عليهم. ولم يَمْنعوا زكاة أموالهم إلا مُنعوا القطرَ من السماء، ولولا البهائمُ لم يُمطروا. ولم ينقضوا عهد الله وعهد رسوله إلا سلّط الله عليهم عدوًّا من غيرهم فأخذوا بعض ما في أيديهم. وما لم تحكم أئمتهم بكتاب الله ويتخيروا مما أنزل الله إلا جعل الله بأسهم بينهم
“Wahai sekalian kaum muhajirin, kalian akan diuji dengan lima perkara dan aku memohon perlindungan Allah agar kalian tidak ditimpa hal-hal tersebut.
Ketika perbuatan keji merajalela di tengah-tengah kaum hingga mereka berani terang-terangan melakukannya, akan menyebar penyakit menular dan kelaparan yang belum pernah mereka alami sebelumnya.
Ketika orang-orang gemar mencurangi timbangan, akan ada tahun-tahun yang menjadi masa sulit bagi kaum muslimin dan penguasa berbuat jahat kepada mereka
Ketika orang-orang enggan membayar zakat, air hujan akan ditahan dari langit. Andaikata bukan karena hewan-hewan ternak, niscaya hujan tidak akan pernah turun.
Ketika orang-orang mengingkari janji terhadap Allah dan Rasul-Nya, Allah akan menjadikan musuh dari selain mereka berkuasa atas mereka, kemudian mengambil sebagian apa yang ada di tangan mereka,
Ketika para penguasa tidak berhukum dengan Kitab Allah dan mereka memilih selain dari apa yang diturunkan oleh Allah, Allah akan menjadikan kehancuran mereka dari diri mereka sendiri”
(HR. Ibnu Maajah no.3262. Dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Ibni Maajah)
Sebagai perenungan akan masalah ini, silakan simak artikel Akibat Perbuatan Maksiat.
Beberapa Jenis Istisqa Kepada Allah
Memohon kepada Allah agar diturunkan hujan berdasarkan apa yang ditetapkan oleh syari’at, dapat dilakukan dengan beberapa cara:
Pertama, shalat istisqa secara berjama’ah ataupun sendirian5.
Kedua, imam shalat Jum’at memohon kepada Allah agar diturunkan hujan dalam khutbahnya. Para ulama ber-ijma’ bahwa hal ini disunnahkan senantiasa diamalkan oleh kaum muslimin sejak dahulu6. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, sebagaimana diceritakan sahabat Anas Bin Malik Radhiallahu’anhu:
أن رجلا دخل المسجد يوم الجمعة ، من باب كان نحو دار القضاء ، ورسول الله صلى الله عليه وسلم قائم يخطب ، فاستقبل رسول الله صلى الله عليه وسلم قائما ، ثم قال : يا رسول الله ، هلكت الأموال وانقطعت السبل ، فادع الله يغثنا . فرفع رسول الله صلى الله عليه وسلم يديه ، ثم قال :اللهم أغثنا، اللهم أغثنا، اللهم أغثنا . قال أنس : ولا والله ، ما نرى في السماء من سحاب ، ولا قزعة ، وما بيننا وبين سلع من بيت ولا دار . قال : فطلعت من ورائه سحابة مثل الترس ، فلما توسطت السماء انتشرت ثم أمطرت . فلا والله ما رأينا الشمس ستا
“Seorang lelaku memasuki masjid pada hari jum’at melalui pintu yang searah dengan daarul qadha. Ketika itu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sedang berkhutbah dengan posisi berdiri. Lelaki tadi berkata: ‘Wahai Rasulullah, harta-harta telah binasa dan jalan-jalan terputus (banyak orang kelaparan dan kehausan). Mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan!’. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan: Allahumma aghitsna (3x). Anas berkata: ‘Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat sedikitpun awan tebal maupun yang tipis. Awan-awan juga tidak ada di antara tempat kami, di bukit, rumah-rumah atau satu bangunan pun”. Anas berkata, “Tapi tiba-tiba dari bukit tampaklah awan bagaikan perisai. Ketika sudah membumbung sampai ke tengah langit, awan pun menyebar dan hujan pun turun”. Anas melanjutkan, “Demi Allah, sungguh kami tidak melihat matahari selama enam hari’” (HR. Bukhari no.1014, Muslim no.897)
Ketiga, berdoa setelah shalat atau berdoa sendirian tanpa didahului shalat. Para ulama ber-‘ijma akan bolehnya hal ini7.
Tempat Shalat Istisqa
Shalat istisqa lebih utama dilakukan di lapangan, sebagaimana dalam hadits ‘Aisyah Radhiallahu’anha disebutkan:
فأمر بمنبر فوضع له في المصلى
“Lalu beliau memerintahkan untuk meletakkan mimbar di tempat tanah lapang”
Juga dalam hadits Abdullah bin Zaid Al Mazini:
أن النبي صلى الله عليه وسلم خرج إلى المصلى ، فاستسقى فاستقبل القبلة ، وقلب رداءه ، وصلى ركعتين
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam keluar menuju lapangan. Beliau meminta hujan kepada Allah dengan menghadap kiblat, kemudian membalikan posisi selendangnya, lalu shalat 2 rakaat” (HR. Bukhari no. 1024)
Namun boleh melakukannya di masjid, sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani8 :
قوله : ( باب الاستسقاء في المسجد الجامع ) أشار بهذه الترجمة إلى أن الخروج إلى المصلى ليس بشرط في الاستسقاء
“Perkataan Imam Al Bukhari: ‘Bab Shalat Istisqa di Masjid Jami‘, menunjukkan tafsiran beliau bahwa keluar menuju lapangan bukanlah syarat sah shalat istisqa”
Waktu Pelaksanaan Shalat Istisqa
Shalat istisqa tidak memiliki waktu khusus namun terlarang dikerjakan di waktu-waktu terlarang untuk shalat9. Akan tetapi yang lebih utama adalah sebagaimana waktu pelaksanaan shalat ‘Id, yaitu ketika matahari mulai terlihat. Sebagaimana dalam hadits ‘Aisyah Radhiallahu’anha disebutkan:
فخرج رسول الله صلى الله عليه وسلم حين بدا حاجب الشمس
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar ketika matahari mulai terlihat”
Tata Cara Shalat Istisqa
Para ulama berbeda pendapat mengenai tata cara shalat istisqa. Ada dua pendapat dalam masalah ini:
Pendapat pertama, tata cara shalat istisqa adalah sebagaimana shalat ‘Id. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhu:
إن رسول الله صلى الله عليه وسلم خرج متبذلا متواضعا متضرعا حتى أتى المصلى فلم يخطب خطبتكم هذه ، ولكن لم يزل في الدعاء ، والتضرع ، والتكبير ، وصلى ركعتين كما كان يصلي في العيد
“Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam berjalan menuju tempat shalat dengan penuh ketundukan, tawadhu’, dan kerendahan hati hingga tiba di tempat shalat. Lalu beliau berkhutbah tidak sebagaimana biasanya, melainkan beliau tidak henti-hentinya berdoa, merendah, bertakbir dan melaksanakan shalat dua raka’at sebagaimana beliau melakukan shalat ‘Id” (HR. Tirmidzi no.558, ia berkata: “Hadits hasan shahih”)
Tata caranya sama dengan shalat ‘Id dalam jumlah rakaat, tempat pelaksanaan, jumlah takbir, jahr dalam bacaan dan bolehnya khutbah setelah shalat10. Ini adalah pendapat mayoritas ulama diantaranya Sa’id bin Musayyab, ‘Umar bin Abdil Aziz, Ibnu Hazm, dan Imam Asy Syafi’i.
Hanya saja berbeda dengan shalat ‘Id dalam beberapa hal:
Hukum. Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Namun shalat istisqa berbeda dengan shalat ‘Id dalam hal hukum shalat Istisqa adalah sunnah, sedangkan shalat ‘Id adalah fardhu kifayah”. Sebagian ulama muhaqqiqin juga menguatkan hukum shalat ‘Id adalah fardhu ‘ain11.
Waktu pelaksanaan. Sebagaimana telah dijelaskan.
Mengenai tata cara shalat ‘Id secara rinci silakan baca kembali artikel: Panduan Shalat Idul Fithri dan Idul Adha
Pendapat kedua, tata cara shalat istisqa adalah sebagaimana shalat sunnah biasa, yaitu sebanyak dua rakaat tanpa ada tambahan takbir. Hal ini didasari hadits dari Abdullah bin Zaid:
خرج النبي – صلى الله عليه وسلم – إلى المصلى فاستقبل القبلة وحول رداءه، وصلى ركعتين
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam keluar menuju lapangan. Beliau meminta hujan kepada Allah dengan menghadap kiblat, kemudian membalikan posisi selendangnya, lalu shalat 2 rakaat” (HR. Bukhari no.1024, Muslim no.894).
Zhahir hadits ini menunjukkan shalat istisqa sebagaimana shalat sunnah biasa, tidak adanya takbir tambahan. Ini adalah pendapat Imam Malik, Al Auza’i, Abu Tsaur, dan Ishaq bin Rahawaih.
Ibnu Qudamah Al Maqdisi setelah menjelaskan dua tata cara ini beliau mengatakan12 : “Mengerjakan yang mana saja dari dua cara ini adalah boleh dan baik”.
[Bersambung, insya Allah]
—
1 Lisaanul ‘Arab, 14/393
2 Syarhul Mumthi’, 5/361
3 Al Mughni, 3/334
4 At Tamhid, 17/172
5 Al Ihkam Syarh Ushulil Ahkam, Ibnul Qasim, 1/504
6 Al Ihkam Syarh Ushulil Ahkam, Ibnul Qasim, 1/504
7 Lihat Syarh Shahih Muslim Lin Nawawi 6/439, Al Inshaf 5/436, Al Mughni 3/348
8 Fathul Baari, 1/582
9 Al Mughni, 3/327 – 328
10 Al Mughni 3/335, Hasyiah Ibnu Qasim Ala Ar Radhil Murbi’ 2/541, Asy Syarhul Kabir Lil Inshaf 5/411
11 Majmu Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 24/183
12 Al Mughni, 3/335 – 337
Diringkas dari kitab Shalatul Istisqa Fii Dhau-i Al Kitab Was Sunnah, karya Syaikh DR. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al Qahthani, dengan beberapa tambahan.
—
Penyusun: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id
Spoiler for KUMPULAN DO'A SHOLAT ISTISQO' DAN MOHON TURUN HUJAN:
Panitia :
Relawan Kaskuser Forum Spiritual
Relawan Kaskuser Forum Supranatural
Relawan Kaskuser Forum Budaya
Relawan Kaskuser Forum Gemstone
Relawan Kaskuser Regional Jakarta
Relawan Kaskuser Regional Bogor
Relawan Kaskuser Regional Depok
Relawan Kaskuser Regional Bekasi
Relawan Kaskuser Regional Tangerang
Relawan Kaskuser Regional Banten
Relawan Kaskuser Forum2, Sub Forum2 dan Regional2
Relawan Kaskus Officer
Relawan Non Kaskuser
Relawan Kaskuser Forum Spiritual
Relawan Kaskuser Forum Supranatural
Relawan Kaskuser Forum Budaya
Relawan Kaskuser Forum Gemstone
Relawan Kaskuser Regional Jakarta
Relawan Kaskuser Regional Bogor
Relawan Kaskuser Regional Depok
Relawan Kaskuser Regional Bekasi
Relawan Kaskuser Regional Tangerang
Relawan Kaskuser Regional Banten
Relawan Kaskuser Forum2, Sub Forum2 dan Regional2
Relawan Kaskus Officer
Relawan Non Kaskuser
REGIONAL KARESIDENAN MADIUN BERDOA
REGIONAL MADURA BERDOA
REGIONAL DKI JAKARTA BERDOA
REGIONAL PALU BERDOA
REGIONAL KALTIM-KALTARA BERDOA
REGIONAL YOGYAKARTA BERDOA
REGIONAL JAMBI BERDOA
REGIONAL MINANGKABAU BERDOA
REGIONAL BEKASI BERDOA
REGIONAL DEPOK BERDOA
REGIONAL KARESIDENAN KEDU BERDOA
REGIONAL BOGOR BERDOA
REGIONAL KALBAR BERDOA
REGIONAL MALANG BERDOA
REGIONAL SIDOARJO BERDOA
REGIONAL PAPUA BERDOA
REGIONAL SURABAYA BERDOA
REGIONAL KARESIDENAN KEDIRI BERDOA
KAMPUS SAMUDRA ILMU HIKMAH BERDOA
FORUM SUPRANATURAL BERDOA
FORUM BUDAYA BERDOA
FORUM GEMSTONE BERDOA
FORUM COMPUTER STUFF BERDOA
FORUM ENTREPRENEUR CORNER BERDOA
FORUM GREEN LIFESTYLE BERDOA
FORUM SAINS & TEKNOLOGI BERDOA
FORUM SURAT PEMBACA BERDOA
FORUM BISNIS BERDOA
FORUM LOUNGE BERDOA
FORUM HEART TO HEART BERDOA
~Q� Be Wise, No Pertamax, No Nampang di Pekiwan, No OOT, No Flame, No SARA, No Debat �Q~
Waktu dan tempat kami persilahkan .........
Waktu dan tempat kami persilahkan .........
semoga hujannya cepet turun
aamiin
Fainsya Allah hadir dilokasi yg diadakan FORSUP,FORBUD,FORSPIRIT JAKARTA....
mudah mudahan terkabul
http://kask.us/h8OMB
http://kask.us/h8OMB
Quote:Original Posted By rayyou ►
REGJAK BERDO'A
Quote:Original Posted By jengjamed ►
SUB FORUM COMPUTER STUFF BERDOA
At-Tin kan?
meluncur dah kalo gak ada aral melintang
:
REGJAK BERDO'A
Quote:Original Posted By jengjamed ►
SUB FORUM COMPUTER STUFF BERDOA
At-Tin kan?
meluncur dah kalo gak ada aral melintang
:
mohon dukungannya kaskuser semua agar kegiatan ini lancar dan diberkahi allah swt
dan mohon bantuan untuk menyebarkan thread di regional masing2
dan mohon bantuan untuk menyebarkan thread di regional masing2
wabiniyatin Qobul....
amin amin amin
amin amin amin
InsyaAllah Allah mengabulkan hajat kita untuk menurunkan hujan di daerah bencana. Aamiin. Ijin share link mod, mudah mudahan Allah Meridhoi kita semua.
Semoga hujan lekas turun. Membawa berkah untuk kita semua terutama untuk saudara ditanah sumatra,kalimantan, dan riau.
Dan semoga semua bisa instropeksi agar kejadian seperti ini tak terulang lagi...
Aminnn
#Insha Allah hadir.
Via: Kaskus.co.id
Dan semoga semua bisa instropeksi agar kejadian seperti ini tak terulang lagi...
Aminnn
#Insha Allah hadir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar