Assalamualaikum wr wb
ini thread ane yang kedua
tampak dalam salah satu kelas
tampak luar MIS Darul Ulum Tololai
ketika Foto Bersama, Kepsek MIS Darul Ulum Tololai, Ketua Yayasan Darul Ulum Tololai, Pendiri Kosambo, Ketua dan Pengurus KOSAMBO, Civitas BABUJU, Pemuda Wera serta Para Guru di MIS Darul Ulum Tololai - Ambalawi.
Quote:jangan melihat orang dari tampangnya , tapi lihat dari isi hatinya
Jgn lupa and and komennya
terima kasih
Wassalamualaikum wr wb
ini thread ane yang kedua
Spoiler for beritanya:
Perawakannya tinggi besar, rambut gondrong, dan tampang sangar
Sekilas dari penampilannya,
orang bakal menyangka M Saleh Yusuf, adalah seorang preman judes tak kenal ampun. Tapi, penampilan laki-laki kelahiran Desa Mawu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini terkadang memang ‘menipu’ orang.
Tampang boleh sangar, tapi M Saleh sebetulnya memiliki hati lembut. Sehari-harinya, pria yang akrab disapa Alan itu bekerja sebagai sopir bus malam AKAP dengan rute Bima-Jakarta.
Siapa sangka, di balik penampilannya yang garang, Alan memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Berawal dari keprihatinan menyaksikan anak-anak di desanya yang tidak bersekolah dan kurangnya pengetahuan akan agama, lantaran banyak yang ditinggal merantau orang tuanya ke Kalimantan, Malaysia, dan daerah-daerah lain. Sebuah ide membangun sekolah pun terlintas di benaknya.
Berdasarkan pengalamannya melewati beberapa wilayah di Indonesia, ia sadar desanya tertinggal jauh. “Pada waktu itu saya melihat perbandingan kualitas hidup beserta pendidikan selama saya menyetir bus dari Bima ke Jakarta.
Saya melihat anak-anak di sekolah dan kampung saya perlu mengubah pola pikirnya. Saya melihat perbandingan itu dan saya sadar kualitas hidup di kampung saya sangat jauh tertinggal,” ungkap penerima penghargaan Kick Andy heroes.
[SPOILER=lanjutan ]
Guna mewujudkan tekadnya, pria berusia 42 tahun itu menyisihkan penghasilannya dari profesi yang digelutinya selama 20 tahun terakhir.
Dengan tekad kuat dan dukungan keluarga, pada 2008 Alan berhasil membangun sekolah gratis tingkat taman kanak-kanak (TK) dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darul Ulum di kampungnya, Desa Mawu, Dusun Tololai, setengah jam perjalanan dari kota Bima.
“Tujuan saya (membangun sekolah) agar mereka (anak-anak) menyadari bahwa mereka harus taat agama dan bekerja meskipun di Bima banyak konflik dan banyak pengangguran. Saya berharap bisa melakukan apapun walau hanya sedikit,” tuturnya.
Meski hanya terbuat dari kayu dan bilik, madrasah itu sangat dirasakan manfaatnya bagi warga sekitar, terutama anak-anak. Kini, Madrasah Darul Ulum telah memiliki 100 siswa dan15 staf pengajar.
Dalam perjuangannya mencerdaskan anak-anak tidak mampu di Bima, Alan kemudian mulai bersinggungan dengan berbagai bantuan yang bermuatan pencitraan semata. Ada pejabat secara pribadi ingin membantu, namun ia menolaknya lantaran bantuan tersebut terkesan tidak sesuai dengan mekanisme yang lazim. “Kami memang butuh bantuan dari pemerintah atau yang lain. Tapi harus sesuai dengan mekanisme,” Alan memaparkan.
Meskipun begitu niatnya mendidik anak-anak di daerahnya tak surut bahkan ada keinginannya membangun yayasan sampai perguruan tinggi. Baginya orang-orang yang telah mendorongnya berbuat lebih untuk daerahnya adalah orang tua dan saudaranya. “Tujuan saya jelas untuk dunia akhirat. Tapi untuk agama saya tidak boleh riya. Saya sendiri masih harus banyak belajar masalah agama,” ujarnya.
Soal profesinya sebagai sopir bus malam, Alan mengakui tampang sangarnya itu justru banyak ‘membantu’. Sebab, tak jarang harus menghadapi para preman mabuk yang memalak di terminal. Lantaran tampak sangarnya pula, ia disegani para preman dari terminal ke terminal persinggahan busnya.
“Taktiknya saya skenariokan bahwa saya preman. Melalui tampang. Agak klaim sedikit. Preman itu bukan sebuah titel. Hanya penampilan kita saja,” katanya.
Sekian lama menjadi sopir bus malam makin menempa perjalanan batinnya. “Saya kerap mengutip ilmu yang saya dapatkan selama perjalanan. Kian lama kian menerangi jalan hidup saya,” ia menjelaskan.
“Di jalanan saya punya peluang untuk mencari rejeki, mencari penumpang. Mereka mau duduk dimana saja saya bolehkan. Ada juga penumpang kehabisan uang saya naikkan saja. Yang paling penting mereka jujur bahwa mereka memang tidak punya uang" ungkap alan
Sekilas dari penampilannya,
orang bakal menyangka M Saleh Yusuf, adalah seorang preman judes tak kenal ampun. Tapi, penampilan laki-laki kelahiran Desa Mawu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini terkadang memang ‘menipu’ orang.
Tampang boleh sangar, tapi M Saleh sebetulnya memiliki hati lembut. Sehari-harinya, pria yang akrab disapa Alan itu bekerja sebagai sopir bus malam AKAP dengan rute Bima-Jakarta.
Siapa sangka, di balik penampilannya yang garang, Alan memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Berawal dari keprihatinan menyaksikan anak-anak di desanya yang tidak bersekolah dan kurangnya pengetahuan akan agama, lantaran banyak yang ditinggal merantau orang tuanya ke Kalimantan, Malaysia, dan daerah-daerah lain. Sebuah ide membangun sekolah pun terlintas di benaknya.
Berdasarkan pengalamannya melewati beberapa wilayah di Indonesia, ia sadar desanya tertinggal jauh. “Pada waktu itu saya melihat perbandingan kualitas hidup beserta pendidikan selama saya menyetir bus dari Bima ke Jakarta.
Saya melihat anak-anak di sekolah dan kampung saya perlu mengubah pola pikirnya. Saya melihat perbandingan itu dan saya sadar kualitas hidup di kampung saya sangat jauh tertinggal,” ungkap penerima penghargaan Kick Andy heroes.
[SPOILER=lanjutan ]
Guna mewujudkan tekadnya, pria berusia 42 tahun itu menyisihkan penghasilannya dari profesi yang digelutinya selama 20 tahun terakhir.
Dengan tekad kuat dan dukungan keluarga, pada 2008 Alan berhasil membangun sekolah gratis tingkat taman kanak-kanak (TK) dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darul Ulum di kampungnya, Desa Mawu, Dusun Tololai, setengah jam perjalanan dari kota Bima.
“Tujuan saya (membangun sekolah) agar mereka (anak-anak) menyadari bahwa mereka harus taat agama dan bekerja meskipun di Bima banyak konflik dan banyak pengangguran. Saya berharap bisa melakukan apapun walau hanya sedikit,” tuturnya.
Meski hanya terbuat dari kayu dan bilik, madrasah itu sangat dirasakan manfaatnya bagi warga sekitar, terutama anak-anak. Kini, Madrasah Darul Ulum telah memiliki 100 siswa dan15 staf pengajar.
Dalam perjuangannya mencerdaskan anak-anak tidak mampu di Bima, Alan kemudian mulai bersinggungan dengan berbagai bantuan yang bermuatan pencitraan semata. Ada pejabat secara pribadi ingin membantu, namun ia menolaknya lantaran bantuan tersebut terkesan tidak sesuai dengan mekanisme yang lazim. “Kami memang butuh bantuan dari pemerintah atau yang lain. Tapi harus sesuai dengan mekanisme,” Alan memaparkan.
Meskipun begitu niatnya mendidik anak-anak di daerahnya tak surut bahkan ada keinginannya membangun yayasan sampai perguruan tinggi. Baginya orang-orang yang telah mendorongnya berbuat lebih untuk daerahnya adalah orang tua dan saudaranya. “Tujuan saya jelas untuk dunia akhirat. Tapi untuk agama saya tidak boleh riya. Saya sendiri masih harus banyak belajar masalah agama,” ujarnya.
Soal profesinya sebagai sopir bus malam, Alan mengakui tampang sangarnya itu justru banyak ‘membantu’. Sebab, tak jarang harus menghadapi para preman mabuk yang memalak di terminal. Lantaran tampak sangarnya pula, ia disegani para preman dari terminal ke terminal persinggahan busnya.
“Taktiknya saya skenariokan bahwa saya preman. Melalui tampang. Agak klaim sedikit. Preman itu bukan sebuah titel. Hanya penampilan kita saja,” katanya.
Sekian lama menjadi sopir bus malam makin menempa perjalanan batinnya. “Saya kerap mengutip ilmu yang saya dapatkan selama perjalanan. Kian lama kian menerangi jalan hidup saya,” ia menjelaskan.
“Di jalanan saya punya peluang untuk mencari rejeki, mencari penumpang. Mereka mau duduk dimana saja saya bolehkan. Ada juga penumpang kehabisan uang saya naikkan saja. Yang paling penting mereka jujur bahwa mereka memang tidak punya uang" ungkap alan
Spoiler for gambar:
tampak dalam salah satu kelas
tampak luar MIS Darul Ulum Tololai
ketika Foto Bersama, Kepsek MIS Darul Ulum Tololai, Ketua Yayasan Darul Ulum Tololai, Pendiri Kosambo, Ketua dan Pengurus KOSAMBO, Civitas BABUJU, Pemuda Wera serta Para Guru di MIS Darul Ulum Tololai - Ambalawi.
Spoiler for sumber:
1.pribuminews.com
2. gambar google
2. gambar google
Quote:jangan melihat orang dari tampangnya , tapi lihat dari isi hatinya
Jgn lupa and and komennya
terima kasih
Wassalamualaikum wr wb
Keren banget gan, sampe bisa bangun sekolah gratis gitu
salut deh buat si om
salut deh buat si om
Jan liat orang dari rambutnya tjoi.
assalamualaikum wr wb
thread ane yang kedua
Jgn lupa and and komennya
Waalaikum salam
thread ane yang kedua
Spoiler for beritanya:
Perawakannya tinggi besar, rambut gondrong, dan tampang sangar
Sekilas dari penampilannya,
orang bakal menyangka M Saleh Yusuf, adalah seorang preman judes tak kenal ampun. Tapi, penampilan laki-laki kelahiran Desa Mawu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini terkadang memang ‘menipu’ orang.
Tampang boleh sangar, tapi M Saleh sebetulnya memiliki hati lembut. Sehari-harinya, pria yang akrab disapa Alan itu bekerja sebagai sopir bus malam AKAP dengan rute Bima-Jakarta.
Siapa sangka, di balik penampilannya yang garang, Alan memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Berawal dari keprihatinan menyaksikan anak-anak di desanya yang tidak bersekolah dan kurangnya pengetahuan akan agama, lantaran banyak yang ditinggal merantau orang tuanya ke Kalimantan, Malaysia, dan daerah-daerah lain. Sebuah ide membangun sekolah pun terlintas di benaknya.
Berdasarkan pengalamannya melewati beberapa wilayah di Indonesia, ia sadar desanya tertinggal jauh. “Pada waktu itu saya melihat perbandingan kualitas hidup beserta pendidikan selama saya menyetir bus dari Bima ke Jakarta.
Saya melihat anak-anak di sekolah dan kampung saya perlu mengubah pola pikirnya. Saya melihat perbandingan itu dan saya sadar kualitas hidup di kampung saya sangat jauh tertinggal,” ungkap penerima penghargaan Kick Andy heroes.
[SPOILER=lanjutan ]
Guna mewujudkan tekadnya, pria berusia 42 tahun itu menyisihkan penghasilannya dari profesi yang digelutinya selama 20 tahun terakhir.
Dengan tekad kuat dan dukungan keluarga, pada 2008 Alan berhasil membangun sekolah gratis tingkat taman kanak-kanak (TK) dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darul Ulum di kampungnya, Desa Mawu, Dusun Tololai, setengah jam perjalanan dari kota Bima.
“Tujuan saya (membangun sekolah) agar mereka (anak-anak) menyadari bahwa mereka harus taat agama dan bekerja meskipun di Bima banyak konflik dan banyak pengangguran. Saya berharap bisa melakukan apapun walau hanya sedikit,” tuturnya.
Meski hanya terbuat dari kayu dan bilik, madrasah itu sangat dirasakan manfaatnya bagi warga sekitar, terutama anak-anak. Kini, Madrasah Darul Ulum telah memiliki 100 siswa dan15 staf pengajar.
Dalam perjuangannya mencerdaskan anak-anak tidak mampu di Bima, Alan kemudian mulai bersinggungan dengan berbagai bantuan yang bermuatan pencitraan semata. Ada pejabat secara pribadi ingin membantu, namun ia menolaknya lantaran bantuan tersebut terkesan tidak sesuai dengan mekanisme yang lazim. “Kami memang butuh bantuan dari pemerintah atau yang lain. Tapi harus sesuai dengan mekanisme,” Alan memaparkan.
Meskipun begitu niatnya mendidik anak-anak di daerahnya tak surut bahkan ada keinginannya membangun yayasan sampai perguruan tinggi. Baginya orang-orang yang telah mendorongnya berbuat lebih untuk daerahnya adalah orang tua dan saudaranya. “Tujuan saya jelas untuk dunia akhirat. Tapi untuk agama saya tidak boleh riya. Saya sendiri masih harus banyak belajar masalah agama,” ujarnya.
Soal profesinya sebagai sopir bus malam, Alan mengakui tampang sangarnya itu justru banyak ‘membantu’. Sebab, tak jarang harus menghadapi para preman mabuk yang memalak di terminal. Lantaran tampak sangarnya pula, ia disegani para preman dari terminal ke terminal persinggahan busnya.
“Taktiknya saya skenariokan bahwa saya preman. Melalui tampang. Agak klaim sedikit. Preman itu bukan sebuah titel. Hanya penampilan kita saja,” katanya.
Sekian lama menjadi sopir bus malam makin menempa perjalanan batinnya. “Saya kerap mengutip ilmu yang saya dapatkan selama perjalanan. Kian lama kian menerangi jalan
hidup saya,” ia menjelaskan.
“Di jalanan saya punya peluang untuk mencari rejeki, mencari
penumpang. Mereka mau duduk dimana saja saya bolehkan.
Ada juga penumpang kehabisan uang saya naikkan saja. Yang
paling penting mereka jujur bahwa tidak punya
Sekilas dari penampilannya,
orang bakal menyangka M Saleh Yusuf, adalah seorang preman judes tak kenal ampun. Tapi, penampilan laki-laki kelahiran Desa Mawu, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini terkadang memang ‘menipu’ orang.
Tampang boleh sangar, tapi M Saleh sebetulnya memiliki hati lembut. Sehari-harinya, pria yang akrab disapa Alan itu bekerja sebagai sopir bus malam AKAP dengan rute Bima-Jakarta.
Siapa sangka, di balik penampilannya yang garang, Alan memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Berawal dari keprihatinan menyaksikan anak-anak di desanya yang tidak bersekolah dan kurangnya pengetahuan akan agama, lantaran banyak yang ditinggal merantau orang tuanya ke Kalimantan, Malaysia, dan daerah-daerah lain. Sebuah ide membangun sekolah pun terlintas di benaknya.
Berdasarkan pengalamannya melewati beberapa wilayah di Indonesia, ia sadar desanya tertinggal jauh. “Pada waktu itu saya melihat perbandingan kualitas hidup beserta pendidikan selama saya menyetir bus dari Bima ke Jakarta.
Saya melihat anak-anak di sekolah dan kampung saya perlu mengubah pola pikirnya. Saya melihat perbandingan itu dan saya sadar kualitas hidup di kampung saya sangat jauh tertinggal,” ungkap penerima penghargaan Kick Andy heroes.
[SPOILER=lanjutan ]
Guna mewujudkan tekadnya, pria berusia 42 tahun itu menyisihkan penghasilannya dari profesi yang digelutinya selama 20 tahun terakhir.
Dengan tekad kuat dan dukungan keluarga, pada 2008 Alan berhasil membangun sekolah gratis tingkat taman kanak-kanak (TK) dan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Darul Ulum di kampungnya, Desa Mawu, Dusun Tololai, setengah jam perjalanan dari kota Bima.
“Tujuan saya (membangun sekolah) agar mereka (anak-anak) menyadari bahwa mereka harus taat agama dan bekerja meskipun di Bima banyak konflik dan banyak pengangguran. Saya berharap bisa melakukan apapun walau hanya sedikit,” tuturnya.
Meski hanya terbuat dari kayu dan bilik, madrasah itu sangat dirasakan manfaatnya bagi warga sekitar, terutama anak-anak. Kini, Madrasah Darul Ulum telah memiliki 100 siswa dan15 staf pengajar.
Dalam perjuangannya mencerdaskan anak-anak tidak mampu di Bima, Alan kemudian mulai bersinggungan dengan berbagai bantuan yang bermuatan pencitraan semata. Ada pejabat secara pribadi ingin membantu, namun ia menolaknya lantaran bantuan tersebut terkesan tidak sesuai dengan mekanisme yang lazim. “Kami memang butuh bantuan dari pemerintah atau yang lain. Tapi harus sesuai dengan mekanisme,” Alan memaparkan.
Meskipun begitu niatnya mendidik anak-anak di daerahnya tak surut bahkan ada keinginannya membangun yayasan sampai perguruan tinggi. Baginya orang-orang yang telah mendorongnya berbuat lebih untuk daerahnya adalah orang tua dan saudaranya. “Tujuan saya jelas untuk dunia akhirat. Tapi untuk agama saya tidak boleh riya. Saya sendiri masih harus banyak belajar masalah agama,” ujarnya.
Soal profesinya sebagai sopir bus malam, Alan mengakui tampang sangarnya itu justru banyak ‘membantu’. Sebab, tak jarang harus menghadapi para preman mabuk yang memalak di terminal. Lantaran tampak sangarnya pula, ia disegani para preman dari terminal ke terminal persinggahan busnya.
“Taktiknya saya skenariokan bahwa saya preman. Melalui tampang. Agak klaim sedikit. Preman itu bukan sebuah titel. Hanya penampilan kita saja,” katanya.
Sekian lama menjadi sopir bus malam makin menempa perjalanan batinnya. “Saya kerap mengutip ilmu yang saya dapatkan selama perjalanan. Kian lama kian menerangi jalan
hidup saya,” ia menjelaskan.
“Di jalanan saya punya peluang untuk mencari rejeki, mencari
penumpang. Mereka mau duduk dimana saja saya bolehkan.
Ada juga penumpang kehabisan uang saya naikkan saja. Yang
paling penting mereka jujur bahwa tidak punya
Spoiler for sumber:
Sumber : pribuminews.com
Jgn lupa and and komennya
Waalaikum salam
Keren, mulia banget orangnya beda ama penampilannya
Keren banget si om. Masuk surgalah om
ini yg perlu di apresiasi, memajukan kehidupan bangsa, sukses terus bang
salute buat buat pak supir
salut banget ama supir nya
gile penampakannya preman banget gan
tapi hatinya keren
tapi hatinya keren
Mantap gan. ,,
Empang qt gk bisa nilai org Dr Muke doang.
Empang qt gk bisa nilai org Dr Muke doang.
Wahh... keren banget nich sopir AKAP ya gan...
bisa sampe bangun sekolah gitu gan.. luar biasa sekali...
bisa sampe bangun sekolah gitu gan.. luar biasa sekali...
salut buat bpknya. semoga barokah dunia akhirat,
jangan liat tampang tapi liat akhlaq nya
ane nonton tuh waktu di kick andy
Keren gan
Salut buat pak saleh, keren banget aksinya moga makin banyak aja orang baik begini
Muka kan gq jamin
Llz
Via: Kaskus.co.id
Llz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar