Pages


Selasa, 16 Juni 2015

Dilema skripsi, dihapus atau tidak?



Weleh weleh...
terima kasih mendalam kembali yang amat sangat banyak untuk momod/mimin yang udah mengangkat trit ini menjadi HOT TRIT tanggal 14 Juni 2015


Ini adalah HT ke-11 ane gan


Spoiler for Hot trit tanggal 14 Juni 2015:




Terima kasih juga untuk agan2/wati sekalian yang udah menyediakan waktunya untuk mampir ke trit ini, rating dan juga lempar cendolnya ke ane

Apaan sih gan skripsi itu?
Spoiler for Skripsi adalah::
skripsi/skrip·si/ n karangan ilmiah yg wajib ditulis oleh mahasiswa sbg bagian dr persyaratan akhir pendidikan akademisnya: ia menyusun -- selama hampir lima bulan Sumber (kbbi.web.id)
Lalu disertasi dan tesis itu apa?
Spoiler for Menurut KBBI::

disertasi/di·ser·ta·si/ n karangan ilmiah yg ditulis untuk memperoleh gelar doktor

tesis/te·sis/ /tésis/ n 1 pernyataan atau teori yg didukung oleh argumen yg dikemukakan dl karangan; untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pd perguruan tinggi; 2 karangan ilmiah yg ditulis untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pd suatu universitas (perguruan tinggi); disertasi
Sumber  (kbbi.web.id)

Belakangan sempat marak mengenai pemberitaan mengenai kemungkinan penghapusan skripsi pada jenjang pendidikan tingkat lanjut. Rekasi pun beragam, dari mulai yang pro sampai kontra, dari yang merasa sangat diuntungkan sampai yang merasa tak ada manfaat penghapusan skripsi ini. Contoh beritanya nih gan:

Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Minta Skripsi Dihapus
Kamis, 28 Mei 2015 | 15:41 WIB

TEMPO.CO, Malang - Kalangan perguruan tinggi swasta mendukung gagasan penghapusan skripsi sebagai syarat kelulusan mahasiswa program strata satu (S1). Kualitas lulusan sarjana S1 dinilai tidak bisa semata-mata diukur dari karya ilmiah karena faktanya banyak skripsi diperjualbelikan, dipalsukan, dan diplagiasi. Penghapusan skripsi dianggap bisa menghilangkan praktek curang tersebut.

“Kebanyakan skripsi lebih mirip kompilasi materi hasil unduhan dari Internet atau menyadur dari karya orang lain, bukan murni sebagai karya ilmiah si pembuat,” kata Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Jawa Timur Suko Wiyono kepada Tempo, Kamis, 28 Mei 2015.

Menurut Suko, di era 80-an tidak ada kewajiban mahasiswa menyusun skripsi. Tanpa skripsi, kata dia, toh banyak perguruan tinggi yang menghasilkan sarjana bermutu dan sukses di beragam bidang profesi. Skripsi bisa diganti dengan pembuatan laporan tentang pembelajaran mandiri dalam bentuk karya tulis yang bersifat opsional.

Ia mengingatkan perguruan tinggi agar lebih membenahi proses belajar-mengajar. Banyak sekali proses belajar-mengajar di perguruan tinggi yang linier, tidak dialogis, tidak demokratis dan hanya menempatkan dosen sebagai sumber tunggal ilmu pengetahuan. Alhasil, para mahasiswa kesulitan memunculkan potensi dan mengembangkan kemampuannya.

Pengelola perguruan tinggi dan tenaga pengajar, ujarnya, harus intensif mendorong para mahasiswa untuk berkarya. Seorang mahasiswa yang mampu menembus jurnal internasional, misalnya, otomatis bisa diluluskan. Mahasiswa yang berhasil sebagai pengusaha pun patut diluluskan tanpa susah payah bikin skripsi.

“Insya Allah dengan begitu bisa menghasilkan sarjana yang berkualitas dan jujur karena kelulusannya dikonversikan dengan tugas akhir yang sesuai dengan praktek. Hasil yang didapatkan lebih empiris. Kalau berupa laporan mengenai kegiatan, saya rasa hasilnya lebih aktual dan berkualitas,” kata Suko Wiyono, yang juga Rektor Universitas Wisnuwardhana, Malang.

Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, Agus Maimun, tidak sependapat dengan ide penghapusan skripsi. Alasannya, skripsi merupakan bentuk aktualisasi dari ilmu yang didapatkan mahasiswa selama kuliah. Penulisan skripsi, kata Agus, bisa menjadi media belajar bagi mahasiswa untuk menuangkan pikirannya dalam bentuk karya tulis karena tidak semua orang bisa menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan. “Melalui pembuatan skripsi mahasiswa bisa belajar, sekaligus bisa menjadi kenang-kenangan semasa kuliah,” kata Agus.

Bagi mahasiswa yang terhambat kelulusannya karena skripsi, ujar dia, masih bisa diakali dengan mempercepat pengajuan proposal skripsi di akhir semester enam sehingga mahasiswa punya waktu cukup untuk mengerjakan skripsi dan tamat belajar tepat waktu.

ABDI PURMONO Sumber  (nasional.tempo.co)

Penulisan Skripsi Dihapus, Ini Kata Guru Besar Padang
Sabtu, 30 Mei 2015 | 12:09 WIB

TEMPO.CO, Padang - Guru besar Universitas Negeri Padang, Mestika Zed, mempertanyakan gagasan penghapusan skripsi sebagai syarat kelulusan strata satu (S-1). Penghapusan skripsi itu dia nilai akan melahirkan sarjana pragmatis. Mestika mengatakan menulis skripsi merupakan ujian pertama kesarjanaan. Mahasiswa bisa berpikir secara sistematis dan dituangkan dalam tulisan sesuai hasil penelitian.

"Ini pernah dicoba sekitar tahun 1990-an, bebas skripsi. Mahasiswa jadi tak mampu menulis dan berpikir sistematis," ujar Mestika kepada Tempo, Kamis, 28 Mei 2015. Menurut Mestika, wacana Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir ini tidak tepat. Bongkar-pasang sistem pendidikan Indonesia ini tak akan mencerdaskan bangsa.

Sebelumnya, M. Nasir menilai penghapusan skripsi dianggap bisa menghilangkan praktek kecurangan. Namun, menurut Mestika, itu jalan keluar yang pragmatis. "Pola pikirnya pragmatis. Malas berpikir. Itu khas berpikirnya pemimpin Indonesia. Menghindari, tak memecahkan masalah," katanya. Seharusnya, Mestika menambahkan, ada formula untuk mengontrol praktek kecurangan tersebut. Bukannya dihapuskan. Karena itu, Mestika menantang Menteri Nasir untuk mendiskusikan gagasan ini terlebih dulu sebelum wacana tersebut menjadi peraturan. "Saya mau berdebat dengan Menteri. Silakan dibuat forumnya dan undang saya," tuturnya.

ANDRI EL FARUQI Sumber  (nasional.tempo.co)

50% Setuju Skripsi Dihapus
Sabtu, 13 Juni 2015 − 10:16 WIB
Survei Litbang KORAN SINDO terhadap 100 mahasiswa dan SMA di lima kota besar yang berbeda menunjukkan 50% dari mereka setuju skripsi menjadi tidak diwajibkan sebagai prasyarat kelulusan. Alasannya? Sebanyak 22% dari mereka mengakui keribetansaat mengerjakan skripsi menjadi penghambat kelulusan. Selain itu, 9% berpendapat bahwa saat ini banyak sekali kecurangan dan jiplakan dalam membuat skripsi. Jumlah yang sama juga berpendapat bahwa skripsi juga tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur dan menjamin kredibilitas.

Namun, 7% di antara mereka setuju dengan syarat tertentu, yakni ada pengganti yang relevan ke arah pengabdian seperti kuliah kerja nyata (KKN). Wacana mengenai tidak wajib lagi mengerjakan skripsi memang disampaikan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir belum lama ini. Praktik jualbeli skripsi yang masih marak menjadi salah satu alasan utama penghapusan skripsi.

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti Ilah Sailah menilai kecurangan mahasiswa itu sebagai bentuk perilaku tidak bermoral. “Yang bekerja orang lain, yang dapat nilai dia. Tidak fair, tidak adil, dan tidak etis,” katanya kepada GEN SINDO. Karena itu, Ilah menegaskan bahwa mahasiswa harus memerangi keinginan untuk menempuh jalan pintas tanpa mempertimbangkan akibatnya.

Untuk mencapai apa yang dicitacitakan, mahasiswa harus tetap persisten dengan tidak tergiur oleh tawaran-tawaran demi kemudahan untuk mendapatkan selembar kertas bernama ijazah. Ilah menilai skripsi merupakan salah satu cara latihan untuk memformulasikan penyelesaian masalah. Karena belum terputusnya mata rantai kejahatan itu, Ilah memperingatkan juga bagi para dosen supaya lebih mengawasi dan tidak malas dalam membimbing mahasiswanya.

Dimulai dari bagaimana berdiskusi tentang penentuan masalah yang akan diteliti, menentukan metode, bahkan harus rela berdebat dengan mahasiswa. “Jangan hanya terima beres. Terima tulisan, lalu ujian. Kalau dosen tidak cermat membuat pertanyaan, itu berarti hanya normatif, tidak akan ketahuan kalau yang menulis itu bukan yang sedang diuji,” katanya. Problem lain yang jadi alasan penghapusan skripsi adalah masih merebaknya budaya menyalin (copy paste). Untuk menangani hal ini, Ilah mengambil langkah kompetensi. Menurut dia, kalau sudah fokus ke arah kompetensi, kemampuan-kemampuan itu dapat juga dicapai melalui jalan nonskripsi.

Saat ini otonomi akademik sudah diberikan kepada kampus. Karena itu dengan program studi yang beragam, tiap-tiap kampus dapat leluasa menentukan bagaimana mahasiswa memiliki kemampuan menuangkan ide lewat tulisan, berpikir logis, kritis, analitis, dan komprehensif, serta cakap menggunakan metode untuk memformulasikan keputusan. “Seperti tugas akhir dari hasil magang, pembuatan produk, melukis dan membuat suatu pertunjukan,” paparnya.

Pengamat pendidikan Dirgantara Wicaksono merupakan orang yang tidak sepakat jika skripsi diganti dengan opsi lain. Dosen yang mengajar di tiga kampus berbeda ini menilai ketiadaan skripsi akan menghambat sikap analisis kritis dan inovatif mahasiswa. “Penelitian di skripsi mengembangkan paradigma berpikir, juga sikap mahasiswa dalam memecahkan masalah,” ujar Bombom—sapaan akrabnya—yang pernah dinobatkan sebagai kepala sekolah termuda di DKI Jakarta ini.

Budaya Riset dan Menulis Masih Rendah
Alasan Bombom tersebut serupa dengan alasan dari responden yang menolak skripsi dihapus (sebesar 13%). Jika skripsi dihilangkan, menurut mereka, dampak langsung terhadap mahasiswa adalah tidak memiliki karya ilmiah sehingga tidak akan ada lagi yang bisa diapresiasikan. Sebab, karya ilmiah memang terlahir dari penelitian sebagai upaya pemecahan suatu masalah.

Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta Ferly Ferdyant juga tak menampik alasan tersebut. Dia mempertanyakan ulang bahwa apabila rencana kebijakan itu diterapkan, kemudian bagaimana upaya pemerintah dalam meningkatkan budaya riset mahasiswa yang notabene masih rendah? Menurut mantan mahasiswa jurusan akuntansi itu, kebijakan opsional skripsi sejatinya masih terlalu dini untuk disamaratakan di seluruh perguruan tinggi (PT) di Indonesia. Mengingat kualitas PT yang berbeda, mulai dari tenaga pengajar (dosen), hingga sarana dan prasarana pendukung.

Kepedulian terhadap rendahnya budaya juga kualitas riset oleh mahasiswa begitu dirasakan Ferly yang pernah menjabat sebagai Kepala Departemen BEM UNJ pada periode 2014-2015. Sarannya, seharusnya pemerintah meningkatkan kualitas dan pemerataan perguruan tinggi daripada membuat kebijakan opsional skripsi yang justru kontraproduktif dengan budaya riset penelitian oleh mahasiswa yang masih rendah. Untuk itu, Ferly mengharapkan adanya pembenahan dalam budaya riset dari berbagai sisi. Misalnya dari internal kampus, seperti birokratnya (rektorat dan dekanat), bisa membuat program wajib sejak masa pengenalan mahasiswa baru sebagai bentuk upaya peningkatan budaya meneliti.

Rahmat mustakim Sumber  (www.koran-sindo.com)

Apa Plus Minus Skripsi?
Sabtu, 13 Juni 2015 − 10:16 WIB
MINUS
Munculnya oknum yang membuka jasa pembuatan skripsi membuat skripsi tidak berkualitas dan penuh plagiarisme.
Karena satu dan lain hal, skripsi membuat kelelahan fisik dan mental, seperti stres.

PLUS
Merupakan representasi kualitas intelektual mahasiswa.
Membuat mahasiswa berpikir secara sistematis dan metodologis
Meningkatkan kemampuan berpikir logis dan bernalar.
Mampu mewujudkan pemikirannya ke dalam karya tulis.
Memberikan solusi terhadap suatu permasalahan.
Sebagai pembuktian diri, apakah mahasiswa mengikuti perkuliahan dengan baik.
Membuat mahasiswa tahan banting dan siap untuk memasuki dunia kerja.

Linda Juliawanti Sumber  (www.koran-sindo.com)

Fakta Tentang Skripsi Di Indonesia
Sabtu, 13 Juni 2015 − 10:16 WIB

PENYEDIA jasa pembuat tugas akhir tak hanya menerima pesanan skripsi mahasiswa calon sarjana. Bahkan, para kandidat gelar akademis tertinggi, calon doktor pun menjadi pasar mereka.

ISTILAH skripsi sebagai tugas akhir sarjana hanya digunakan di Indonesia. Negara lain, seperti Australia menggunakan istilah tesis.

DI Amerika Serikat, skripsi dapat diganti dengan menjalankan project atau proyek tertentu.

BEBERAPA universitas negeri sudah memberlakukan pilihan pengganti skripsi, seperti mengerjakan pengabdian masyarakat atau laporan penelitian.

PERBUATAN plagiat dalam penulisan karya ilmiah merupakan tindak pidana. Orang yang terbukti melakukan plagiat dalam penulisan karya ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi terancam sanksi pencabutan gelar, pembatalan ijazah, bahkan ancaman pidana penjara.

UNDANG-UNDANG yang mengatur tentang skripsi di Indonesia diatur pada UU No20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas).

Aisyah hummaira Sumber  (www.koran-sindo.com)

Di trit ini ane adain polling juga gan, siapa tau para kaskuser bisa mengutarakan pendapatnya, kira2 nih setuju gak skripsi itu dihapus dari kewajiban???

Apa kata kaskuser?
Quote:Original Posted By sidewinder11
Saya termasuk mahasiswa yang buat skirpsi murni membuat sendiri dan tidak mencontek dari sumber manapun.

Skirpsi ane tentang penggunaan metode heuristik utk optimalisasi delivery rokok di perusahaan rokok mungkin yang terbesar di indonesia yang pabriknya ada di pandaan dan punya kantor di daerah sier rungkut industri.

Jadi ane mengembangkan cara pikirutk menentukan depo2 mana di seluruh jawa timur yang harus dikirimkan stok tembakau baru dan yang stoknnya paling mendekati minim reorder point dengan memasukkan variable2 seperti ketersediaan armada pengiriman dengan kapasitas2 yg ada dan jadwal maintenance unit serta libur driver.

Untuk pemrogramannya ane menggandeng dan membayar programmer (which is okay karna kerjaan yg saya kerjain adalah jobde calon manager logistik jadi cuma menentukan logika pikir dan theorem nya. Dan utk implementasi project ke dalam computer pprogramming uda masuk jobdes IT yang seharusnya memang sinergy dengan logistik.

Saya merasa mendapatkan mendapatkan manfaat dari Ta saya. Abis bensin pulang pergi pandaan surabaya selama 2 minggu. Belajar lobby2 sederhana ama org2 logistik di sampoerxx....bisa menyelami kehidupan operator dan staf2 dan manager. Menambah relasi kalo2 suatu hari saya kbisa kerja di situ.

Dari sisi akademik rasa prcaya diri saya meningkat karena bisa menelurkan hasil original dan disetujui dosbing saya. Hubungan ama dosen2 jadi lebih dekat. Dan begitu mereka tau saya bikin theorema sendirntanpa reference, kayanya (ato saya ge er yah) meeka jadi lebih menghargai saya dan mengajak bicara seperti calon kolega hahahahah...saya juga belajar cara menata kata2....teknik menyajikan dan presentasi ilmiah....sedikit2 psikologi...mengasah public speaking tech. Dan akhirnya toh hasil saya dan copy2 programnya diminta ama perusahaan tempat saya bernanung katanya utk ulasan tahunan dept logistik mereka, hahaha lumayan.

Saya kuliah di univ petra surabaya. Bukan termasuk yang best student ip ajacuma 3,11.

Tapi....saya sangat mendapatkan manfaat dari kampus saya. Dan saya ingin anak saya bisa dididik seperti saya oleh orang yang kompeten seperti guru2 dan dosen2 saya.
Skripsi? Harus menurut saya, karena banyak sekali manfaat nya, dan merupakan ujian implementasi akhir dari semua yang saya pelajari selama 8semester di kuliahan. Dan memang tujuan dari perkuliahan sebenernya bukan jadi yang terpintar. Tapi bisa mengembangkan diri dan belajar cara utk survive adapt dan learn some thing new.

Buat yang merasa ga perlu skripsi...ato setuju skripsi diapus....Saya tertarik meneliti dan mensurvey lebih dalam....kalian2 ini...dari universitas kelas apa? Dosen2 nya apakah qualified ato corrupt dan cuma bisa copy paste tugas aja?
Karena saya yakin kalo dari univ2 terkemuka dan punya visi jelas serta dosen2nya berhasil mendidik siswa dansiswinya...pasti pertanyaan antara skripsi ada qato tidak ada bukan menjadi masalah bagi mereka. Bayangkan mahasiswa lulusan s1 bikin skripsi aja kesulitan. Collevctig processing presenting aja ga bisa....public speaking ilmiah ga menguasai...mau jadi apa? Buruh? Kalo jadi entertainer ya kuliah di jurusan acting jangan ambil s1 teknik ato manajemen.

Kalo uda bisa buka usaha ga usa skripsi? Ya berenti kuliah aja sekalian ga perlu gelar khan....toh ga ada hubungan dengan usaha ente????

Gitu si menurut saya. Skripsi...hanyalah 1 step kecil yang harus dilalui mahasiswa (kalo elu bukan mahasiswa ato cari gelar s1 dan seterusnya ya gausa skripsi gapapa. This is not your cup of tea)..... Demi mengembangkan diri menjadi profesional yang lebih baik(bukan profesional? U r born a boss already? Good gausa kuliaih dan skripsi) ....
Skripsi bagus dijamin sukses di dunia kerja? Tidak. Tapi....dari sudut pandang bos....
Piliih pegawai jenis apa? Yang cemen dan dikit2 bingun susah ato pilih yang giat rajin mau belajar getol cari data dan berambisi utk berkembang dan maju?.....

Quote:Original Posted By caliber3
wew thread ini sepertinya banyak diambil dari koran sindo hari sabtu, ane baca juga soalnya
Menurut gue penghapusan skripsi bukan perkara setuju atau tidak sih.
Lebih baik skripsi itu dijadikan OPTIONAL.
Kan tri dharma perguruan tinggi bukan hanya penelitian (Penelitian dan Pengembangan), tapi ada juga Pendidikan dan Pengajaran, lalu Pengabdian kepada Masyarakat.
Gue jujur ngalamin yg namanya skripsi, emang skripsi ini bikin stress dan pusing, cape segala rupa, ada jg biaya yg harus dikeluarkan u/ mendapatkan data. Memang bener skripsi ini jeleknya bisa menunda kelulusan kalo gak selesai-selesai. Namun, dari skripsi ini ane belajar yg namanya proses, kerja keras, belajar hal-hal baru, dan lebih deket sama Allah SWT. Kita juga dibuat untuk berpikir sistematis dan masuk akal, gak sekedar cuap-cuap. Dengan skripsi pun setidaknya kita punya karya, dan ane puas sama jerih payah ane hehe. Intinya ada plus-minusnya.
Inti sarinya semua orang gak bisa dinilai dan diperlakukan sama mengenai skripsi ini. Gue pribadi lebih setuju skripsi bersifat optional, tentu dengan beberapa pertimbangan.
Misalnya gini, dengan skripsi mahasiswa/i bisa lulus paling cepet 3.5thn, sedangkan u/ yg ambil jalur non-skripsi bisa lulus paling cepet 4thn. Gak sekadar itu, mungkin agar kuantitas (entah bagaimana dgn kualitas) tidak turun drastis, skripsi boleh dikerjakan maksimal 2 atau 3 mahasiswa/i (sesuai kebijakan masing2 kampus) krn sepengalaman gue ngerjain skripsi sendiri tanpa diskusi, bertukar pikiran, dan berkeluh kesah dengan orang lain membuat penelitinya mudah stress dan nge-down. Dengan berkelompok tentunya membuat akan proses penelitian tidak se-stress bila dikerjakan sendiri. Jurnal Intl aja beberapa dibuat oleh lebih dari satu orang, kan?

Tidak harus setuju atau setuju dengan pendapat gue kok, hanya mengutarakan pendapat

pajang pekiwan kalo berkenan

LANJUTAN komentar para kaskuser
Quote:Original Posted By ryocaster66
"Karena banyak kecurangan & jual beli skripsi, maka lebih baik skripsi dihapus..."

Itu sama aja dgn pernyataan di bawah ini...
"Karena banyak aksi penusukan & perampokan, maka lebih baik pisau dimusnahkan. Kalo masak jgn pake pisau aja.."

Itu cara berfikir PEMALAS dan MENTAL INSTAN. Ane sangat tidak setuju skripsi dihapus. Bukan lantas karena kelakuan buruk sebagian oknum, langsung ambil kesimpulan seperti itu.

Padahal skripsi itu mengajarkan kita untuk meneliti, mencari data, menganalisa, kemudian menyimpulkan data yg kita kumpulkan & olah, lalu kita mempresentasikan ke orang.

Proses yg BENAR ketika kita menjalani skripsi, akan berguna ketika kerja nanti. Mau jadi apa generasi kita nanti, ada masalah sedikit langsung solusinya seperti itu...

Quote:Original Posted By Gludin
Ikutan komentarin fenomena ini deh
Skripsi masih dibilang momok yang nakutin buat kalangan mahasiswa yang udah programin skripsi.
Mungkin kalo diibaratin kaya’ nonton film horor ye
Perlu yang agan ketahui, ane adalah mahasiswa yang udah skripsian, ane spesifikan lagi; mahasiswa semester 10 yang udah 1,5tahun ngerjain skripsi (ane program skripsi dari semester 7).
Kalo ditanya ke ane apakah setuju skripsi dihapus?
Ane jawab dengan tegas “Ane sama sekali ga setuju”
Bukan masalah ane udah 1,5tahun ngerjain, tapi karena ane menganggap skripsi itu penting untuk mahasiswa.

Sekarang ane sedikit jelasin. Mahasiwa dalam mengerjakan skripsi menurut ane dibagi 2; pertama mahasiwa yang menganggap skripsi itu penting, dan yang kedua menganggap skripsi itu ga penting. Bisa dilihat dari progres membuatnya. Kelompok pertama ngerjainnya pasti serius, ga asal jadi, ga sekedar lulus, dan berharap penelitiannya bermanfaat, minimal untuk diri sendiri. Kelompok kedua lebih mementingkan cepat lulus, cari tema skripsi yang mudah, tetap dikerjakan namun mementingkan cepat lulus gan.
Ane menganggap skripsi itu penting. Dalam proses ngerjainnya kita dituntut untuk ga asal ngerjain. (jujur, ane butuh satu tahun untuk memahami teori yang sesuai dengan tema skripsi yang ane angkat, mulai baca materi dari semester 1-7). Karena apa? Coba deh ente pikir mahasiswa sejatinya untuk memecahkan masalah / fenomena yang ada di masyarakat. Fenomena yang mau dipecahkan ya tema skripsi yg ente ambil. Ketika skripsi itu dihapus, bagaimana cara ente untuk selesein masalah tersebut?

Di bab 1 skripsi udah dijelasin kan kenapa tema ini ente angkat, seberapa urgent sampe ente bela-belain ngangkat fenomena ini (tertulis di latar belakang penelitian). Setiap fenomena mempunyai masalah (tertulis di rumusan masalah), ente akan mencari tau penyelesaian masalah dan manfaat dari penelitian ente ( tertulis di tujuan penelitian dan manfaat). Lalu masuk bab 2, ente tulis tinjauan pustaka yang menjelaskan fenomena tersebut. Disini juga ente belajar untuk mengetahui fenomena yang ente angkat. Masuklah bab 3 dengan metode penelitannya. Ente disuruh untuk membuat desain penelitan, kumpulin subjek, gimana cara ente kumpulin data, analisa, validitas dan reabilitasnya (bahasa gampanganya, kira-kira pake cara apa untuk menyelesaikan masalah ini). masuk bab 4, ente disini harus menganalisa. Disinilah kemampuan menganalisa ente bener-bener diuji. Bagaimana fenomena ini dijelaskan dengan teori, bagaimana fakta yang ada di lapangan (bab3), dll. Masuk bab 5 kesimpulan, saran, diskusi.

Idealnya, keberadaan seseorang di lingkungan pendidikan adalah untuk menuntut ilmu dan belajar; menambah pengetahuan, lalu menciptakan perubahan. Menambah pengetahuan jelas akan terjadi ketika ente belajar dikelas, baca-baca buku dll. Menciptakan perubahan bagaimana caranya? Ya dari penelitian ente kan?

Setelah ente mati-matian ngerjain skripsi dan di nyatakan lulus. Tentunya ente berbangga dan masuk tahap selanjutnya, wisuda. Yang ane tau, Wisuda’ diambil dari bahasa sansakerta ‘vhisuddha’ yang artinya ‘murni’, ‘tercerahkan kesadarannya’, ‘menyuarakan kebenaran. Skripsi itu sendiri adalah proses yang dialami mahasiswa untuk visuddha toh? Ketika skripsi dihapus, mau pake cara apa mahasiwa untuk menuju visuddha? Dengan tes tertulis? Apa bedanya sama UAS/UTS/dll? Apa bedanya ente dengan siswa SD/SMP/SMA? Kalo ente bilang bisa diganti sama PKN (Praktek Kerja Lapangan), well ane udah ngejalanin itu di semester 6. Selain itu skripsi secara ga langsung mengontrol jumlah angkatan kerja loh. Kalo skripsi hilang jumlah angkatan kerja pasti lebih banyak, sedangkan kesempatan kerja masih terbatas, yang terjadi persaingan makin ketat, belum lagi masalah perekomomian yang terbuka, dll. Makin susah nyari kerja gan !

Itu aja sih komen ane, ane cuma mau ajak agan-agan untuk berpikir ulang tentang skripsi.
(balik nguli skripsi lagi )

Quote:Original Posted By maypro
Cangkok jantung beda spesies ... Greget banget emang ... Buat mahasiswa IAIN bikin riset ilmiah "Metode mudah sukses bernegosiasi dengan Malaikat" ... Maksud gue ga seekstrim itu juga brader ... Kadang banyak riset ilmiah yang direplikasi dari penelitian sebelumnya, dan gaya penelitian macem gini udah rahasia umum terjadi di dunia DIKTI ... Buat agan yg sebelumnya ngaku dari Petra, well done Gan ... Emang ga semua mahasiswa dapat dosen yg support macam itu. Gue dulu DO dari Unibraw, gue masuk kerja sebelum gue lulus. Gue butuh duit buat nopang idup gue and family. Dan kerjaan gue nuntut gue kerja almost 13 hours a day. Gue malah cm dikasih opsi skripsi atau kerja? Emang gue yang salah, gue jawab gue pilih kerja. Gue ga sudi direndahkan kaya gitu. Sudah terjadi ... terjadilah ...

Soal yang bilang kerja ga butuh titel, itu bener. Tapi secara fakta substansi yang dibutuhkan dunia kerja itu apa ? Keahlian, bagaimana mengetahui keahlian, dari sertifikasi. So, apakah sertifikasi lebih penting menurut ijazah? menurut gue ... iya.

Gue ga ngerti, tapi kebanyakan sertifikasi dilakukan dengan metode yang sudah terukur. Ada guidancenya. Exact kali ya tepatnya. Ibarat kata, sertifikasi itu applied science basicnya. Mungkin yg lebih dibutuhkan Infonesia adalah pendidikan yg macam gini. Startingnya dari sekolah vokasi (SMK). Ujiannya dari yg model sertifikat gini ini adalah ujian praktik dan juga ujian tertulis. Bukan menyusun TULISAN. Ga semua manusia punya kemampuan menyusun tulisan, gue termasuk di antaranya.

So, kembali ke basic question ? Perlu skripsi dihapuskan ? Ya, tapi harus diganti dengan yg lebih pragmatis dan lebih 'tri dharma'.

Skripsi = Riset = Masalah/Pertanyaan yang harus dicari jawabannya ... Gue ga punya masalah ? Apa gue harus mencari masalah dan mencari jawabannya pula ?

Mungkin nalar gue salah ... enlight me ...

Quote:Original Posted By delongop
Ane gak setuju gan.
Kalo skripsi dibilang gak perlu karena rawan diperjual belikan ane g setuju gan,, kalo soal plagiasi n jual beli skripsi jadi alasan itu sih pihak univ.swastanya aja yg cari alasan,, karena itu adalah tugas mereka untuk mengetahui skripsi mahasiswanya plagiat atau beli skripsi. Kalo mereka sampe gak tau skripsi mahasiswanya plagiat atau beli,, itu artinya mereka memang tidak mampu dam belum memenuhi kualifikasi. Jangan salahin skripsinya. Artinya pihak universitas memang kalah canggih dengan mahasiswa dan penjual jasa skripsi.

Kalo dibilang skripsi g berguna untuk implementasi kita di kehidupan setelah lulus kuliah juga kurang tepat. Kalo yang bekerja linier dengan jurusannya saat kuliah pasti berguna walau sedikit. Yang mengatakan skripsi g berguna setelah kita lulus biasanya adalah sarjana yg bekerja tidak sesuai dengan jurusan/fakulti yg dia pelajari. (Contoh: sarjana pertanian/sarjana hukum bekerja di PERBANKAN dsb) Karena memang di dunia setelah wisuda bisa dibilang adalah dunia dimana biasa disebut the real jungle. Karena kita tidak dapat berpatokan bahwa kita akan dapat pekerjaan sesuai dengan yg kita inginkan atau impikan. Kita g bisa menuntut dunia sesuai dengan kita, tp kita yg harus menyesuaikan dengan dunia. Kalau enggak kita yg akan mati/hancur.
Skripsi itu nanti akan berguna gan, walau tidak berguna untuk penulisnya tp paling tidak bisa berguna buat orang lain yg mungkin memiliki problem yg berkaitan dengan skripsi itu.

Quote:Original Posted By mrzetz
ya gak kaget sih, usulan nya dari universitas swasta. Lah wong universitas swasta itu mohon maaf "Money Oriented", apalgi universitas swasta yang gak terkenal apalagi (dan sekali lagi mohon maaf) abal-abal. Bayangin aja gan,kalau seandainya skripsi di hapus, bakalan gmpang lulusin mahasiswa dengan kata lain, gampang lulus gampang menjaring mahasiswa (agan bole tanya anak SMA yang baru mau masuk universitas, momok mereka ya berkaitan skripsi dan yang paling mereka senengin liat mahasiswa itu BEBAS gak kayak SMA) dengan kata lain menambah pemasukan.

Kalau misalnya skripsi diganti sama KKN, universitas negeri di Yogya misalnya gan, mereka udah ada KKN dan skripsi sekaligus (dan ada juga ditambah magang). Jadi berkaitan ilmiah dan pengabdian masyarakat, mereka udah ada. Dan lagian skripsi itu bukan hanya dari materi yang udah ada trus di tulis ulang, kan boleh juga penelitian. Kalo menurut ane memupuk jiwa kritis juga (gak semua mahasiswa kritis dan masuk organisasi gan).

Lagian kata dosen ane, bedanya mahasiswa S1, D3 sama SMA itu beda di pola pikir gan. Strata 1 (S1) itu tujuannya mencetak lulusan yang berpikir ilmiah dan orientasi ilmu. Kalo D3 orientasinya dunia kerja, karya akhirnya ya selain magang ya membuat produk atau aplikasi ilmu. Kalo SMA ya ilmu dasar.

Emg di beberapa universitas di luar negeri, setingkat S1 nya ada(ada loh gan gak semua) yang gak bkin skripsi. Tapi sejak setingkat SMA mereka sudah diajarkan bikin karya ilmiah sebagai syarat kelulusan. CMIW

Quote:Original Posted By M A U T
keduanya sudah pernah coba

kampus pertama mewajibkan skripsi
dapet dosen pembimbing killer & perfeksionis
skripsi selesai kira2 1 bulan lebih, walau badan dalam keadaan sakit (batuk darah)
dimarahi, kejar-kejaran sama dosen pembimbing, hujan-hujanan ke rumah dosen, diusir, sudah jadi hal biasa selama sebulan tsb

kampus kedua skripsi ga wajib, jadi skripsi ane lepas, dg pertimbangan kampus 1 udah pernah
cuma kampus kedua lebih ketat, tiap hari presentasi, tugas segunung, ga bisa ngomong di depan orang banyak? ga terbiasa dg teamwork? ga bisa bahasa linggis? cuma ngarepin ilmu dari kuliah dosen? siap-siap gagal!
sebagian besar yg ambil skripsi masalahnya pasti di dosen pembimbing
seperti kebanyakan temen2 ane, ambil skripsi apes dpt dosen pembimbing sadis
ga kuat menghadapi dosen, akhirnya konflik, skripsi ga selesai, diblacklist dosen

Quote:Original Posted By mektobat

Saya vote yang tidak setuju, gan TS .
Kalau fakta mengenai banyaknya skripsi diperjualbelikan, dipalsukan, dan diplagiasi yang menjadi penyebab dihapuskan skripsi, saya tidak setuju, gan. Kualitas pengajar (para dosen, profesor, guru besar) yang harus ditingkatkan agar dapat menyaring mana yang skripsi buatan mahasiswa/i murni, mana yang bukan. Tapi kalau sudah masuk ke arah sini (oknum dosen yang nakal), memang ini sudah masuk area abu-abu, tidak akan ketahuan siapa saja yang bermain, oknum mahasiswa/i yang menyuap (minta nilai, maupun minta bikinkan skripsi, dlsb) nggak akan bongkar rahasia, oknum dosennya juga pasti diam-diam (kan dapet duit). Miris rasanya melihat kenyataan ini .

Nih saya buka (true story): harganya joki yang bikinkan skripsi (oknum dosennya sendiri dari oknum mahasiswa ybs) 6 juta termasuk programnya (jurusan komputer). Ini baru di kota. Kalau di daerah2 pelosok, bisa sampai 12, 15 juta (jurusan bhs. inggris). Saya malas ngomong nama2 daerahnya apa aja, takut sara . Di jawa, yang saya tau, bisa dapet kok cuma bayar 3 juta, malah ada 1,5 juta aja dapet. Jangan2 lebih murah dari itu bisa dapet

Jangankan skripsi, di Indo, baru bikin makalah, paper, aja banyak mahasiswa/i (Catat: TIDAK SEMUA) yang minta bikinkan, bayar joki, dlsb Akan menjadi rendah seperti apa lagi kalau membaca, menulis, riset dan penelitian tidak dibudayakan di indonesia? Coba kalau bisa pada praktiknya sampai dipidanakan seperti di negara2 maju spt di kampus2 bonafit di US, AU, EU, dll . . . pada banyak yang kena tuh

*FYI saya hidup di lingkungan kampus dan banyak bergaul dan berkeluarga dgn banyak profesor2, doktor2, dokter2, dan dosen2, juga mahasiswa/i.

Quote:Original Posted By arie431
Tidak setuju, ane mahasiswa gan baru aja lulus ujian Skripsi, alhamdullillah bisa selesai 4 tahun untuk Prodi IKM (Ilmu Kesehatan Masyarakat) di salah satu PTS di kota ane (Alhamdullillah akreditasinya udah B, gak perlu diragukan lagi), menurut ane Skripsi itu penting untuk menguji apakah mahasiswa itu mampu menganalisis dan memecahkan masalah (setidaknya solusi) di dunia nyata secara individual (ini yang penting, mahasiswa jadi mampu memecahkan masalah sendiri) bukan berkelompok seperti KKN (istilah di kampus kami itu PBL dan PKM), karena kalau berkelompok, banyak tuh yang cuma numpang nama dalam karya ilmiah/laporannya. Jadi dengan adanya skripsi setidaknya mahasiswa dapat melatih pola pikir dan daya analisisnya serta bagaima problem solvingnya


Quote:Original Posted By callallfriends
Gimana ya gan, hahaha tergantung gimana mahasiswa itu memaknai skripsi juga sih gan, jujur aja ane belum lulus dan lagi skripsi. Dari proses yang msh berlangsung ini, ane coba menyimpulkan beberapa dampak plus dan minus dari skripsi untuk mahasiswa itu sendiri.

Minus buat ane
1. Keluar banyak duit (buat ngeprint, sewa alat lab, beli bahan penelitian dll)
2. Wasting time alias buang-buang waktu (tapi nikmati saja ya )
3. Penelitian berpindah-pindah demi data yang akurat. (misal. pindah dari lab A ke lab B) belum ngurus surat-surat peminjaman blah blah
4. Rata-rata perusahaan yang ente lamar kagak akan nanya judul skripsi ente waktu kuliah.
5. Mau nikah juga kagak ditanya judul skripsi sama camer ye

Plus buat ane
1. Mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri (mulai dari persiapan penelitian, mengatur biaya hidup /makan jadi makin hemat karena pengeluaran akan lebih besar/, manajemen waktu, mulai cari usaha kecil2an)
2. Mahasiswa dituntut untuk "SABAAAR" (dikatain mahasiswa abadi? sabaaar, diketawain dosen pembimbing? sabaaar )
3. Stres? Yuk relax, ingat Tuhan, bersyukur pada Tuhan. Tarik nafas dalam-dalam, buaaang perlahan. Ini proses yang menyenangkan. Yuk semangat!
4. Melatih soft skill si mahasiswa (mulai dari komunikasi dengan dosen, wawancara narasumber, presentasi untuk seminar, menggunakan software untuk mengolah data)
5. Keliatan keren tanpa alasan yang berarti apalagi kalo lagi penelitian di lab
6. Ilmu-ilmu dari skripsi sebenernya bisa kepake kok gan. Bahkan ada yang awalnya dari skripsi sekarang jadi usaha bisnis.
Menurut ane, dihapus ya oke, ga dihapus ya lebih bagus semoga ada kebijakan yang lebih bijak ya untuk masalah skripsi ini
btw, ane boleh coba highlights dan coba tanggapi ya gan

Kualitas lulusan sarjana S1 dinilai tidak bisa semata-mata diukur dari karya ilmiah karena faktanya banyak skripsi diperjualbelikan, dipalsukan, dan diplagiasi.
Betul, ini sisi gelap dari dunia per-skripsi-an

“Kebanyakan skripsi lebih mirip kompilasi materi hasil unduhan dari Internet atau menyadur dari karya orang lain, bukan murni sebagai karya ilmiah si pembuat,” kata Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Jawa Timur Suko Wiyono kepada Tempo, Kamis, 28 Mei 2015.
Setau ane nih gan, untuk mahasiswa S1 memang tidak dituntut untuk menghasilkan karya tulis yang murni buatan si mahasiswa. Jadi biasanya mahasiswa s1 itu "me-modifikasi" karya yang sudah ada sebelumnya. Jadi ya otomatis akan ada banyak kutipan dari karya orang lain. Setau ane sih begitu ya, mungkin bisa diluruskan bawah ane.

Menurut Suko, di era 80-an tidak ada kewajiban mahasiswa menyusun skripsi. Tanpa skripsi, kata dia, toh banyak perguruan tinggi yang menghasilkan sarjana bermutu dan sukses di beragam bidang profesi. Skripsi bisa diganti dengan pembuatan laporan tentang pembelajaran mandiri dalam bentuk karya tulis yang bersifat opsional.

Nah, ane lebih setuju kalo begini, tidak dihapuskan tapi "digantikan"

Ia mengingatkan perguruan tinggi agar lebih membenahi proses belajar-mengajar. Banyak sekali proses belajar-mengajar di perguruan tinggi yang linier, tidak dialogis, tidak demokratis dan hanya menempatkan dosen sebagai sumber tunggal ilmu pengetahuan. Alhasil, para mahasiswa kesulitan memunculkan potensi dan mengembangkan kemampuannya.
SETUJU

Pengelola perguruan tinggi dan tenaga pengajar, ujarnya, harus intensif mendorong para mahasiswa untuk berkarya. Seorang mahasiswa yang mampu menembus jurnal internasional, misalnya, otomatis bisa diluluskan. Mahasiswa yang berhasil sebagai pengusaha pun patut diluluskan tanpa susah payah bikin skripsi.

untuk yang menembus jurnal internasional ane setuju, tapi kalo yang jadi pengusaha itu pengusaha dibidang apa dulu, masa iya jadi pengusaha krn beli franchise bisa ikut diluluskan otomatis


LANJUTAN tambahan dari para kaskuser
Quote:Original Posted By rhaul
Ane sih gak setuju Skripsi dihapus (ini pure pemikiran ane ya, bukan "hasrat" balas dendam )
Dari yang ane alamin selama 5,5 tahun menempuh bangku kuliah:

1. Skripsi jadi alasan bikin molor lulus, tapi..
Ini mah jeli-jelian mahasiswa liat mana dosen yang kompeten dan dan secara birokrasi "enak". Buktinya temen ane 1 semester aja ada yang bisa langsung kelar. Namanya dosen juga manusia, ada plus minusnya.
Kalau dosen memperlama skripsi dengan alasan gak jelas, setau ane hal ini bisa dilaporkan ke pihak terkait (dekan bahkan sampai rektor). Kecuali entenya yang males dan ala kadarnya bikin si dosen gedeg

2. Skripsi gak aplikatif, tapi..
Ente kira kuliah S1 itu udah aplikatif?
Kalau mau bener-bener aplikatif itu di S2 dan S3. Setau ane S1 lebih ke mengasah pola pikir dan analisis tapi juga tetep sesuai dengan keilmuannya. Kalau boleh dibilang S1 itu masih kulit buah.
Nah skripsi S1 itu lebih ke belajar membuat suatu rangka pemikiran, mencari, meneliti, mempertahankan hasilnya, serta membuka wawasan apa yang mau kita teliti selanjutnya.
Ane lulusan Biologi, tema skripsi tentang Pencemaran Lingkungan dan sekarang ane kerja di bidang Pengendali Hama. Nyambung? Enggak tuh..., tapi ane udah kebiasa dengan pola pikir ketika buat skripsi jadi lancar-lancar aja tuh belajar suatu hal yang baru.
Makannya jangan asal ambil tema skripsi tanpa perencanaan tong, makannya gak ngerasasin manfaatnya

3. Skripsi itu ngabisin duit, tapi..
Eit, kalau diliat dari duitnya aja sih sama aja seperti lo bilang ngapain kuliah mahal-mahal di univ bagus.
Lagian kalau mau jeli, sekarang keknya betebaran bantuan / beasiswa untuk Skripsi. Tinggal kitanya mau manja ngadah atau mencari kesempatan.
Ane skripsi total berjalan setahun (karena ane ganti judul dan tempat penelitian salah ane juga kurang persiapan), total ane abisin dari proposal - laporan sekitar 5 juta. Itu pake duit ane? Gak tuh, alhamdulilah proposal ane lolos hibah biaya penelitian jadi ane sama sekali gak keluar duit (ya paling biaya makan sama bensin motor mah sendiri ).
Loh ngapain duit segitu besar tapi gak ada aplikasinya? Nah disini ane perlu ubah mindset ente. Jangan dikira penelitian aplikatif itu langsung jadi sebuah produk, mereka juga memakai penelitian dasar sebagai pijakan. Namanya penelitian itu gak ada yang sia-sia selama ente ngerjainnya bener dan valid

4. Skripsi bisa diganti KKN / Kuliah Kerja Nyata, tapi...
Menurut ane malah harusnys KKN ada Skripsi ada, dan dua-duanya wajib..
Di univ ane ada MatKul KKN dan itu sifatnya wajib. Hal sangat dasar yang bisa ane bedakan dari KKN dan Skripsi adalah kalau Skripsi lo ngembangin diri dan bisa diaplikasikan, sementara KKN lebih lo belajar Team Work dan sosialisasi ke masyarakat.
And Trust Me, namanya KKN itu gak bisa satu bidang ilmu. Kita harus menggabungkan beberapa bidang keilmuan...
(dan pengalaman ane KKN jauuuuuuh lebih ngabisin duit dari pada Skripsi )

5.Skripsi jadi lahan kecurangan dan penjiplakan, tapi...
Nah ini yang jadi PEER kita bersama (Univ maupun mahasiswa sendiri). Kalau masalah skripsi jadi lahan kecurangan dan penjiplakan jadi isue utama skripsi dihapus, menurut ane ini seperti disuruh menghapus Tatanan Hukum Negara karena korupsi merajalela di Indonesia
Univ harus lebih teliti dan tegas, mahasiswa juga harus harus sadar diri dan jangan jadiin Skripsi beban. Ini tantangan bro dan manfaatnya akan lo rasain sadar gak sadar (setau ane namanya kerja keras gak akan sia-sia hasilnya)

Pro Kontra Itu Wajar, tapi ane cuman heran jaman sekarang rasanya mudah banget hapus sana hapus ini (kurikulum, peraturan pemerintah, dkk). Maksudnya kenapa selalu merestart dari awal sementara yang sudah berjalan gak kita optimalkan / dibenahi. Jadi gak mulai dari nol lagi gitu. Seperti perjalanan dari Jakarta - Bandung, sudah sampai Purwakarta disuruh balik lagi ke Jakarta karena harus diganti Ban Mobilnya (padahal di Purwakarta bejibun itu tukang ban)
Toh ane yakin pola pikirnya masih kek gini, skripsi dihapus pun nanti akan muncul lagi pro kontra lalu muncul lagi argumen untuk mengganti lagi dari nol

Page One Dong Bray

Quote:Original Posted By maypro
Sebelum trit ini dikembangkan lebih lanjut atas konsep "Devil Advocate" atas kepentingan tertentu, gue cuma mau ngasih tau buat adik-adik gue :

1. Skripsi ga skripsi ... Ini cuma masalah loe saat ini ... Dan akan membentuk loe jadi manusia kaya apa di masa mendatang dengan segala konsekuensinya. Ga ada urusan dengan ortu, dosen ataupun institusi. Kebanggaan macam apapun akan terkikis oleh waktu.

2. Belajarlah sesuatu yang kalian minati dan sukai. Kalian penasaran atau kalian menikmatinya. Carilah idealisme kalian sedini mungkin.

3. UUD - Ujung ujungnya duit. Kita, kalian semua bersekolah dengan harapan bisa dapet duit, bisa survive di dunia yang makin keras ini. Kalo mau -sedikit- enak, silakan ikuti sistem pendidikan yang sudah kalian jalani. Kalo kalian yakin, skripsi ga perlu dan ujung2nya DO kalian harus tahu bahwa dunia ini keras kawan, dan siap2lah bekerja teramat keras.

4. Just a joke, "Semua itu tergantung amal dan perbuatan". Kalau dapet dosen brengsek, anggap aja ujian -jangan azab-. Kalau dapet dosen yang supportive, anggap aja balasan atas amal-amal loe udah cukup.

5. Setiap orang adalah tuan bagi dirinya sendiri, bos bagi dirinya sendiri. Konsep semua bos, siapa yang bekerja -baik kerja keras dan atau cerdas- pasti dapat makan.

Semoga berguna ... :cheers


Quote:Original Posted By tuxo
Segitu doang nih generasi ane? Hahaha. Akademisi disuruh belajar mikir kritis-analitis segitu aja udah teler.
Skripsi nggak ada gunanya? Siapa bilang? Konsep skripsi ane dan beberapa temen ane dilirik kok sama pihak luar. Dan setelah kuliah ini kelar kami akan terapkan di tempat yang membutuhkan. Dengan kata lain, diseminasi. Kalaupun dampanknya nggak immediate, setidaknya dalam mengerjakan skripsi, mahasiswa akan memperoleh kepuasan batin karena telah mengerahkan segala passion dan upayanya. Pokoknya semua udah terkonsep dan pikirkan bener-bener dari awal.

Udah ketebak kok. Bisa dimapping, mahasiswa yang nggerundel kuliah gak sudi pake skripsi itu mahasiswa yang salah jurusan, atau yang pure males dan nggak niat kuliah. Kerasa banget tuh dampak gengsi diawal. Lol.

Closing statement ane: woles gan, woles. Skripsi emang nggak untuk semua otak kok.

Quote:Original Posted By baban77
Setuju, jika
- Banyak skripsi yang akhirnya hanya menumpuk di perpus, tidak berdaya guna. Ada sih tapi sangat sedikit. Bahkan di PTN pun sama
- Topik yang dijadikan sebagai skripsi hampir sama, hanya berbeda lokasi penelitian.
- Tidak ada pembaruan metode penelitian
- Banyak skripsi yang jadi bagian proyek penelitian bagi dos3n dan dijadikan jurnal ilmiah yg notabene ya karya ilmiah dos3n.
- jika emg dihapus, mahasiswa mgkn bisa mengambil tugas karya ilmiah berjenjang per tahun, penelitian kecil agar mampu berpikir ilmiah, objektif, dan sistematis....sebagai p3ngganti skripsi
Tidak Setuju, jika
- Kapan lagi ide agan jadi s3buah karya yang bisa dibanggakan dan diwujudkan. Karya ini bisa jadi aktualisasi dan posisi tawar saat melamar bekerja...
- lulusan jadi tidak penuh dalam berpikir objektif dan sistematis dalam menggali masalah di sekitar.
- di sini intuisi diuji. Sbg mahasiswa eksistensi sgt ditunggu...


Karena banyaknya jumlah komentar yang bermakna dan menarik untuk dibaca, sama sekali tidak mungkin untuk saya mengcopy-paste semua komenter tersebut ke halaman pertama/pejwan. Oleh karena itu, saya cantumkan saja linknya sehingga bisa menghemat jumlah 'character' yang terbatas
Ane sih gak setuju Skripsi dihapus (ini pure pemikiran ane ya, bukan "hasrat" balas dendam )  (www.kaskus.co.id)
wahhh ane ikut nulis opini deh  (www.kaskus.co.id)
kalau dinilai skripsi hanya plagiarisme aja mah buat lagu aja masih begitu.  (www.kaskus.co.id)
Kalo menurut gue, gue ga setuju skripsi dihapuskan.  (www.kaskus.co.id)
jeleknya indonesia tuh disini, budaya baca-membaca dan tulis-menulisnya ancur  (www.kaskus.co.id)
menurut saya pribadi sih skripsi lebih baik dihapus  (www.kaskus.co.id)
ane sih setuju aja kalo ada penggantinya yang lebih baik,  (www.kaskus.co.id)
hapus aja lah gan
semoga aja dihapus, agar ane gak dibuat pusing nanti
Quote:Original Posted By hfs.
hapus aja lah gan


Quote:Original Posted By adly.rs
semoga aja dihapus, agar ane gak dibuat pusing nanti


hehe, udah 2 suara nih yang setuju penghapusan...
bener sih gag ada gunanya, udah cape2 bikin skripsi, trus ujian sidang, lulus, skripsinya gag berguna lagi wkwkwkkw,
gw aja dah lupa naroh skripsi gw dimana
Setuju gan. Kalau perlu ga usah ada sidang dan ujian

gk tau deh, ane gk kuliah
Dihapus aja gan, biar makin males mahasiswanya
Hihihi
Quote:Original Posted By welly1901
bener sih gag ada gunanya, udah cape2 bikin skripsi, trus ujian sidang, lulus, skripsinya gag berguna lagi wkwkwkkw,
gw aja dah lupa naroh skripsi gw dimana

kalo skill2 yang diraih pas pembuatan skripsi gan...???
dan kegigihan cari informasi pas pembuatan skripsi siapa tau bisa jadi inspirasi untuk ke depannya...?
ato enggak juga?
Quote:Original Posted By outbound.id
Setuju gan. Kalau perlu ga usah ada sidang dan ujian


jadi yang perlu apa dong gan?
Quote:Original Posted By tommytimothy
gk tau deh, ane gk kuliah


Quote:Original Posted By andang9
Dihapus aja gan, biar makin males mahasiswanya
Hihihi

ini nyindir ato nyindar gan?
Quote:Original Posted By charlies280590


hehe, udah 2 suara nih yang setuju penghapusan...


dan alasan ane setuju yaitu bahwa skripsi hanya formalitas

ane yakin, yg pilih tidak setuju itu orang yg dulunya pernah susah payah ngerjain skripsi, shg gak rela kalo yg blm lulus gak ngerasain susahnya.
skripsi ya?
dihapus juga boleh



makasih
Quote:Original Posted By charlies280590

kalo skill2 yang diraih pas pembuatan skripsi gan...???
dan kegigihan cari informasi pas pembuatan skripsi siapa tau bisa jadi inspirasi untuk ke depannya...?
ato enggak juga?



sorry bro dah lupa semuanya, yah mungkin berguna kalo bro mau jadi peneliti,
tapi yah namanya skripsi, dari awal sama dosen pembimbing aja disuruh cari referensi(nyontek) skripsi orang lain

oh ada deh, paling2 melatih ketelitian aja sih, bayangin aja bro klo salah ketik 1 huruf aja pasti disuruh revisi, ngabisin uang buat ngeprint doang tuh

ane gk setuju gan.krn ane uda ngalamin suka duka nya berskripsi
Quote:Original Posted By adly.rs

dan alasan ane setuju yaitu bahwa skripsi hanya formalitas
ane yakin, yg pilih tidak setuju itu orang yg dulunya pernah susah payah ngerjain skripsi, shg gak rela kalo yg blm lulus gak ngerasain susahnya.


gak gitu juga ah gan, toh untuk mereka yang udah beres skripsinya juga gak bakalan dapet keuntungan apa2 dari kesusahan pengerjaan skripsi, palingan kepuasan batin semu aja... cuma opini pribadi ane gan
Quote:Original Posted By welly1901

sorry bro dah lupa semuanya, yah mungkin berguna kalo bro mau jadi peneliti,
tapi yah namanya skripsi, dari awal sama dosen pembimbing aja disuruh cari referensi(nyontek) skripsi orang lain
oh ada deh, paling2 melatih ketelitian aja sih, bayangin aja bro klo salah ketik 1 huruf aja pasti disuruh revisi, ngabisin uang buat ngeprint doang tuh


kalo cari referensi sama nyontek sih menurut ane beda gan.
kalo referensi kan artinya kita mengembangkan ide yang udah ada sebelumnya.
sedangkan kalo nyontek kan bener 100% copas aja tanpa ada pengembangan ato modifikasi apapun...
iya gan, selain melatih ketelitian mungkin juga melatih kesabaran dan melatih detak jantung kali yah gan, hehehehe
Ane ga kuliah gan, ga ngrasa susah nya bikin skripsi
..
Tpi kmrin bini ane ksusahan bikinnya, bagus nya sih jgn dihapus. Biar smua mhasiswa ngrasain
..

Quote:Original Posted By gandangramas
Ane ga kuliah gan, ga ngrasa susah nya bikin skripsi
..
Tpi kmrin bini ane ksusahan bikinnya, bagus nya sih jgn dihapus. Biar smua mhasiswa ngrasain
..




kalo ini mah namanya motif balas dendam hati nurani gan
Kalo masalah nyontek mah nggak cuma skripsi gan, UTS-UAS pun banyak yang nyontek...
Kayak ane nih, UAS kadang nyontek
Tapi skripsi ane enggak nyontek gan, kalo referensi dikatakan sama dengan 'nyontek', ane agak kurang setuju...
Kecuali kalo referensi itu berupa skripsi juga yang dikopi mentah mentah...
Kalo jual beli skripsi dan jasa pembuatan skripsi mah, gimana ya???
Quote:Original Posted By VLADISLAUSXV
Kalo masalah nyontek mah nggak cuma skripsi gan, UTS-UAS pun banyak yang nyontek...
Kayak ane nih, UAS kadang nyontek
Tapi skripsi ane enggak nyontek gan, kalo referensi dikatakan sama dengan 'nyontek', ane agak kurang setuju...
Kecuali kalo referensi itu berupa skripsi juga yang dikopi mentah mentah...
Kalo jual beli skripsi dan jasa pembuatan skripsi mah, gimana ya???


setuju gan...
referensi dan nyontek itu bener2 beda, beda mekanisme, beda pencapaian dan beda target...
lah, sangkin kreatifnya orang2 indonesia gan, sampe2 skripsi juga jadi komoditas ekonomi

besok2 mungkin bakalan ada skripsi plastik yang diimpor dari negara lain kali yah
Via: Kaskus.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar